Korut Tambah Produksi Material Pembuat Senjata Nuklir
Korut diperkirakan memiliki 70 kilogram plutonium kelas senjata. Beberapa pengamat menyebut, jumlah itu cukup untuk membuat 9-18 bom.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
AFP PHOTO/KCNA VIA KNS
Foto yang diambil pada 27 Maret 2023 dan dirilis oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada 28 Maret 2023 ini menunjukkan pemimpin Korut Kim Jong Un (kedua dari kiri) menginspeksi proyek persenjataan nuklir di sebuah lokasi yang tidak diketahui di Korut.
SEOUL, SELASA — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan para ilmuwan nuklir meningkatkan produksi material kelas senjata untuk dipasang pada aneka rudal yang terus dikembangkan negara itu. Semua itu demi mencapai tujuan mengembangkan armada nuklir yang lebih kuat.
Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, Selasa (28/3/2023), melaporkan, Kim bertemu dengan para pejabat dan ilmuwan di pusat persenjataan nuklir negara pada Senin. Ia menekankan perlunya mempercepat produksi material pembuat bom nuklir. Dia juga membahas rencana Korut untuk serangan balik nuklir.
KCNA memublikasikan foto-foto Kim yang tengah berbincang dengan para pejabat di dalam sebuah aula. Di dekat mereka terpajang berbagai tipe hulu ledak, termasuk sekitar 10 kapsul warna hijau khaki dengan ujung merah. Terlihat pula semacam kerucut hitam-putih dengan sirip atau seperti torpedo besar. Sebuah poster yang dipasang di dinding memperlihatkan hulu ledak yang disebut Hwasan-31. Hwasan dalam bahasa Korea berarti gunung berapi. Disebutkan dalam poster, benda tersebut bisa dipasang pada beberapa sistem balistik jarak pendek dan rudal jelajah. KCNA tidak menjelaskan benda-benda tersebut secara spesifik.
”Korut mengungkap miniatur hulu ledak nuklir taktis saat ini. Banyak yang mempertanyakan apakah benda itu benar-benar bisa meledak. Kemungkinan Korut akan menggelar uji nuklir ketujuh kalinya dengan hulu ledak nuklir taktis ini sebagai tahap berikutnya,” ujar Cheong Seong-chang, peneliti pada Sejong Institute.
AFP PHOTO/KCNA VIA KNS
Foto yang diambil pada 27 Maret 2023 dan dirilis oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada 28 Maret 2023 ini menunjukkan pemimpin Korut Kim Jong Un (kedua dari kiri) menginspeksi proyek persenjataan nuklir di lokasi yang tidak diketahui di Korut.
Korut sudah enam kali menguji coba nuklir sejak tahun 2006. Kini tampaknya Korut memiliki belasan hulu ledak yang kemungkinan bisa dipasang pada sistem yang lebih lama, seperti rudal Scuds atau Rodong. Namun, masih ada perbedaan pendapat soal sejauh apa Korut merekayasa hulu ledak itu supaya pas dipasang pada aneka persenjataan baru yang dikembangkan dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Perlu lebih banyak pemutakhiran teknologi lebih jauh dan uji nuklir.
Dalam dokumen pertahanan Korea Selatan dua tahunan yang dirilis pada Februari disebutkan, Korut diperkirakan memiliki 70 kilogram plutonium kelas senjata. Beberapa pengamat menyebut, jumlah itu cukup untuk membuat 9-18 bom. Dokumen itu juga mengungkap, Korut memiliki uranium yang diperkaya dalam jumlah cukup banyak.
Kompleks nuklir utama Korut di Yongbyon memiliki fasilitas untuk memproduksi plutonium dan uranium yang diperkaya. Keduanya adalah bahan baku untuk membuat senjata nuklir. Korut diyakini mengoperasikan sedikitnya satu lagi fasilitas pengayaan uranium selain Yongbyon.
Sebagai tambahan untuk timbunan nuklirnya, Korut juga bermaksud mendiversifikasi mekanisme persenjataannya. Pada Selasa, Korut mengklaim berhasil menggelar uji coba kedua drone serbu nuklir bawah air atau dinamakan Haeil. Dalam bahasa Korea, haeil berarti tsunami. Uji coba pertama Haeil diduga dilakukan pekan lalu saat Pyongyang menyebut aksi itu sebagai balasan latihan militer AS-Korsel.
AFP PHOTO/KCNA VIA KNS
Foto yang diambil pada 27 Maret dan dirilis oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada 28 Maret 2023 ini memperlihatkan sebuah rudal saat demonstrasi latihan penembakan di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Korut.
Seoul meragukan klaim itu. Militer Korsel menyebut uji coba itu dilebih-lebihkan, bahkan dibuat-buat. ”Ada beberapa indikasi Korut mengembangkan kapal selam tanpa awak, tetapi masih dalam tahap sangat awal,” sebut pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel.
KCNA melaporkan, Haeil bisa bermanuver di bawah air selama 41 jam 21 menit, melacak rute simulasi sepanjang 600 kilometer. Benda itu kemudian bisa menghancurkan sebuah target di lepas pantai Provinsi Hamgyong. ”Uji coba itu membuktikan seluruh kualitas strategis, begitu juga keamanan dan keandalan sistem persenjataan,” sebut KCNA.
Ada beberapa indikasi Korut mengembangkan kapal selam tanpa awak, tetapi masih dalam tahap sangat awal.
Sebelumnya Korut menyatakan, uji coba sejumlah rudal balistik dan rudal jelajah pada bulan ini melibatkan hulu ledak nuklir tiruan yang diledakkan di atas targetnya. Rudal itu juga dikendalikan ketinggiannya dari darat untuk memaksimalkan kerusakan akibat ledakan.
Korut terlibat pola saling balas dengan Korsel dan Amerika Serikat. Pyongyang menembakkan dan menguji rudal sebagai balasan atas latihan militer bersama Seoul-Washington. Sementara Korsel-AS menggelar latihan bersama dengan alasan merespons ancaman program persenjataan dan nuklir Korut.
AFP/POOL/JEON HEON-KYUN
Sebuah helikopter Angkatan Laut AS, MH-60S Hawk (kiri), tiba untuk mendarat saat sebuah C-2 Grayhound bersiap di dek penerbangan kapal induk USS Nimitz di lepas pantai Busan, Korea Selatan, 27 Maret 2023. Latihan bersama militer AS dan Korea Selatan bertajuk Ssangyong berlangsung hingga 3 April sebagai bagian dari latihan perang Warrior Shield.
”Korut memperingatkan respons luar biasa terhadap latihan militer Korsel-AS. Akan tetapi, melihat jumlah rudal yang ditembakkan, Korut tidak bisa melakukan (saling balas) ini selamanya. Jika demikian, uji nuklir ketujuh nanti akan menandai semacam akhir. Korut akan mendeklarasikan diri sebagai negara nuklir, lalu akan kembali bernegosiasi dengan AS,” kata Park Won-gon, dosen pada Ewha University di Seoul.
Pyongyang menuding kedua negara itu memicu ketegangan dan menggunakan latihan militer sebagai persiapan invasi ke Korut. Sebuah tulisan di surat kabar Korut, Rodong Sinmun, menyebutkan, latihan militer yang terutama melibatkan jet tempur adalah deklarasi terbuka perang. ”Latihan perang itu bukan hanya latihan perang, melainkan latihan perang nuklir untuk serangan lebih dulu, menurut opsi politik dan militer AS untuk meningkatkan konfrontasi dengan Korea Utara dan akhirnya menuju perang,” sebut tulisan itu. (AP/AFP/REUTERS)