Melalui Kolaborasi Ekonomi, ASEAN Jinakkan Konflik Negara-negara Adikuasa
Sentralitas ASEAN hanya bisa berfungsi apabila negara-negara ASEAN kompak dan mampu menarik pragmatisme dari semua negara mitra wicara.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn (kedua dari kiri) berbicara kepada wartawan seusai memberi kuliah umum di Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten, Senin (13/3/2023). Di sebelah Kao adalah Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Kwon Hee-seog (ketiga dari kiri).
KOTA TANGERANG, KOMPAS — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN menekankan sentralitas sebagai landasan kerja sama. Harapannya, semakin tinggi kerja sama ekonomi, semakin rendah risiko konflik di kawasan Indo-Pasifik.
”Tujuan utama Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) adalah menurunkan ketegangan sebanyak mungkin. Tidak ada konflik, apalagi perpecahan,” kata Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam kuliah umum ”Peran ASEAN di Indo-Pasifik dan Keketuaan Indonesia” di Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Kota Tangerang, Banten, Senin (13/3/2023).
Ia menekankan, di tengah gempuran berbagai masalah geopolitik, kekompakan dan solidaritas ASEAN menjadi kunci bisa berjalannya kesentralan organisasi tersebut. Krisis di Myanmar dan perang Ukraina-Rusia menunjukkan bahwa perdamaian tidak bisa disia-siakan. Konflik-konflik global kini berujung pada krisis energi dan pangan.
”ASEAN melakukan pengarusutamaan AOIP di semua kebijakan dan negara-negara mitra wicara maupun negara selain mitra yang tertarik untuk bekerja sama,” tutur Kao.
AOIP berlandaskan prinsip inklusivitas dan keterbukaan untuk semua. Dalam hal ini, penekanannya pada kerja sama ekonomi dan perdagangan. ASEAN menginginkan, AOIP bisa meningkatkan perdagangan dan investasi baik intranegara ASEAN, negara-negara mitra wicara, maupun perusahaan-perusahaan swasta internasional.
Staf Khusus Menteri Luar Negeri Indonesia untuk Urusan Diplomasi Kawasan Ngurah Swajaya menjelaskan, keketuaan Indonesia di ASEAN selama tahun 2023 ini fokus membangkitkan kembali perekonomian kawasan pascapandemi Covid-19. Selain itu, juga mengamankan pasokan energi dan pangan di tengah konflik terbuka Ukraina-Rusia.
”Kita menekankan kepada kolaborasi dengan semua pihak. Kepentingan demi kesejahteraan bersama ini bervisi jauh ke depan dan tidak elitis,” ujarnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
(Dari kiri ke kanan) Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Sidharto Suryodipiro, Staf Khusus Menteri Luar Negeri Ngurah Swajaya, dan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah bersiap memberi taklimat media seusai acara retret para menteri luar negeri ASEAN di Jakarta, 4 Februari 2023.
Keberadaan AOIP ditujukan untuk mewujudkan ASEAN sebagai titik pusat pertumbuhan ekonomi. Kawasan ini, di tengah segala masalah, selalu relatif stabil dengan pertumbuhan yang dinamis. Diharapkan, dengan memfokuskan pertumbuhan di Asia Tenggara, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan negara-negara adikuasa yang mungkin sedang bersitegang, bisa tercipta. Kolaborasi yang diwadahi ASEAN ini hendaknya bisa membantu mendinginkan suasana.
Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Kwon Hee-seog menjelaskan, kawasan Indo-Pasifik mewakili sekitar 60 persen dari penduduk dan pendapatan domestik bruto global. Kawasan ini sangat penting sehingga kestabilan harus dijaga. ASEAN mengambil peran konstruktif sebagai wadah untuk membahas berbagai permasalahan ekonomi hingga keamanan maritim.
”Integritas ASEAN penting dalam sentralitas ASEAN. Ini cara berdiplomasi yang baik dengan membawa panggung kepada ASEAN yang merupakan kekuatan menengah sehingga tidak terseret oleh adidaya,” tuturnya.
Tujuan utama Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) adalah menurunkan ketegangan sebanyak mungkin. Tidak ada konflik, apalagi perpecahan. (Kao Kim Hourn)
Kwon menerangkan, setiap negara adidaya dan mitra wicara ASEAN memiliki kepentingan di Asia Tenggara. Sentralitas ASEAN memastikan bahwa semua pihak harus mematuhi persyaratan dari organisasi ini apabila ingin menjalankan kepentingan mereka di Asia Tenggara.
”Di dalam sentralitas ASEAN, para mitra wicara menerima fakta bahwa ASEAN adalah konglomerasi bangsa-bangsa yang memiliki ideologi serta bentuk pemerintahan berbeda, tetapi bersama. Kemajemukan ini juga yang membuat mitra wicara tidak bisa memaksakan kehendak,” ujar Kwon.
Sementara itu, Guru Besar Hubungan Internasional UPH Aleksius Jemadu mengatakan, ASEAN memang memiliki kemampuan menarik sikap pragmatisme dari semua negara mitra wicara. Pragmatisme ini mengalahkan kepentingan politik maupun kontestasi perebutan pengaruh negara-negara adidaya di kawasan Asia Tenggara. Selama ASEAN bisa mengelola pragmatisme ini, menurut Aleksius, risiko konflik bisa ditekan.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu ketika ditemui di Tangerang, Banten, Senin (13/3/2023).
”Tugas ASEAN adalah menjaga kekompakannya. Jika krisis di Myanmar tidak kunjung tertangani, kita bisa seoptimistis apa? Janji yang normatif ini jangan menjadi tolok ukur kinerja, harus ada perwujudannya,” kata Aleksius.