Senjata Amerika Serikat untuk Ukraina Mengalir ke Iran
Iran pernah membuat senjata berdasarkan hasil pengamatan produk AS. Dengan senjata sitaan, Iran bisa mempelajari senjata-senjata AS, lalu mengembangkan versi sendiri.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KYIV, SABTU – Sebagian senjata dari Amerika Serikat dan sekutunya untuk Ukraina diduga dikirimkan ke Iran. Rusia menyita senjata-senjata itu dari pasukan Ukraina dalam perang setahun terakhir.
Dalam laporan Pravda pada Jumat (10/3/2023) diungkap, Rusia menyita senjata-senjata itu dari pasukan Ukraina. Sebagian senjata disita dalam keadaan utuh setelah pasukan Ukraina melarikan diri dari kepungan Rusia.
AS dan Ukraina menduga, menurut Pravda, Rusia memberikan senjata itu sebagai kompensasi atas pasokan pesawat nirawak dari Iran. Media Ukraina itu melaporkan, Mokswa antara lain memberikan rudal panggul ke Teheran. Dengan senjata sitaan itu, Iran bisa mempelajari senjata-senjata AS lalu mengembangkan versi sendiri.
Iran pernah membuat senjata berdasarkan hasil pengamatan produk AS. Rudal antitank Tufan Iran dibuat berdasarkan rudal BGM-71 TOW AS. Pada 2011, Iran menangkap pesawat nirawak RQ-170 Sentinel. Tiruan Iran atas pesawat itu antara lain terbang di atas Israel.
Dalam rapat dengar pendapat di Senat, Departemen Pertahanan AS tidak menampik potensi sebagian senjata tidak terlacak. Senjata yang mengalir ke Iran diduga bagian dari senjata yang tidak terlacak itu.
Sejumlah lembaga intelijen AS juga menyinggung potensi sebagian senjata kiriman AS dan sekutunya ke Ukraina malah mengalir ke luar. Selain karena ketidakjelasan pelacakan, potensi penyalahgunaan terbuka karena korupsi. Ukraina sejak lama dikenal sebagai salah satu sumber senjata di pasar gelap. Kondisi itu terjadi antara lain korupsi sangat parah di Ukraina.
Peledakan pipa Nord Stream
Laporan soal aliran senjata ke Iran menjadi masalah tambahan bagi Ukraina. Sebelumnya, Jerman mengumumkan telah mengidentifikasi kapal yang mengangkut peledak untuk menghancurkan sebagian pipa Nord Stream.
Media Jerman, ARD dan Zeit, menyebut bahwa kapal itu teridentifikasi dimiliki perusahaan Polandia yang dimiliki orang Ukraina. Adapun penyewa dan penggunanya belum diketahui. Diduga, para penyewa dan pengguna memakai tanda pengenal palsu.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, setiap informasi soal peledakan itu perlu disikapi sangat hati-hati. Kesimpulan belum bisa dibuat karena saat ini bukti sangat minim. “Harus amat jelas,” kata dia.
Pistorius menyampaikan hal itu setelah sejumlah media AS melaporkan, peledakan dilakukan sekelompok orang yang diduga terkait Ukraina. Walakin, tidak dijelaskan apakah pelaku terkait pemerintah Ukraina atau setidak. Sejauh ini, keterkaitan dengan Ukraina hanya terbukti soal pemilik kapal.
Jerman sangat berkepentingan mengetahui peledakan tersebut. Pipa itu merupakan salah satu perangkat Jerman mendapatkan sumber energi murah dari Rusia. Karena diledakkan, gas dari Rusia tidak bisa mengalir ke Jerman. Akibatnya, Berlin harus membeli gas dari sumber-sumber lebih mahal. Jerman antara lain mengimpor gas alam cair dari AS. Dengan harga gas lebih mahal, inflasi di Jerman melonjak.
Pistorius mengatakan, Jerman ingin tahu apakah pelaku terkait dengan Ukraina atau orang yang mendukung Ukraina. Berlin juga ingin mencari tahu apakah pemerintah Ukraina terlibat atau tidak.
Sejak terjadi pada September 2022, Rusia dan sejumlah negara meyakini ledakan tersebut disengaja. Walakin, sampai sekarang tidak jelas siapa pelaku peledakan itu.
Rusia telah meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk tim penyelidik untuk kasus itu. Rusia juga meminta dilibatkan dalam penyelidikan oleh otoritas di negara sekitar lokasi ledakan. Sampai sekarang, seluruh permintaan Rusia ditolak oleh AS dan sekutunya.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, Ukraina amat tersanjung jika ada unit militernya bisa melakukan peledakan itu. Sayangnya, Ukraina sama sekali tidak terlibat dalam peledakan itu. “Berita itu (keterlibatan Ukraina di peledakan Nord Stream) aneh. Penyelidikan oleh otoritas resmi akan jelas mengungkap kejadian ini,” kata dia.
Informasi soal dugaan pelaku ledakan terjadi kala Ukraina sedang membujuk mitranya meningkatkan pasokan senjata. Sejumlah pihak khawatir, sebagian penyokong Ukraina mengurangi dukungan ke Ukraina jika Kyiv terlibat peledakan itu.
Ukraina membutuhkan pasokan senjata besar-besaran untuk melancarkan serangan balik gelombang kedua. Pada gelombang pertama, sebagian Kharkiv, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhia bisa dibebaskan dari Rusia.
Serangan balik gelombang pertama dilancarkan setelah Ukraina mendapat pasokan meriam dan aneka artileri berat dari AS dan sekutunya. Kini, Ukraina meminta tank berat hingga jet tempur. Sebagian tank berat sudah mulai dikirimkan. Sementara jet tempur sama sekali belum bisa diberikan ke Ukraina. (AFP/REUTERS)