Irlandia sudah cukup lama menjadi sahabat Indonesia. Pada 40 tahun persahabatan ini, mereka ingin memperkuat hubungan dengan saling belajar.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·6 menit baca
ARSIP PRIBADI
Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis (tengah, berkemeja batik) meninjau salah satu program bantuan sosial Irlandia di Ruteng, Nusa Tenggara Timur pada hari Rabu (25/1/2023). Irlandia mendanai pemberdayaan para orangtua yang memiliki anak penyandang disabilitas.
Republik Irlandia dan Indonesia telah menjalin hubungan diplomasi selama 40 tahun. Meskipun begitu, sedikit sekali yang diketahui masyarakat kedua negara atas satu sama lain. Padahal, di Indonesia, penetrasi budaya populer Republik Irlandia sangat besar. Sebut saja grup-grup musik U2, The Cranberries, Flogging Molly, dan My Bloody Valentine. Di dunia perfilman, penonton Indonesia akrab dengan akting Pierce Brosnan, Liam Neeson, Collin Farrell, dan Cillian Murphy.
Berangkat dari minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia, Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis menjadikannya pendorong untuk semakin mengakrabkan masyarakat kedua negara. Kompas berkesempatan mewawancarai Francis di Kedutaan Besar Irlandia di Jakarta pada hari Senin (27/3/2023).
“Dari segi sejarah, hubungan Irlandia dengan Indonesia memang sedikit sekali. Berbeda dengan hubungan sejarah Indonesia dengan Inggris. Akan tetapi, budaya populer Irlandia adalah pintu masuk yang sangat baik untuk meningkatkan hubungan antarmasyarakat (people-to-people contact),” tuturnya.
Menurut Francis, aspek pertukaran kebudayaan adalah strategi yang digalakkan saat ini. Sektor pendidikan menjadi salah satu ujung tombak. Irlandia mulai dilirik oleh mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tinggi ataupun sekadar menghabiskan satu semester untuk program pertukaran pelajar.
Ia mengatakan, beruntung ada berbagai program beasiswa dari Pemerintah Indonesia. Saat ini, tercatat ada 120 alumnus Alumni Irlandia. Jumlah ini diperkirakan bertambah dalam beberapa tahun ke depan, melihat antusiasme mahasiswa Indonesia untuk kuliah ke Irlandia.
KOMPAS
Republik Irlandia dan Indonesia telah menjalin hubungan diplomasi selama 40 tahun. Meskipun begitu, sedikit sekali yang diketahui masyarakat kedua negara atas satu sama lain. Padahal, di Indonesia, penetrasi budaya populer Republik Irlandia sangat besar. Berangkat dari minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia, Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis menjadikannya pendorong untuk semakin mengakrabkan masyarakat kedua negara.
“Kami negara berbahasa Inggris dengan biaya hidup di sejumlah kota relatif lebih rendah daripada di Inggris. Selain itu, Irlandia juga anggota Uni Eropa sehingga jika memiliki visa Irlandia ada kemudahan untuk berkunjung ke negara-negara lain di Eropa,” tutur Francis.
Ia menjelaskan, mahasiswa dari Asia umumnya meminati program studi farmasi, teknologi informasi, dan ilmu komputer. Belum banyak yang mengetahui bahwa Irlandia memiliki industri piranti lunak dan piranti keras komputer yang maju. Bahkan, neraca perdagangan jasa Irlandia-Indonesia nilainya adalah 1 miliar euro. Jauh lebih besar dibandingkan neraca perdagangan komoditas yang jumlahnya 270 juta euro.
Perdagangan jasa ini termasuk di jual-beli piranti lunak. Akan tetapi, ekspor jasa terbesar ialah di industri layanan pesawat terbang. Kebanyakan perusahaan penyewaan pesawat yang digunakan oleh maskapai-maskapai Indonesia berkantor pusat di Irlandia. Di samping itu, juga ada industri manufaktur barang-barang berteknologi tinggi.
Teknologi
Teknologi merupakan bagian penting dari kemajuan ekonomi Irlandia. Francis menerangkan, hingga tahun 1960-an, Irlandia merupakan negara pertanian dengan metode tradisional. Kesadaran muncul di kalangan masyarakat untuk memodernkan pertanian, tidak hanya dari segi alat dan metode, tetapi juga memastikan kesinambungan dan keberlanjutan dengan alam.
ARSIP PRIBADI
Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis (keempat dari kiri) berkunjung ke Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada hari Selasa (1/11/2022). Mereka membahas kemungkinan dibukanya program studi Irlandia di UGM.
Awalnya adalah dengan membangun infrasturktur, terutama transportasi dengan listrik. Setelah itu diikuti dengan penggunaan peralatan yang lebih canggih untuk pertanian, peternakan, dan perkebunan, Misalnya, mesin pemerah susu sapi sehingga bisa meningkatkan produktivitas peternak.
“Kami kemudian menyadari bahwa jika ingin meningkatkan kemakmuran, tidak bisa lagi hanya sekadar menjual bahan mentah. Produk-produk apapun yang dihasilkan oleh Irlandia harus memiliki nilai tambah sehingga harga jualnya juga naik,” kata Francis.
Di sini, pendidikan dan pelatihan memainkan peranan penting. Para petani meningkatkan kompetensi masing-masing dan hal ini menjadi budaya di kalangan mereka. Sebagai gambaran, petani merupakan 15 persen dari total populasi negara tersebut, tetapi mereka mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan mengekspor sisa produksi dalam bentuk produk jadi.
Francis mengatakan, tidak ada lagi ekspor bahan mentah seperti ternak hidup dan susu. Rupa komoditasnya sekarang ialah daging sapi kemasan maupun olahan, susu, mentega, dan keju. Irlandia tidak lagi mengekspor biji gandum dan roti, produk turunannya kini berupa berbagai jenis makanan hingga minuman keras yang antara lain adalah wiski dan bir.
“Dari proses memproduksi barang jadi bermutu tinggi ini, masyarakat juga membenahi seluruh mata rantai industri. Dari awal, misalnya di peternakan, proses pertaniannya harus bermutu dan menggunakan metode ramah alam yang menjamin kelestarian lingkungan sekaligus menjaga kuantitas dan kualitas panen. Cara pengemasan juga memakai teknologi tinggi sehingga komoditas ini bisa tahan lama dan diekspor ke negara-negara yang jauh tanpa mengorbankan tampilan, rasa, dan nutrisi. Prinsip keberlanjutan ekonomi ini pula yang membuat Irlandia berambisi per 2030 sebanyak 80 persen energinya berasal dari energi terbarukan,” ujarnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Jack Chambers, Menteri Transportasi, Lingkungan, Iklim, dan Komunikasi Irlandia berkunjung ke Jakarta pada hari Jumat (17/3/2023).
Geografi Irlandia sebagai negara kepulauan membuatnya memiliki tiupan angin yang kencang dan terus-menerus. Di sepanjang pesisir, mereka membangun pembangkit listrik tenaga bayu. Target selain beralih ke energi terbarukan, Irlandia ingin bisa mengekspor listrik ini. Mereka juga membuka peluang kerja sama, investasi, dan pertukaran pengetahuan mengenai transisi energi.
Atas dasar teknologi ini pula Irlandia tidak mengimpor bahan mentah dari negara mana pun. Francis menuturkan, Irlandia tidak akan mengimpor bijih nikel, bijih besi, ataupun batubara dari Indonesia karena di negara tersebut tidak ada fasilitas pengolahan bahan mentah. Irlandia justru tertarik dengan produk-produk turunan yang bisa dihasilkan dari bahan-bahan tersebut.
“Kami terus memantau perkembangan industri batere mobil listrik di Indonesia. Jika produknya bermutu, Irlandia berminat mengimpor karena batere listrik bisa dimanfaatkan oleh banyak industri, tidak hanya kendaraan listrik,” katanya. Ia juga mengatakan Irlandia terus memantau produk-produk barang jadi yang bermutu tinggi dari Indonesia untuk menjajaki potensi perdagangan.
Seiring dengan teknologi, Irlandia juga menginginkan digitalisasi. Di aspek ini, mereka sedang belajar dari Indonesia. Menurut Francis, e-dagang kuat di Irlandia, tetapi tidak sebanding dengan Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat cakap dalam menggunakan gawai elektronik dan pemanfaatan lokapasar digital tidak hanya kuat di kota-kota besar, di perdesaan dan di kalangan generasi tua juga sudah ada penetrasinya.
Pekan lalu, Menteri Transportasi, Iklim, dan Komunikasi Irlandia Jack Chambers melawat ke Jakarta. Salah satu menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang ia temui adalah Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G Plate. Chambers menjelaskan peran kantor pos di Irlandia yang tidak hanya sebagai pengantar surat dan paket, tetapi memiliki fungsi sangat penting. Kantor pos turut memiliki layanan perbankan dan penyaluran dana pensiun.
“Irlandia baru-baru ini membenahi sistem kode pos, yaitu menambah lebih banyak kode sehingga catatan wilayahnya sangat terperinci. Ini memungkinkan akurasi pengiriman barang sekaligus pendataan warga. Sistem ini penting sebagai landasan pengembangan digitalisasi dan e-dagang. Jadi, pertemuan Menteri Chambers dengan Menteri Plate salah satunya membahas mengenai penguatan kantor pos sebagai tonggak layanan daring,” papar Francis.
Selain itu, Irlandia juga ingin mempelajari sistem moda rata terpadu (MRT) yang ada di Jakarta. Ketika ditanya alasan mempelajari dari Jakarta, bukan dari London atau Singapura, Francis menjelaskan bahwa mereka justru ingin belajar dari kota besar yang sudah jadi dan membangun sistem MRT dari nol.
“Kereta bawah tanah di London sudah ada sejak seratus tahun lalu ketika London belum seperti sekarang. Di Singapura, pembangunannya di tahun 1967 ketika kota belum sangat berkembang. Dublin serupa dengan Jakarta. Kotanya sudah jadi dan relatif padat penduduk, tetapi Jakarta tetap bisa merancang sistem MRT yang luas jangkauannya,” ujarnya.