China merupakan mitra dagang terbesar UE. Volume perdagangan UE-China di atas volume perdagangan UE-AS.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AFP/LUDOVIC MARIN
Presiden Dewan Eropa Charles Michel (kanan), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelum pertemuan Dewan Eropa, Kamis (23/3/2023), di Brussels, Belgia. Isu Ukraina menjadi salah satu bahasan pertemuan itu.
BRUSSELS, KAMIS — Kedekatan China dengan Rusia tidak membuat Uni Eropa menjauhi Beijing. Brussels justru akan kesulitan jika menjauhi Beijing. Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, Brussels menyadari Beijing-Moskwa semakin dekat saat ini. Kedekatan itu seharusnya tidak menjadi hambatan bagi Uni Eropa untuk terus berhubungan dengan China.
”Dalam situasi sekarang, sangat jelas kita perlu berhubungan dengan China,” ujarnya kepada Euronews, Rabu (22/3/2023) malam waktu Brussels atau Kamis dini hari WIB.
Pernyataan itu disampaikan beberapa jam selepas Presiden China Xi Jinping meninggalkan Rusia. Dalam lawatan selama tiga hari itu, Xi menegaskan hubungan China-Rusia amat kuat. Bahkan, kerja sama kedua negara semakin ditingkatkan lewat lawatan itu. Michel menyampaikan pandangannya menjelang anggota Dewan Eropa, yakni para kepala negara atau kepala pemerintahan 27 anggota Uni Eropa (UE), bertemu di Brussels. Pertemuan selama dua hari mulai Kamis itu, antara lain, membahas isu Ukraina.
Michels menyebut, hubungan dengan China dijaga bukan karena Brussels selalu setuju dengan Beijing. Sebaliknya, UE perlu tetap berhubungan dengan China agar bisa menjaga prinsip dan kepentingan UE. Tanpa komunikasi dengan Beijing, akan sulit bagi UE menyampaikan kebutuhan dan pendapat mereka kepada China.
Sebelumnya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga menyebut, UE tidak mau berpisah dari China. Meski kebijakan Brussels pada Beijing cenderung mengeras, UE tetap mau menjaga hubungan dengan China. Mengerasnya sikap UE, menurut seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat kepada Politico, menjadi salah satu fokus pemerintahan Presiden AS Joe Biden. ”Kami sudah mengerjakannya sejak lama,” kata pejabat yang menolak identitasnya diungkap itu.
Presiden German Marshall Fund cabang Washington Heather Conley mengatakan, UE tidak sanggup memutus hubungan dari China. UE telah merasakan dampak buruk pemutusan hubungan dengan Rusia. Brussels membutuhkan banyak sumber daya dari Beijing untuk menyukseskan aneka programnya. Apalagi, kini UE-AS malah justru bersitegang gara-gara berbagai aturan AS yang dinilai merugikan Eropa.
AFP/KENZO TRIBOUILLARD
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte tiba di kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia, Kamis (23/3/2023). Rutte dan kepala pemerintahan atau kepala negara 27 anggota UE menghadiri sidang Dewan Eropa bersama sejumlah pejabat UE dan organisasi internasional lainnya.
Conley mengatakan, program energi terbarukan UE sulit berjalan tanpa kerja sama dengan China. Sebab, program itu membutuhkan banyak logam tanah jarang. Kini, 98 persen pasokan logam tanah jarang ke pasar global disediakan oleh China.
UE sudah mencoba mendekati berbagai negara untuk mencari pemasok pengganti. Sayangnya, akan butuh waktu hingga melebihi target UE untuk menghentikan penggunaan minyak, batubara, dan gas bumi sebelum pemasok baru logam tanah jarang bisa menggantikan China.
Semakin penting
Ekonomi menjadi alasan utama China semakin penting bagi UE. China merupakan mitra dagang terbesar UE. Volume perdagangan UE-China di atas volume perdagangan UE-AS. Belanda dan Jerman menjadi anggota UE dengan volume perdagangan dan investasi tertinggi ke China.
Pebisnis dan analis Eropa memandang China sebagai pasar penting dan tidak mungkin ditinggalkan. Dengan penduduk 1,4 miliar dan daya beli yang terus meningkat, China merupakan pasar yang amat besar. Bahkan, sebagian pebisnis Eropa memandang daya beli China sebagai salah satu yang terkuat di dunia.
”Industri China punya rantai pasok yang bagus. Posisi geografis China yang dekat dengan pasar berkembang juga menjadi pertimbangan penting,” kata Direktur Kajian Keamanan dan Internasional pada George C Marshall European Center for Security Studies Andrew A Michta.
Industri di China jauh lebih kompetitif dibandingkan di berbagai negara lain. Selain karena ongkos buruh lebih efektif, industri di China ditopang berbagai kebijakan pemerintah dan rantai pasok global yang kuat.
Investor China dan UE saling menanamkan modal di negara atau kawasan masing-masing. Sampai 2019, China menanamkan 120 miliar euro di Eropa. Investasi itu belum termasuk proyek infrastruktur di sejumlah anggota UE. Sementara pada 2022, investasi Jerman ke China meningkat 52 persen dibandingkan 2021.
Investasi China di Eropa amat beragam walau fokusnya terutama pada perusahaan teknologi. Pengusaha-pengusaha China agresif membeli saham berbagai perusahaan teknologi Eropa. Pemerintah sejumlah negara Eropa sampai berusaha membatasi aneka upaya pembelian itu. (AFP/REUTERS)