Wagner: Tanpa Tambahan Amunisi, Posisi Rusia di Bakhmut dalam Bahaya
Pasukan Ukraina menyatakan tidak ada perintah mundur dari Bakhmut dan kubu masih bertahan di tengah kondisi sulit.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
KYIV, SENIN — Pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, memperingatkan, posisi pasukan Rusia di sekitar kota Bakhmut di Ukraina dalam bahaya jika tidak segera mendapat tambahan amunisi. Pernyataan ini menandai ketegangan terbaru antara Moskwa dan Wagner sepanjang invasi Rusia di Ukraina.
Yevgeny Prigozhin, pemimpin Wagner, dalam unggahan di kanal Telegram mengungkap, pasukannya belum menerima amunisi yang dijanjikan Rusia pada Februari lalu. ”Untuk saat ini kami mencoba mencari tahu alasannya: hanya soal birokrasi atau sebuah pengkhianatan,” katanya, Minggu (5/3/2023).
Prigozhin sering kali mengkritik menteri pertahanan dan para jenderal Rusia. Bulan lalu, ia juga menuding Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan pemimpin militer lainnya mengkhianati mereka karena menahan suplai amunisi. Dalam video selama hampir 4 menit di Wagner Orchestra Telegram pada Sabtu, ia mengatakan pasukannya khawatir Pemerintah Rusia ingin menempatkan mereka sebagai kambing hitam jika Rusia kalah perang.
”Jika Wagner mundur dari Bakhmut sekarang, seluruh garis depan akan kolaps. Situasinya tidak akan baik bagi seluruh formasi militer yang melindungi kepentingan Rusia,” ujarnya.
Kemenangan Rusia di Bakhmut sangat penting setelah berbulan-bulan pasukan mereka bertempur dengan susah payah merebut kota itu dari tangan Ukraina. Kota ini akan menjadi batu loncatan bagi Rusia untuk menguasai seluruh wilayah Donbas yang meliputi Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur. Shoigu sampai-sampai mengunjungi pasukan di Ukraina pada akhir pekan lalu, memberikan medali penghargaan, dan bertemu para komandan pasukan.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut, Shoigu menginspeksi pos komando di Donetsk bagian selatan, tetapi tidak menyebut lokasi secara spesifik. Dia terlihat naik helikopter dan berbicara dengan seorang tentara di depan gedung-gedung yang hancur.
Bertahan
Komandan pasukan Ukraina di Bakhmut, Volodymyr Nazarenko, mengatakan, tidak ada perintah mundur dari Bakhmut dan kubu masih bertahan di tengah kondisi sulit. ”Situasi di Bakhmut dan kota sekitarnya seperti neraka, seperti halnya seluruh medan perang di timur,” ujar Nazarenko dalam video di Telegram.
Di utara Bakhmut, pasukan Rusia maju ke kota Bilohorivka di dalam wilayah Luhansk sembari membombardir permukiman ke arah Kupiansk dan Lyman. Di selatan, militer Ukraina menyebut pasukan Rusia bersiap melancarkan serangan di Zaporizhia dan Kherson.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Minggu, juga memberikan penghormatan bagi para prajuritnya yang bertempur dengan sengit dan sulit untuk mempertahankan wilayah Donbas. Sehari sebelumnya, ia menerima laporan tentang pasukannya yang harus menghadapi lebih dari 130 serangan di Kupiansk, Lyman, Bakhmut, dan Avdiivka. ”Musuh terus berupaya mengepung kota Bakhmut. Ini salah satu pertempuran terberat. Menyakitkan dan sulit,” katanya.
Ukraina bertekad mempertahankan Bakhmut yang sangat diinginkan pasukan Rusia. Zelenskyy mengklaim berhasil menghancurkan serta mendesak posisi pasukan dan logistik Rusia. Namun, Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Amerika Serikat memperingatkan, rute logistik Ukraina ke Bakhmut menyempit. ”Rusia memang bermaksud mengepung pasukan Ukraina di Bakhmut, tetapi para komandan Ukraina memberikan sinyal kemungkinan akan mundur daripada dikepung,” sebut lembaga itu.
Kantor berita Reuters melaporkan, Ukraina juga mengungkap bahwa para petinggi pasukan Brigade Ke-155 Rusia menolak untuk mematuhi perintah menyerang. ”Para pemimpin brigade dan pejabat senior menolak maju dengan serangan baru yang tidak masuk akal seperti dituntut komandan mereka, yakni untuk menyerang posisi Ukraina yang bertahan dengan baik, dengan perlindungan dan persiapan minim,” sebut pernyataan militer Ukraina.
Analis militer, Zhdanov, mengatakan, unit ”Cossack” Rusia yang dikenal sebagai Steppe dan Tiger merasa frustrasi terhadap komandan mereka. Mereka pun menolak ikut serta dalam serangan apa pun ke kota di atas bukit itu. Meski demikian, Reuters menyatakan laporan tersebut tidak dapat segera diverifikasi. (AFP/REUTERS)