Warga Hong Kong akhirnya bebas masker setelah 945 hari. Otoritas Hong Kong secara resmi mencabut aturan wajib menggunakan masker per 1 Maret 2023.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
AFP/ISAAC LAWRENCE
Para pekerja berjalan melintasi layar elektronik yang menunjukkan Hang Seng Index di Hong Kong, 1 Maret 2023. Otoritas Hong Kong mencabut aturan wajib bermasker sejak 1 Maret 2023.
HONG KONG, RABU — Otoritas Hong Kong resmi mencabut aturan yang mewajibkan warga mengenakan masker. Mereka menyatakan, pandemi Covid-19 telah berhasil ditangani. Meskipun begitu, mayoritas warga Hong Kong tetap mengenakan masker atas inisiatif pribadi karena masih mengkhawatirkan risiko penularan virus SARS-Cov-2.
”Setelah hampir 1.000 hari kita semua wajib bermasker, aturan itu resmi dihapus. Akan tetapi, di tempat-tempat tertentu, yaitu fasilitas kesehatan dan panti wreda, tetap harus bermasker demi menjaga keselamatan para tenaga kesehatan dan warga lansia,” kata Pemimpin Eksekutif Hong Kong John Lee dalam pengumuman tertulisnya di laman resmi Otoritas Hong Kong, Selasa (28/2/2023) malam.
Lee juga mengumumkan pencabutan aturan kewajiban warga menjalani tes reaksi berantai polimerase (PCR) setiap kali hendak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Harapannya, dengan kembali ke situasi normal prapandemi, ekonomi Hong Kong akan kembali melaju.
Aturan wajib bermasker di Hong Kong berlaku sejak 29 Juli 2020. Setiap orang yang melanggar didenda 10.000 dollar Hong Kong atau Rp 19,4 juta. Selama pandemi, sejumlah perusahaan internasional memilih hengkang meninggalkan Hong Kong. Aturan nihil penyebaran Covid-19 yang amat ketat dari Pemerintah China membuat perusahaan kesulitan beroperasi.
Makau telah lebih dulu menghapus aturan wajib bermasker. Wilayah yang terkenal dengan industri pariwisata judi ini, misalnya, tidak mengharuskan pengunjung bermasker di dalam kasino.
AP PHOTO/ANDY WONG
Warga berselancar di telepon seluler masing-masing di kereta bawah tanah di Hong Kong, 7 Februari 2023. Otoritas Hong Kong mencabut aturan wajib bermasker sejak 1 Maret 2023.
Separuh dari wisatawan yang datang ke Hong Kong berasal dari China daratan. Per Januari 2023, perbatasan China-Hong Kong kembali dibuka. Sejak saat itu, terjadi gelombang masuk wisatawan besar-besaran dari China ke Hong Kong.
Pada saat yang sama, dilansir dari media Hong Kong Free Press (HKFP), otoritas setempat menggelar jajak pendapat yang diikuti 4.247 responden. Sebanyak 60 persen responden memilih tetap bermasker karena khawatir masih ada risiko penularan Covid-19.
Di Hong Kong, pariwisata menjadi industri yang ditargetkan bisa meroketkan pendapatan ke wilayah itu secara drastis. Untuk itu, berbagai program promosi digelontorkan. Pada Oktober 2022, misalnya, Otoritas Hong Kong mengucurkan dana 2 miliar dollar Hong Kong untuk memberikan 500.000 tiket pesawat gratis kepada wisatawan internasional. Tiket-tiket itu bisa diakses melalui biro-biro perjalanan internasional ataupun dimenangi ketika membeli tiket secara daring.
Sepanjang 2022, jumlah wisatawan yang datang ke Hong Kong hanya 500.000 orang. Jumlah ini jauh di bawah kunjungan pada tahun 2019 sebanyak 56 juta orang. Guna menggenjot kunjungan wisatawan, selain tiket gratis, Otoritas Hong Kong juga tidak mewajibkan wisatawan menjalani karantina. Mereka cukup dipantau selama tiga hari setelah kedatangan. Mereka juga diperbolehkan mengakses angkutan umum.
AFP/ISAAC LAWRENCE
Sejumlah pekerja berjalan di salah satu kawasan bisnis di Hong Kong, 1 Maret 2023. Otoritas Hong Kong mencabut aturan wajib bermasker sejak 1 Maret 2023.
Pekan lalu, tetangga Hong Kong, Makau, telah lebih dulu menghapus aturan wajib bermasker. Wilayah yang terkenal dengan industri pariwisata judi ini, misalnya, tidak mengharuskan pengunjung bermasker di dalam kasino.
Pakar penyakit menular Universitas Hong Kong, Siddarth Sridhar, menulis di kolom HKFP bahwa persepsi publik adalah bermasker merupakan senjata pamungkas penolak segala jenis penularan penyakit. Ia menjelaskan, dalam kasus pandemi Covid-19, pengendalian berhasil karena pemakaian masker diiringi dengan menjaga jarak, menutup perbatasan, dan melakukan karantina di beberapa wilayah setiap kali ada kasus aktif.
Merebaknya galur Omicron mengungkap kelemahan masker. Sebab, bagaimanapun, ada tempat-tempat di mana orang membuka masker. Misalnya, ketika mereka makan di restoran atau di kantor. Akan tetapi, vaksinasi Covid-19 telah mencakup hampir semua penduduk, kecuali yang memang memiliki komorbiditas.
Ketahanan tubuh masyarakat atas Covid-19 saat ini berbeda dengan masa-masa di awal pandemi. Sementara masker saja bukan pencegah segala penyakit karena variabelnya banyak. ”Meskipun begitu, ada baiknya kita bermasker untuk berjaga-jaga. Terutama para anggota kelompok rentan atau ketika berada di keramaian,” kata Sridhar. (AP)