India Harapkan G20 Tidak Terpasung Perang di Ukraina
India yang kini memimpin G20 menyerukan agar negara-negara anggota G20 menemukan titik temu atas beragam persoalan dunia. Indonesia menyerukan agar G20 membangkitkan semangat kolaborasi.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
Perdana Menteri India Narendra Modi berbicara melalui video dalam pembukaan pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di New Delhi, India (2/3/2023).
NEW DELHI, KAMIS - Di tengah kemelut perang Ukraina-Rusia, forum G20 kembali diharapkan dapat menjadi arena untuk berdialog. India yang kini memimpin G20 menyerukan agar negara-negara anggota G20 menemukan titik temu atas beragam persoalan yang kini dihadapi dunia.
"Anda bertemu pada saat terjadi perpecahan global yang mendalam," kata Perdana Menteri India Narendra Modi melalui tayangan video dalam pembukaan pertemuan tingkat menteri luar negeri negara anggota G20, Kamis (2/3/2023) di New Delhi, India. "Kita seharusnya tidak membiarkan masalah yang tidak bisa kita selesaikan bersama menghalangi yang kita bisa," kata Modi menambahkan.
Hadir dalam pertemuan tingkat menlu itu antara lain Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, Menlu China Qin Gang, Menlu Rusia Sergey Lavrov, dan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken.
India, sebagai ketua G20 tahun ini, berupaya untuk menghindari perselisihan di G20 yang dipicu oleh perang di Ukraina. “Kita semua harus mengakui bahwa multilateralisme sedang dalam krisis hari ini,” kata Modi. "Pengalaman beberapa tahun terakhir, krisis keuangan, perubahan iklim, pandemi, terorisme, dan perang jelas menunjukkan bahwa tata kelola global telah gagal," kata Modi.
EL
Sebuah truk pengangkut menurunkan gandum di lumbung pangan di Zghurivka, Ukraina, (9/8/2022). Perwakilan Rusia dan Perserikatan Bangsa-bangsa menggelar pembicaraan di Swiss, Jumat (11/11/2022), guna memperpanjang kesepakatan gandum yang memberi jaminan keberlangsungan ekspor gandum Ukraina serta ekspor pangan dan pupuk Rusia.
Untuk itu ia mendorong agar G20 menjadi ruang bagi komunitas global untuk berdialog. Isu perang memang bakal menjadi perhatian penting. Namun, isu terkait ketahanan pangan, energi, pupuk, dan dampak konflik pada tatanan ekonomi global juga harus mendapat perhatian yang serius dan semestinya.
Terkait perang di Ukraina, meski sempat ‘menegur’ Moskwa, India sendiri sejak awal enggan menyalahkan Rusia. Bahkan di tengah-tengah sanksi atas Moskwa, India meningkatkan volume impor minyak dari Rusia. Seiring itu, New Delhi mendorong agar para pihak mencari solusi diplomatik atas krisis di Ukraina.
Sementara itu, delegasi Eropa dan AS, di New Delhi menegaskan kembali bahwa mereka menganggap Rusia bertanggung jawab atas konflik di Ukraina. Bahkan, Jerman mengatakan akan menggunakan pertemuan menlu itu untuk melawan "propaganda" Rusia. Sebaliknya, Rusia mengatakan akan menggunakan pertemuan itu untuk memberi tahu dunia siapa yang sejatinya bertanggung jawab atas krisis politik dan ekonomi yang dialami dunia.
Kolaborasi
Sementara itu dalam pernyataan persnya, Menlu Retno LP Marsudi menegaskan agar G20 menjadi katalis untuk membangkitkan kembali semangat kolaborasi global.
Pada pertemuan Sesi 1 dengan topik “Memperkuat Multilateralisme, Keamanan Pangan dan Energi, dan Kerja Sama Pembangunan” Retno menyampaikan bahwa bencana gempa bumi di Turki menunjukkan spirit kolaborasi masih ada. Spirit inilah yang sangat diutuhkan untuk menjawab berbagai tantangan global saat ini.
KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi tengah berbincang dengan mitranya Menlu India Subrahmanyam Jaishankar jelang pembukaan pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di New Delhi, India (2/3/2023).
“Tahun lalu para pemimpin G20 menunjukkan spirit serupa di Bali. Di tengah situasi yang sulit, mereka dapat mengesampingkan perbedaan dan menyepakati hasil konkret yang bermanfaat bagi seluruh dunia,” kata Retno.
Lebih lanjut, dalam pernyataan pers tersebut, Retno mengemukakan bahwa spirit kolaborasi ini perlu terus dihidupkan untuk mempercepat pemulihan global dan mengakhiri perang di Ukraina. “Jika perang di Ukraina terus berlanjut, situasi global akan makin memburuk. Oleh karena itu, perang harus dihentikan. Penyelesaian secara damai harus terus diupayakan,” kata Menlu.
Dalam pernyataan itu, Retno juga mengungkapkan tantangan global saat ini. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global berada di titik terendah dalam dua dekade terakhir. Sebanyak 349 Juta orang di 79 negara mengalami krisis pangan. Jika krisis amonia tidak diatasi, krisis pangan akan semakin parah, terutama bagi negara berkembang.
Untuk itu, Retno kembali menegaskan pentingnya kolaborasi yang inklusif. Hanya dalam semangat itulah, multilateralisme dalam dibangun dengan kokoh. “Dengan pengaruh kolektif yang dimilikinya, G20 harus dapat menjadi katalis untuk membangkitkan kembali spirit kolaborasi. Kolaborasi inklusif akan membawa kita menuju dunia yang damai, stabil, dan sejahtera,” kata Retno menegaskan.