UU Cip Tak Cukup Kembalikan Kejayaan Semikonduktor AS
Kebijakan saja tidak cukup untuk meningkatkan industri semikonduktor AS.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BOSTON, KAMIS - Institut Teknologi Massachussetts atau MIT mengeluarkan hasil kajian yang mengatakan Undang-Undang Cip Amerika Serikat tidak akan cukup untuk menjadikan AS kembali menjadi pembuat cip dan semikonduktor nomor satu di dunia. Ada serangkaian pekerjaan rumah yang harus dituntaskan apabila AS ingin menyaingi China.
Laporan yang ditulis oleh Direktur Pusat Kajian Masa Depan MIT Neil Thompson dan rekan-rekan itu terbit di jurnal Georgetown Public Policy Review pada hari Selasa (28/2/2023). "UU Cip ini langkah yang baik, tapi sekadar membangun pabrik tidak cukup karena persoalan cip dan semikonduktor ini sangat kompleks, mulai dari sumber daya manusia hingga algoritma komputasi supercanggih," kata Thompson kepada Yahoo Finance, Rabu (1/3/2023) malam waktu setempat atau Kamis (2/3/2023) waktu Indonesia.
Laporan Thompson dkk itu dimulai dengan mengutip survey MIT tahun 2019 kepada 120 perusahaan, perguruan tinggi, dan lembaga penelitian serta pengembangan di AS. Sebanyak 79 persen responden mengatakan bahwa China jauh lebih kompetitif dibandingkan AS dalam menawarkan layanan pembuatan semikonduktor.
Dijelaskan, China mulai mengegas dan menikung AS sejak tahun 2015. China sejak tahun 2000 telah membangun kerja sama dengan berbagai produsen cip dan semikonduktor global yang kemudian melahirkan perusahaan HiSilicon di bawah Huawei. Saat ini, produk mereka yang bernama HiSilicon Kirin 9000 merupakan semikonduktor tercanggih sekaligus juga berharga terjangkau yang beredar di pasaran. Bahkan, dari 50 perusahaan semikonduktor global, 14 ada di China.
Pada Juli 2022, Pemerintah AS menerbitkan UU Cip. Intinya ialah mengembalikan AS sebagai produsen utama cip dan semikonduktor global. Sejatinya, teknologi ini diciptakan di AS. Akan tetapi, sekarang, "Negara Paman Sam" hanya menguasai 12 persen produksi semikonduktor global. Sebanyak 40 persen produksi dipegang oleh Taiwan melalui Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
UU Cip ini menganggarkan 35 miliar dollar AS untuk membangun infrastruktur produksi semikonduktor di AS. Presiden Joe Biden juga menggaet antara lain TSMC dan Samsung dari Korea Selatan untuk berinvestasi di AS. TSMC membangun pabrik di Arizona dan Samsung di Texas.
Selain itu, melalui aliansi cip ini disepakati bahwa cip-cip supercanggih berukuran di bawah 4 nanometer tidak boleh dibuat di China. Oleh sebab itu, AS juga mengajak Jepang dan Belanda sebagai negara pembuat peralatan produksi cip agar tidak mau menjual produk mereka kepada China.
Biden dalam pidato kenegaraannya di hadapan DPR AS awal Februari 2023 mengatakan UU Cip ini adalah prestasi. "Ini bukan sebatas membuka lapangan pekerjaan dan memajukan teknologi AS, tetapi memastikan teknologi itu digunakan dengan benar," ujarnya.
Pemerintah China menanggapi UU Cip dengan menuding AS curang dan melakukan monopoli. Hal ini bertentangan dengan perjanjian pasar bebas yang tertera di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Sumber daya manusia
Thompson menerangkan, infrastruktur tidak hanya berkaitan dengan pabrik, tetapi juga sumber daya manusia. Di AS, perusahaan-perusahaan pembuat komputer super sudah langka. Ini adalah komputer berukuran raksasa, bahkan sebesar ruangan, yang memiliki kemampuan memproses data supercanggih.
Pembuatannya didominasi China dan layanan penggunaannya juga terpusat di Asia. Survey tahun 2019 itu mengungkapkan, 84 persen responden memakai layanan jasa komputer super di luar AS.
"Pengembangan komputer super ini erat dengan sumber daya manusia. China sejak 2007 berambisi mencetak doktor ilmu-ilmu eksakta sebanyak mungkin. AS dari segi populasi ketinggalan jauh, tetapi kita memiliki keunggulan tenaga-tenaga ahli asing. Mereka adalah mahasiswa atau profesional dari luar negeri yang bersekolah dan kemudian berkarier di AS," tutur Thompson.
AS, panjut Thompson, bisa melakukan pendemokrasian produksi komputer super. Caranya dengan tidak membatasi pembuatannya oleh perusahaan teknologi besar, tetapi membuka kesempatan bagi perusahaan kecil maupun rintisan melakukan penambahan skala dari komputer canggih ke supercanggih.
Melibatkan lebih banyak pihak ini adalah kelebihan AS yang memiliki budaya kreatif dan selalu mendorong berbagai eksperimen. Artinya, ruang untuk berinovasi selalu ada.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Utah Daniel Reed menjelaskan kepada MIT News bahwa cip dan semikonduktor telah menjadi kebutuhan dasar setiap negara di abad ke-21. "Proteksionisme ini tidak akan laku di negara-negara yang ingin mengembangkan sendiri kemampuan teknologi mereka. Negara-negara ini mencari mitra yang mau berbagi ilmu dan teknologi. Ini salah satu syarat berkompetisi di zaman sekarang," katanya.