Hendak Kirim Uranium Habis ke Ukraina, Inggris Bermain Api
Pemerintah Inggris berencana mengirim amunisi mengandung uranium habis atau ”depleted uranium” ke Ukraina. Meski tidak bisa memicu reaksi nuklir, metal berat itu beracun secara kimia dan radiologi.
Kementerian Pertahanan Inggris, Senin (20/3/2023), mengonfirmasi rencananya yang akan mengirim amunisi mengandung uranium habis yang mampu menembus lapis baja ke Ukraina untuk membantu menghancurkan tank Rusia. Kabar ini sontak mendapat respons keras dari Kremlin.
Menteri Pertahanan Inggris Annabel Goldie, Senin (20/3/2023), menyatakan, Kementerian Pertahanan Inggris akan mengirim uranium habis (depleted uranium) bersama tank Challenger 2 ke Ukraina. Amunisi itu efektif mengalahkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
”Bersama bantuan skuadron tank utama Challenger 2 ke Ukraina, kami akan memberikan amunisi, termasuk amunisi penembus lapis baja yang mengandung uranium habis,” katanya menjawab pertanyaan wartawan.
Militer Inggris telah menggunakan uranium habis dalam amunisinya guna menembus lapis baja selama berpuluh-puluh tahun. Rusia tahu itu, tetapi secara sengaja mereka mencoba menyebarkan disinformasi.
Mengutip BBC, Kementerian Pertahanan Inggris mengklaim bahwa uranium habis adalah material yang mengandung risiko radiasi rendah. ”Militer Inggris telah menggunakan uranium habis dalam amunisinya guna menembus lapis baja selama berpuluh-puluh tahun. Rusia tahu itu, tetapi secara sengaja mereka mencoba menyebarkan disinformasi,” sebut Kementerian Pertahanan Inggris.
Riset independen oleh para ilmuwan di berbagai kelompok, seperti Royak Society, masih mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris, telah mengkaji efek penggunaan material tersebut. Hasilnya menyebutkan bahwa setiap dampak terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan dari penggunaan amunisi uranium habis cenderung rendah.
Sehari setelahnya, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung memberikan tanggapan. Rusia, menurut dia, akan memberikan respons sepadan jika Inggris benar-benar memasok militer Ukraina dengan amunisi mengandung uranium habis.
”Inggris mengumumkan, tidak saja akan memasok Ukraina dengan tank, tetapi juga amunisi mengandung uranium habis. Saya tegaskan, jika itu terjadi, Rusia akan meresponsnya secara sepadan. Barat telah memulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir,” kata Putin kepada wartawan seusai pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di Kremlin, Moskwa, Selasa (21/3/2023).
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, langkah Inggris itu akan membawa konsekuensi serius terhadap hubungan Rusia-Inggris sekaligus situasi di tingkat internasional. ”Kami tidak akan membiarkan tindakan seperti itu tidak terjawab,” sebut Kementerian Pertahanan Rusia.
Saya tegaskan, jika itu terjadi, Rusia akan meresponsnya secara sepadan. Barat telah memulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir.
Sementara Amerika Serikat pada Rabu (22/3/2023) menolak keberatan Rusia soal rencana Inggris mengirim amunisi penembus lapis baja ke Ukraina yang mengandung uranium habis tersebut. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyebut keberatan Moskwa sebagai argumen salah.
Amunisi tersebut, menurut Kirby, meningkatkan kemampuan untuk mengatasi pertahanan tank dan ”bukan radioaktif” dan ”tidak mendekati” bidang persenjataan nuklir.
”Ini adalah jenis amunisi biasa yang digunakan terutama untuk kemampuan menembus lapis baja. Jadi, sekali lagi, jika Rusia sangat peduli dengan tank dan tentara tank mereka, mereka bisa membawa mereka melintasi perbatasan kembali ke Rusia,” katanya.
Apa itu uranium habis?
Mengutip Al Jazeera, uranium habis adalah produk sampingan dari proses untuk membuat uranium biasa menjadi uranium diperkaya. Uranium diperkaya digunakan dalam bahan bakar nuklir dan senjata nuklir.
Dari aspek material, uranium habis sangat padat. Materinya lebih padat daripada timah sehingga membuatnya menarik dibuat sebagai proyektil.
Uranium habis tidak bisa memicu reaksi nuklir. Namun, amunisi itu mengandung risiko. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendeskripsikannya sebagai metal berat yang beracun secara kimia dan radiologi.
Pakar nuklir dari lembaga riset RAND, Edward Geist, menyatakan, uranium habis tidak bisa memicu reaksi nuklir. Namun, amunisi itu mengandung risiko. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendeskripsikannya sebagai metal berat yang beracun secara kimia dan radiologi.
Pada 1970-an, Angkatan Darat AS mulai membuat peluru penembus lapis baja dengan uranium habis. Sejak itu, AS terus menambahkannya ke lapis baja tank komposit untuk memperkuatnya. Uranium habis juga terus ditambahkan pada amunisi yang ditembakkan oleh pesawat serangan dukungan udara jarak dekat A-10 angkatan udara, yang dikenal sebagai ”pembunuh tank”.
Mengutip AFP, uranium habis adalah produk sampingan dari proses pengayaan uranium. Radioaktifnya sekitar 60 persen lebih sedikit daripada uranium dalam kondisi aslinya.
Penggunaannya menuai kontroversi. Sebab, materialnya beracun bagi tentara yang menggunakannya dan beracun pula bagi manusia di area yang menjadi target penembakan.
Setelah menyerang target mereka, cangkang uranium habis melepaskan debu dan pecahan uranium oksida ke udara.
Uranium adalah logam yang sangat padat, sekitar 1,7 kali lebih padat daripada timbal. Dengan demikian, material ini tidak berubah bentuk saat menghantam target. Uranium habis digunakan dalam cangkang dan bom untuk memberi kemampuan menembus logam.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan uranium habis sebagai logam berat yang beracun dan mengandung radioaktif. Setelah menyerang target, cangkang uranium habis melepaskan debu dan pecahan uranium oksida ke udara.
Dari aspek kesehatan, risiko utama dari uranium habis bukanlah unsur radioaktifnya, melainkan toksisitas kimianya. Demikian pendapat Komisi Keselamatan Nuklir Kanada. ”Menelan atau menghirup uranium habis dalam jumlah besar dapat memengaruhi ginjal. Dan jika seseorang menghirup banyak debu uranium dalam waktu lama, kekhawatiran kesehatan utama adalah peningkatan risiko kanker paru-paru,” kata komisi tersebut.
Amunisi uranium habis sudah banyak disebut sebagai salah satu kemungkinan penyebab masalah kesehatan di antara orang-orang yang bertempur di Perang Teluk atau potensi penyebab kanker tingkat tinggi dan cacat lahir di kota Irak, Fallujah. Namun, peran amunisi dalam masalah ini belum terbukti secara ilmiah.
Menelan atau menghirup uranium habis dalam jumlah besar dapat memengaruhi ginjal. Dan jika seseorang menghirup banyak debu uranium dalam waktu lama, kekhawatiran kesehatan utama adalah peningkatan risiko kanker paru-paru,
Banyak penelitian telah menyimpulkan bahwa uranium habis bersifat racun. ”Dalam studi di mana Badan Energi Atom Internasional terlibat, risiko radiologis yang dihasilkan pada publik dan lingkungan tidak signifikan dalam situasi di mana uranium habis diamati dalam bentuk kontaminasi lokal lingkungan oleh partikel kecil yang dihasilkan dari dampak tersebut,” kata Kantor PBB untuk Urusan Perlucutan Senjata.
”Namun, dalam situasi di mana fragmen atau amunisi uranium lengkap ditemukan, ada potensi risiko efek radiasi bagi individu yang bersentuhan langsung dengan fragmen atau amunisi tersebut,” kata kantor tersebut. (AFP/REUTERS)