Rusia berupaya keras merebut kemenangan di medan perang setelah dalam beberapa hari terakhir terungkap potensi kerentanan Moskwa akibat sejumlah serangan perawat nirawak jauh di dalam wilayahnya.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
CHASIV YAR, SABTU — Pasukan dan milisi Rusia menghujani rute akses terakhir ke Bakhmut di Ukraina dan praktis mengepung seluruh kota, Jumat (3/3/2023). Moskwa sedikit lagi merebut kemenangan besar setelah enam bulan bertempur dengan susah payah untuk merebut kota itu. Jika berhasil menguasai Bakhmut, Rusia akan memiliki batu loncatan untuk merebut area sekitarnya di wilayah Donbas, salah satu tujuan invasi Rusia di Ukraina.
Kantor berita Rusia, RIA, merilis sebuah video menunjukkan unit tentara swasta, Wagner, yang berjalan melintasi fasilitas industri yang hancur. Kepala Wagner di Bakhmut mengatakan, kota itu hampir seluruhnya dikepung pasukan Rusia. Hanya ada satu jalan terbuka bagi tentara Ukraina untuk keluar masuk kota.
”Kami praktis mengepung Bakhmut. Satu-satunya jalan ke luar hanya pergi (dari Bakhmut),” kata Yevgeny Prigozhin dalam video itu.
Laporan Reuters menyebut, sebuah jembatan di Khromove, kota sebelah Bakhmut, hancur akibat serangan Rusia. Tentara Ukraina berupaya memperbaiki kerusakan jalan. Semakin banyak tentara dikerahkan ke garis depan, menandakan pasukan Ukraina belum akan menyerahkan Bakhmut.
Ke arah barat kota, pasukan Ukraina menggali parit baru untuk pertahanan. Komandan pasukan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, berada di Bakhmut untuk memberi arahan kepada para komandan setempat untuk meningkatkan kapasitas pertahanan pasukan di garis depan.
Wakil Komandan Garda Nasional Ukraina Volodymyr Nazarenko kepada Radio NV mengatakan, situasi kritis dan pertempuran tidak pernah berhenti. ”Mereka tidak memperhatikan kerugian mereka dalam upaya merebut kota dengan berbagai serangan. Tugas pasukan di Bakhmut adalah menimbulkan kerugian sebesar mungkin bagi musuh. Setiap meter tanah Ukraina yang hilang dibayar ratusan nyawa musuh,” katanya.
Denys Yaroslavskyi, komandan unit Ukraina di Bakhmut, kepada Espresso TV mengungkapkan, sebagian unit telah diperintahkan untuk beralih ke posisi yang lebih aman.
Sebelum perang, populasi Bakhmut mencapai 70.000 orang. Kota ini dikenal sebagai kota tambang garang dan gipsum. Ukraina menyebut nilai strategis kota itu kecil. Meski demikian, kekalahan pasukan di kota itu bisa menentukan arah perang di Ukraina.
Rentan
Rusia berupaya keras merebut kemenangan di medan perang setelah dalam beberapa hari terakhir terungkap potensi kerentanan Moskwa akibat sejumlah serangan perawat nirawak, jauh di dalam wilayahnya. Insiden itu diikuti penyerbuan bersenjata di perbatasan Rusia-Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat, mendesak peningkatan langkah ”antiterorisme”.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak memberikan penjelasan tentang pertempuran di Bakhmut dalam arahan harian melalui rekaman video. Dia hanya menyatakan terima kasih kepada pasukan yang mempertahankan kota itu.
Di Washington, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengumumkan tambahan lagi bantuan militer untuk Ukraina berupa paket amunisi dan pendukung lainnya senilai 400 juta dollar AS. Sejauh ini AS telah menyediakan dana bantuan sebesar 32 miliar dollar AS untuk Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
Presiden AS Joe Biden bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz dan menyatakan dukungan kuat bagi Ukraina. Scholz mengatakan sangat penting untuk mengirimkan pesan bahwa dukungan bagi Ukraina akan terus berlanjut selama yang dibutuhkan. Gedung Putih mengatakan, kedua pemimpin negara berkomitmen memberikan pelajaran bagi Rusia atas invasi ke Ukraina.
Jerman telah menjanjikan bantuan tank Leopard pada Januari dan diharapkan akan menjadi inti pasukan bersenjata Ukraina. Walakin, Scholz dikritik oleh negara-negara sekutu Barat karena terlalu berhati-hati dalam memberikan bantuan senjata bagi Ukraina. Jerman memiliki ketergantungan besar pada energi Rusia sebelum perang. (REUTERS)