”Drone” AS dan Pesawat Tempur Rusia Bersenggolan di Laut Hitam
AS tuding Rusia sengaja menghantam baling-baling pesawatnya. Rusia balas tuding AS sengaja memprovokasi.
WASHINGTON, RABU — Baling-baling pesawat pengintai tanpa awak milik Amerika Serikat, MQ-9 Reaper, dihantam pesawat tempur Rusia, Su-27. Akibatnya, Amerika Serikat terpaksa menjatuhkannya di Laut Hitam. AS melayangkan tudingan pelanggaran hukum internasional oleh Rusia. Namun, Rusia membantah tuduhan militer Amerika Serikat itu dan menegaskan pesawat tempurnya tidak mengenai pesawat tanpa awak itu.
Dari pengakuan Rusia, pesawat tanpa awak itu justru bermanuver tajam dan jatuh ke air setelah pesawat tempur Rusia mencegatnya di dekat wilayah Crimea. Rusia menganggap ini hanya upaya provokatif AS. Insiden ini merupakan pertemuan langsung pertama AS-Rusia sejak Rusia menginvasi Ukraina tahun 2022.
Baca juga : Tangkal AS, Rusia Kembangkan Operasi Militer Baru
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Selasa (14/3/2023), mengatakan, Presiden Joe Biden mendapatkan laporan terkait insiden ini dari Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. Para pejabat Departemen Luar Negeri AS akan berbicara langsung dengan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk menanyakan insiden tersebut dan menyatakan keprihatinan terhadap pencegatan yang dinilai berbahaya dan tidak profesional itu.
Juru bicara Deplu AS, Ned Price, juga menyebut Rusia melanggar hukum internasional. AS sudah memanggil Duta Besar Rusia untuk mengajukan protes. Duta Besar AS untuk Rusia Lynne Tracy sudah membuat pernyataaan serupa di Moskwa, Rusia.
Dari penjelasan tertulis Komando Eropa AS dari Stuttgart, Jerman, ada dua pesawat jet tempur Su-27 Rusia yang mencegat pesawat tanpa awak (drone) AS saat sedang beroperasi di wilayah udara internasional dan jauh dari wilayah Ukraina. Salah satu pesawat tempur Rusia itu kemudian menabrak baling-baling MQ-9 setelah selama 30 menit terbang di sekitar pesawat tanpa awak itu.
Disebutkan, pasukan AS lalu terpaksa menjatuhkan drone di perairan internasional. Sebelum insiden itu terjadi, Su-27 membuang bahan bakar ke arah MQ-9 dan terbang di depannya beberapa kali dengan ”cara sembrono, tidak ramah lingkungan, dan tidak profesional”. ”Insiden ini menunjukkan kurangnya kompetensi mereka,” sebut Komando Eropa AS.
MQ-9 yang memiliki lebar sayap 20 meter ini membawa peralatan satelit dan mampu membawa amunisi. Sampai sekarang AS belum menemukan pesawat yang jatuh itu. Pesawat Rusia juga diperkirakan rusak akibat tabrakan itu, tetapi masih berhasil mendarat di lokasi yang tidak diketahui.
Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan, pesawat tanpa awak AS itu terbang di atas Laut Hitam dekat Crimea dan menerobos ke daerah yang dinyatakan terlarang oleh Rusia. Karena AS menerobos, pesawat tempur Rusia pun mencegatnya. ”Tentara Rusia tidak menggunakan senjata mereka, tidak melakukan kontak dengan pesawat tanpa awak itu, dan mereka sudah selamat kembali ke pangkalan. Akibat manuver yang tajam, MQ-9 itu terbang tanpa kendali karena kehilangan ketinggian dan jatuh ke air,” sebut Kemhan Rusia.
Baca juga : AS dan Rusia Ingin Bisa Berbeda Pendapat secara Dewasa
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov menilai penerbangan pesawat tanpa awak itu bentuk provokasi AS karena tidak ada alasan bagi pesawat militer dan kapal perang AS berada di dekat perbatasan Rusia. Berbicara setelah bertemu dengan Asisten Menlu AS untuk Eropa Karen Donfried, Antonov bersikeras pesawat tempur Rusia tidak menyerang pesawat tanpa awak AS atau menembakkan senjata mereka.
Rusia menginginkan hubungan yang pragmatis dengan AS dan tidak menginginkan ada konfrontasi antara kedua negara. Rusia sudah berulang kali menyuarakan keprihatinannya pada penerbangan intelijen AS di dekat Semenanjung Crimea yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014 dan dianeksasi secara ilegal. Rusia menuduh, dengan menyediakan senjata ke Ukraina dan berbagi informasi intelijen dengan Ukraina, AS dan sekutunya berarti sudah terlibat dalam konflik itu.
”Jika Rusia mau menyampaikan pesan menghalangi atau mencegah kami terbang dan beroperasi di wilayah udara internasional, di atas Laut Hitam, pesan itu jelas gagal. Kami akan terus terbang dan beroperasi di wilayah perairan internasional. Laut Hitam bukan milik satu bangsa,” kata Kirby.
Angkatan Udara AS menyebutkan, AS sudah kehilangan beberapa pesawat nirawak MQ-9 Reaper ini dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya termasuk tembakan musuh. Ada satu unit yang pernah ditembak jatuh di atas Yaman dengan rudal permukaan-ke-udara oleh kelompok pemberontak Houthi pada pada 2019.
Ada juga pesawat nirawak yang jatuh di Libya pada 2022, serta saat latihan di Romania pada 2022. Pesawat ini dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire dan bom yang dipandu dengan laser serta bisa terbang lebih dari 1.770 kilometer pada ketinggian hingga 15.000 meter. (REUTERS/AFP/AP)