Perang Ukraina Berisiko Libatkan Senjata Nuklir
Situasi mutakhir menunjukkan perang Ukraina berisiko bereskalasi menjadi perang nuklir. Ini sekaligus bisa menyeret makin banyak negara.

Masker bergambar Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan), pemilik perusahaan militer swasta Wagner Group Yevgeny Prigozhin (tengah), dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dipajang untuk dijual di toko suvenir di St. Petersburg, Rusia, Minggu, 19 Maret 2023 .
KYIV, SENIN - Perang Ukraina semakin berisiko melibatkan nuklir. Eskalasi berbahaya ini juga berisiko melibatkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara di pihak Barat dan Belarus di pihak Rusia sehingga makin banyak pihak terlibat langsung di medan perang.
Kremlin pada Senin (27/3/2023) menegaskan bahwa kritik Barat tidak akan mengubah rencana Presiden Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. ”Reaksi seperti itu tentu saja tidak dapat memengaruhi rencana Rusia,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Berbicara pada wawancara televisi, Sabtu (25/3), Putin mengatakan Moskwa akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus. Hal ini ia tegaskan dengan pernyataan, ”tanpa melanggar perjanjian internasional tentang non-proliferasi nuklir”.
Baca juga: Ancaman Radioaktif ke Lumbung Pangan Dunia
Menurut Putin, penempatan senjata nuklir taktis di negara lain bukanlah hal yang tidak biasa. ”Amerika Serikat (AS) telah melakukan ini selama beberapa dekade. Mereka telah lama menempatkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah sekutu mereka,” kata Putin.
AS misalnya, Putin mencontohkan, menempatkan senjata nuklirnya di sejumlah pangkalan militernya di Benua Eropa. Di antaranya di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki.
Guna merealisasikan rencana itu, Putin menyatakan telah berbicara dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Kedua pemimpin disebutkan telah ”setuju untuk melakukan hal yang sama”. Lukashenko mengatakan, Belarus hanya akan menyerang jika diserang.

Arsip - Tentara Ukraina yang menggunakan tank rampasan milik Rusia T-72 sedang mengadakan pelatihan militer di dekat perbatasan Ukraina-Belarusia dekat Chernihiv, Ukraina, Jumat, 28 Oktober 2022.
Rencana mobilisasi senjata nuklir oleh Putin itu diumumkan beberapa hari setelah Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan akan mengirim peluru berlapis uranium sisa atau depleted uranium ke Ukraina. Menteri Pertahanan Inggris Annabel Goldie, Senin (20/3), menyatakan, Kementerian Pertahanan Inggris akan mengirim uranium sisa bersama tank Challenger 2 ke Ukraina. Amunisi itu efektif mengalahkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Sehari setelahnya, Putin menyatakan, Rusia akan memberikan respons sepadan jika Inggris benar-benar memasok militer Ukraina dengan amunisi mengandung uranium sisa.
”Inggris mengumumkan, tidak saja akan memasok Ukraina dengan tank, tetapi juga amunisi mengandung uranium sisa. Saya tegaskan, jika itu terjadi, Rusia akan meresponsnya secara sepadan. Barat telah memulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir,” kata Putin kepada wartawan di Moskwa, Selasa (21/3).
Baca juga: Hendak Kirim Uranium Habis ke Ukraina, Inggris Bermain Api
Barat langsung memprotes rencana Putin yang akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus yang berbatasan dengan Uni Eropa dan NATO. Mereka menyerukan sanksi baru terhadap Moskwa.
Ukraina sudah meminta agar ada pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas rencana Putin tersebut. Kepala Keamanan Ukraina Oleksiy Danilov menilai, rencana Rusia itu akan membuat situasi di Belarus tidak stabil.

Arsip - Rudal balistik Russian RS-24 Yars mengikuti parade militer di Lapangan Merah di Moskwa, Rusia, 24 Juni 2020.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell, juga menyatakan UE sudah siap untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Belarus jika ibu kota Belarus, Minsk, menjadi tuan rumah senjata nuklir Rusia.
”Jika Belarus menjadi tuan rumah senjata nuklir Rusia, keamanan Eropa akan terancam. Belarus masih bisa menghentikan rencana itu, tetapi itu pilihan mereka. UE akan siap merespons dengan sanksi,” cuit Borrell di akun Twitter, Minggu (26/3).
Juru bicara NATO, Oana Lungescu, juga menyatakan retorika nuklir Rusia itu berbahaya dan tidak bertanggung jawab. NATO akan tetap mewaspadai perkembangan situasi. Sampai sejauh ini, belum ada perubahan dalam postur nuklir Rusia yang membuat NATO harus bersiap-siap.
Rusia memiliki senjata yang bisa menghancurkan musuh mana pun, termasuk AS. Senjata itu akan digunakan jika Rusia terancam.
Michael McCaul dari Komite Urusan Luar Negeri DPR AS tidak yakin Rusia akan benar-benar menggunakan senjata nuklirnya. Ia meyakini retorika Putin itu hanya untuk mengintimidasi Barat. ”Saya pikir Putin hanya mau menakut-nakuti. Meski begitu, isu nuklir taktis ini mengganggu,” ujarnya.
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev memperingatkan, Rusia memiliki senjata yang bisa menghancurkan musuh mana pun, termasuk AS. Senjata itu akan digunakan jika Rusia terancam.
”Rusia masih sabar dan tidak mengintimidasi siapa pun dengan keunggulan militernya. Tetapi, Rusia memiliki senjata modern yang mampu menghancurkan musuh mana pun, termasuk AS,” kata Patrushev kepada harian Rossiikaya Gazeta, Senin (27/3).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat berbicara dalam Konferensi Perlucutan Senjata di Geneva, Swiss, Selasa (28/2/2023). Indonesia mendorong kembalinya kemauan politik, perkuatan arsitektur perlucutan senjata dan kepatuhan terhadap zona/kawasan bebas senjata nuklir dalam konferensi tersebut.
Atas perkembangan terbaru itu, risiko perang nuklir meningkat. Para ahli khawatir setiap serangan Rusia kemungkinan besar akan melibatkan senjata nuklir taktis atau tactical nuclear weapons (TNW).
Meski berdaya ledak lebih tinggi daripada bom Hiroshima, TNW tetap didefinisikan sebagai bom yang digunakan di medan tempur atau skala dampak lebih kecil. Berbeda dengan senjata nuklir strategis atau strategic nuclear weapon (SNW) sebagaimana bom yang dijatuhkan AS di Jepang yang didesain untuk menghancurkan suatu wilayah.
Rencana penempatan senjata nuklir taktis di luar wilayah ini merupakan yang pertama kali diumumkan Rusia sejak pertengahan 1990-an. Tak diketahui pasti jumlah senjata nuklir taktis Rusia mengingat masih banyak hal terkait Perang Dingin yang dirahasiakan.
AS menempatkan setidaknya 150 senjata nuklir taktis di sejumlah negara anggota NATO.
Traktat Pengendalian Penyebaran Senjata Nuklir (NPT) tidak secara spesifik melarang negara pemilik senjata nuklir menempatkan senjata itu di negara lain. NPT hanya mewajibkan negara pemilik tetap menjadi pengendali peluncur persenjataan tersebut.
AS menempatkan setidaknya 150 senjata nuklir taktis di sejumlah negara anggota NATO. Bom-bom nuklir B61 dengan panjang sekitar 3,6 meter, dengan daya ledak yang bervariasi mulai dari 0,3 hingga 170 kiloton ditempatkan AS di enam pangkalan udara di Eropa. Sampai 2021, Putin berulang kali meminta AS menarik TNW. Washington tak menggubrisnya. (REUTERS/AFP/LUK/RAZ)