Deutsche Bank Jadi Perhatian, Pasar Makin Tak Percaya pada Kesehatan Bank AS-Eropa
Credit Suisse dan Deutsche Bank sama-sama sering terseret skandal. Ada 79 kasus dengan denda 19 miliar dollar AS pada Deutsche Bank sepanjang 2000-2022.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
FRANKFURT, MINGGU — Kesehatan bank-bank Eropa dan Amerika Serikat terus diragukan pasar. Potensi risiko kegagalan bayar surat utang bank-bank Eropa pun melonjak. Pasar cemas dengan potensi krisis perbankan yang tidak menunjukkan tanda akan berakhir.
Pemerintah dan otoritas pasar AS-Eropa memang terus mencoba menenangkan pasar. Upaya terbaru dilakukan Kanselir Jerman Olaf Scholz setelah saham anjlok dalam perdagangan, Jumat (24/3/2023).
Stoxx Europe 600, indeks saham gabungan 600 bank terbesar Eropa, juga terpangkas di penutupan pasar pekan ini. Harga saham sejumlah bank Jerman juga ikut terpangkas. ”Tidak ada alasan untuk khawatir,” kata Scholz, sebagaimana dikutip Financial Times edisi Sabtu (25/3/2023).
Scholz bukan orang pertama yang menyampaikan pendapat positif soal kesehatan bank. Presiden Direktur Silicon Valley Bank (SVB) Greg Becker pernah meminta nasabah tidak panik dan tidak menarik tabungan. Beberapa hari setelah pernyataan Becker, SVB masuk dalam program perlindungan otoritas keuangan AS. Sebab, bank itu kehabisan uang.
Setelah kasus SVB mencuat, terungkap bahwa sejumlah bank AS dan Eropa juga mempunyai masalah kesehatan keuangan. Bahkan, Credit Suisse akhirnya diakuisisi UBS yang selama ini menjadi pesaingnya. Akuisisi pada 19 Maret 2023 itu mengakhiri sejarah hampir 167 tahun bank Swiss tersebut.
Seperti Credit Suisse, saham Deutsche Bank anjlok setelah risiko kegagalan bayarnya meningkat. Dari 111 basis poin, premi asuransi kegagalan bayar utang Deutsche Bank menembus 202 basis poin. Terakhir kali Deutsche Bank mencatat premi lebih dari 200 basis poin terjadi pada 2018. Semakin tinggi preminya, semakin tinggi pula risiko gagal bayarnya.
Kecemasan pasar, antara lain, karena terkait salah satu klausul dalam obligasi Deutsche Bank. Dalam klausul itu disebutkan bahwa regulator bisa menghapuskan nilai obligasi. Klausul ini menjadi perhatian selepas akuisisi Credit Suisse oleh UBS. Untuk memuluskan transaksi, regulator Swiss mengizinkan penghapusan obligasi senilai 17 miliar dollar AS yang diterbitkan Credit Suisse.
”Kita masih menanti kartu domino lain yang jatuh dan semua orang jelas menganggap Deutsche Bank adalah kartu itu. Krisis perbankan belum sepenuhnya selesai,” kata Chris Beauchamp, analis senior IG Group.
Kita masih menanti kartu domino lain yang jatuh dan semua orang jelas menganggap Deutsche Bank adalah kartu itu. Krisis perbankan belum sepenuhnya selesai.
Adapun Andre Coombs dari Citigroup menyebut, pasar kini sedang bertindak tidak masuk akal. ”Seperti terlihat pada Credit Suisse, risikonya adalah dampak ikutan dari berita terhadap kondisi psikologi nasabah, terlepas benar atau salah berita itu,” ujarnya.
Klaim sehat
Pada 2022, Deutsche Bank kembali mengumumkan kenaikan keuntungan. Nilainya mencapai 6,1 miliar dollar AS atau naik lebih dari 100 persen dibandingkan 2021. Keuntungan bank terbesar kedelapan di Eropa itu, antara lain, dicapai setelah memecat setidaknya 18.000 pegawai sepanjang 2022.
Sejak 2018, bank tersebut kembali fokus pada nasabah perusahaan lama. Di bawah pimpinan Christian Sewing, bank yang berkantor pusat di Frankfurt, Jerman, itu antara lain melepaskan aset berisiko tinggi senilai 43 miliar dollar AS. ”Deutsche Bank telah memodernisasi dan menata ulang bisnisnya, sekarang menjadi bank yang menguntungkan,” kata Scholz.
Sejauh ini, belum ada laporan penarikan dana besar-besaran dari Deutsche Bank. Selain lonjakan risiko gagal bayar utang, penarikan itu menjadi penyebab kejatuhan SVB dan Credit Suisse.
”Investor khawatir pada kesehatan bank itu. Kami relatif lebih tenang karena modal dan likuiditas Deutsche Bank kokoh. Kami tidak punya kecemasan pada Deutsche Bank. Agar lebih jelas, Deutsche Bank bukan Credit Suisse versi selanjutnya,” kata Stuart Graham, analis pada perusahaan riset pasar, Autonomous.
Salah satu pemegang saham Deutsche Bank, JP Morgan Chase, juga menyebut bank itu sehat. Kepada investornya, JP Morgan Chase menyebut bahwa Credit Suisse dan Deutsche Bank berbeda. Pertama, restrukturisasi Deutsche Bank dilakukan sebelum pasar dalam kondisi sekarang. Kedua, belum ada penarikan besar-besaran dana oleh nasabah Deutsche Bank, seperti dialami Credit Suisse.
”Kini, nasabah dan investor sedang menanti sejauh mana regulator akan melindungi dana mereka,” demikian edaran JP Morgan Chase kepada para investornya.
Masalahnya, Credit Suisse dan Deutsche Bank sama-sama sering terseret skandal. Dilaporkan Financial Times, Deutsche Bank, antara lain, pernah terseret skandal pencucian uang. Pada Agustus 2022, kejaksaan Jerman menggeledah kantor pusat bank itu di Frankfurt. Penggeledahan ini merupakan bagian dari penyelidikan dugaan pencucian uang yang dilakukan bank tersebut. Sebelum penggeledahan, Deutsche Bank membayar 10,4 juta dollar AS sebagai denda dari otoritas Jerman dan Spanyol.
Denda 2022 jauh lebih rendah dibandingkan 2017. Karena terbukti terlibat pencucian 10 miliar dollar AS milik konglomerat Rusia, Deutsche Bank didenda 630 juta dollar AS oleh AS dan Inggris. Sepanjang abad ke-21, bank itu telah diputus bersalah 79 kali oleh otoritas di berbagai negara. Akibatnya, Deutsche Bank harus membayar denda setidaknya 19 miliar dollar AS pada 2000-2022. (AFP/REUTERS)