Australia Tak Janji Dukung AS dalam Konflik Militer Terkait Taiwan
Australia menegaskan, tidak berjanji mendukung Amerika Serikat dalam konflik militer apa pun terkait Taiwan sebagai imbalan atas kesepakatan akuisisi kapal selam serang bertenaga nuklir AS.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
AFP/JIM WATSON
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggelar konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di sela-sela Pertemuan Tingkat Tinggi AUKUS pada 3 Maret 2023 lalu di Pangkalan Angkatan Laut Point Loma, San Diego, California.
SYDNEY, MINGGU – Australia memang gerah dengan menguatnya pembangunan dan kehadiran militer China di kawasan. Meskipun demikian, Australia memastikan tidak berjanji mendukung Amerika Serikat dalam konflik militer apa pun terkait Taiwan sebagai imbalan atas kesepakatan akuisisi kapal selam serang bertenaga nuklir AS. Penegasan itu dikatakan oleh Menteri Pertahanan Australia Richard Marles, Minggu (19/3/2023).
Sebagaimana diketahui, Australia bersama dengan AS, dan Inggris pada Senin lalu dalam kerangka kerja sama keamanan, AUKUS, menyepakati kerja sama proyek pengadaan kapal selam serang bertenaga nuklir. Dari Washington, Canberra akan membeli kapal selam kelas Virginia, sementara bersama-sama dengan London, Canberra akan memproduksi dan mengoperasikan kapal selam baru, yaitu SSN-AUKUS. Untuk memujudkan proyek itu, Australia menggelontorkan dana hingga 246 miliar dollar AS. Sementara itu, bersama Inggris, Australia akan memproduksi dan mengoperasikan kelas kapal selam baru, SSN-AUKUS.
Dalam perbincangan dengan stasiun televisi ABC, Marles mengatakan, tidak, ketika ditanya apakah Australia memberi komitmen akan membantu AS bila meletus konflik bersenjata terkait Taiwan sebagai imbalan atas pengadaan kapal selam nuklir itu. “Tentu saja tidak, dan juga tidak mencari-cari,” kata Marles.
AP/DANA JENSEN
Dalam foto yang dirilis pada 17 Maret 2018 tampak USS Colorado, salah satu kapal selam bertenaga nuklir AS dari kelas Virginia tengah berlabuh di Pangkalan Kapal Selam di New London, Groton, Connecticut.
Untuk mempersenjatai kapal selam itu, Jumat lalu dikabarkan AS telah menyetujui penjualan rudal jelajah Tomahawk bagi Australia. Direncanakan, Australia akan membeli hingga 200 rudal jelajah Tomahawk. Nilai pembelian itu mencapai 900 juta dollar AS. Rudal itu akan diproduksi oleh Raytheon Missiles and Defense yang berbasis di Arizona.
“Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat,” kata Departemen Luar Negeri AS terkait persetujuan penjualan Tomahawk pada Canberra.
Menteri Industri Pertahanan Australia, Pat Conroy menilai memiliki Tomahawk penting bagi Australia. “Kami tentu menginginkan kemampuan terbaik untuk Angkatan Bersenjata Australia, termasuk kemampuan untuk menyerang lawan sejauh mungkin dari daratan Australia,” katanya kepada Australian Broadcasting Corp. “Rudal jelajah adalah bagian penting dari itu, seperti halnya kapal selam yang meluncurkannya”.
Tidak mencari musuh
Sebelumnya, pada Kamis (16/3/2023), Singapura, Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana John Aquilino mengatakan, kehadiran AS di kawasan Asia bukan untuk memicu konflik dengan China.
Merujuk pada kerja sama AUKUS, Aquilino mengatakan, pengadaan kapal selam nuklir untuk Australia semata-mata untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara itu. “Sebagai mitra yang baik, Amerika Serikat dan Inggris akan terus maju dan membantu kemampuan Australia untuk mempertahankan diri,” kata Aquilino seusai memberi kuliah umum yang digelar oleh International Institute for Strategic Studies (IISS) di Singapura.
AFP
Pasukan terjun payung ikut serta dalam latihan militer bersama antara Jepang, Inggris, Australia, dan AS di lapangan latihan Narashino di Funabashi, Prefektur Chiba, Jepang, pada 8 Januari 2023.
AP/US NAVY/JOSEPH CALABRESE
Sebuah pesawat E/A-18G Growler tengah lepas landas dari kapal induk USS Nimitz yang tengah berlayar di Laut China Selatan pada Minggu (12/2/2023).
Latihan bersama dan patroli yang dilakukan AS di kawasan Asia, menurut Aquilino, tidak diarahkan untuk mencari-cari masalah atau berkonflik dengan China. Bahkan hal itu tidak diarahkan untuk mendukung kemerdekaan Taiwan.
Aquilino mengatakan, penting untuk memastikan bahwa mitranya dan China tahu bahwa AS tidak mencari pertengkaran. "Ada tempat bagi China di dunia ini untuk mematuhi dan mengikuti aturan seperti yang kita semua lakukan," katanya.
Sebaliknya, Beijing berpendapat, Washington harus mampu menempatkan diri. Mengacu pada pernyataan Menteri Luar Negeri China Qin Gang awal bulan ini bahwa "konflik dan konfrontasi" tidak akan terhindarkan tanpa perubahan sikap Washington.
Menurut Beijing, kesepakatan itu mengancam kesepakatan non-proliferasi nuklir. China menilai AS, Australia, dan Inggris sedang mengarah "lebih jauh ke jalan yang salah dan berbahaya untuk kepentingan geopolitik mereka sendiri".
Kritik
Terkait pengadaan kapal selam nuklir kelas Virginia dan SSN-AUKUS, dua mantan Perdana Menteri Australia, Paul Keating dan Malcolm Turnbull memberi kritik tegas. Selain berbiaya mahal, pengadaan kapal selam nuklir justru berpotensi mengurangi kemampuan pertahanan Australia.
LSIS DAVID COX/ROYAL AUSTRALIAN NAVY VIA AP
Beberapa kapal perang milik Angkatan Laut Kanada, Jepang, Korea Selatan berlayar di samping kapal perang Angkatan Laut Australia HMA Sydney dan Perth pada latihan militer "Exercise Pacific Vanguard " pada 22 Agustus 2022 lalu. Departemen Pertahanan Australia di awal 2023 menganggarkan dana senilai 1 miliar dolar Australia untuk membeli ranjau laut guna melindungi wilayah teritorial mereka dari agresor.
Selain lebih rumit dalam pemeliharaan dan pengoperasiannya, jumlahnya pun lebih sedikit bila Australia membeli kapal selam konvensional. Turnbull mengatakan, proyek AUKUS akan memakan waktu lebih lama dan lebih mahal daripada rencana alternatif untuk membeli kapal selam Scorpene dari Perancis.
Sementara itu Paul Keating, dalam acara Klub Pers Nasional, mengatakan kapal selam nuklir itu tidak memiliki banyak kegunaan militer. “Satu-satunya cara China dapat mengancam atau menyerang Australia adalah di darat. Artinya, mereka membawa armada kapal dengan pasukan besar-besaran untuk menduduki Australia,” kata Keating. “Ini tidak mungkin dilakukan oleh orang Cina.”
Bila itu dilakukan, Australia menurut Keating dapat menghadapinya dengan pesawat dan rudal. Ia pun menyebut, AUKUS sebagai kesalahan kebijakan luar negeri terburuk. Menurutnya, memilih kapal selam nuklir daripada kapal selam konvensional akan membuat Australia memiliki lebih sedikit kapal selam. Selain itu, ada kekhawatiran, memilih kapal selam nuklir akan membatasi kemampuan Australia untuk beroperasi secara independen dari AS.
"Anthony Albanese memasang belenggu terakhir dalam rantai panjang yang telah dibuat Amerika Serikat untuk menahan China," kata Keating.