Apa Pemicu Meningkatnya Kekerasan Palestina-Israel Akhir-akhir Ini?
Nyaris tidak ada hari tanpa serbuan pasukan Israel ke rumah warga Palestina. Warga Palestina menyebut, kerap pula aparat Israel yang tanpa seragam menyerbu rumah mereka.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AP PHOTO/MAJDI MOHAMMED
Sejumlah warga Palestina mempertahankan diri dari serbuan militer Israel di Nablus, Tepi Barat, Rabu (22/2/2023), ketika militer Israel mengepung sebuah bangunan untuk menangkap sejumlah tersangka pembunuhan anggota militer Israel. Sebanyak 11 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan tersebut.
Pemerintahan Palestina yang semakin lemah dan tidak dipercaya warga ikut berkontribusi pada rangkaian kekerasan. Operasi militer dan hasutan militer Israel juga semakin menambah kekerasan yang berakar dari pendudukan Israel pada Palestina itu.
Kepolisian Israel mengumumkan penangkapan enam pemukim Israel di Tepi Barat pada Rabu (1/3/2023). Mereka ditangkap karena diduga terlibat dalam penyerangan terhadap warga Palestina di pinggiran Nablus.
Rangkaian serangan terbaru terhadap warga Israel terjadi di Huwara. Setidaknya 400 pemukim Israel menyerang warga Palestina di sana. Pada Senin, delapan orang yang diduga terlibat penyerangan ditangkap. Walakin, seluruhnya sudah dibebaskan.
Dalam sidang Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa di Geneva, Swiss, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meminta dunia tidak menutup mata atas kekerasan di Huwara. Rangkaian kekerasan itu bentuk nyata pelanggaran HAM.
Dalam 59 hari terakhir, sebanyak 62 orang Palestina tewas akibat tindakan tentara dan warga Israel. Selain itu, ratusan warga Palestina juga cedera. Sebagian korban tewas dan cedera masih anak-anak.
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Dalam foto yang diambil pada 27 Februari 2023 ini terlihat pemandangan tempat pembuangan mobil-mobil yang dibakar pada malam sebelumnya di kota Huwara, dekat Nablus, wilayah pendudukan Tepi Barat.
PBB mencatat, serangan para pemukim ilegal Israel di Tepi Barat meningkat sejak 2016. Sementara sejak 31 Maret 2022, pasukan Israel menyerbu berbagai permukiman Palestina di Tepi Barat. Nyaris tidak ada hari tanpa serbuan pasukan Israel ke rumah warga Palestina. Warga Palestina menyebut, kerap pula aparat Israel yang tanpa seragam menyerbu rumah mereka.
Sepanjang 2022 terjadi 849 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Akibatnya, paling sedikit 220 warga Palestina tewas dan ribuan lain terluka.
Hasutan politisi
Sementara itu, sebanyak 22 pakar hukum Israel menyurati Jaksa Agung Israel Baharav-Miara dan Oditur Militer Israel Yifat Tomer-Yerushalmi. Mereka meminta penyelidikan terhadap Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich. Mereka menyebut Smotrich menghasut kekerasan terhadap warga sipil Palestina.
Mereka juga meminta sejumlah anggota parlemen Israel perlu diperiksa karena alasan serupa. Hasutan para politisi itu dipandang ikut memicu rangkaian kekerasan di Huwara sejak Minggu lalu. Politisi Partai Kekuatan Yahudi, Har Melech, terlihat di antara penyerang Huwara.
AP/POOLPHOTO/RONEN ZVULUN
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich bersalaman dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat keduanya menggelar konferensi pers di kantor Perdana Menteri di Jerusalem, 25 Januari 2023.
Para pakar hukum itu menyurati Oditur Militer karena aparat Israel dituding membiarkan penyerangan. Alih-alih mencegah, aparat justru berjalan bersama rombongan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat menyerang warga Huwara.
Dosen hukum pada Tel Aviv University, Eliav Lieblich, mengatakan bahwa serangan seperti di Huwara belum pernah terjadi sebelumnya. Kekerasan itu hanya mungkin terjadi karena pemukim merasa didukung pemerintah dan aparat.
Serangan seperti di Huwara belum pernah terjadi sebelumnya. Kekerasan itu hanya mungkin terjadi karena pemukim merasa didukung pemerintah dan aparat. (Eliav Lieblich)
Selain menyerang warga, aparat Israel juga menghancurkan rumah yang disebut dimiliki anggota kelompok bersenjata Palestina. Penghancuran rumah merupakan bentuk sanksi terbaru Israel pada Palestina.
Israel menuding, kekerasan terjadi karena peningkatan serangan warga Palestina terhadap para pemukim ilegal Israel. Pengadilan Israel maupun hukum internasional tidak mengakui permukiman Israel di Tepi Barat.
Serangan oleh warga Palestina terjadi karena dua alasan. Pertama, mereka melawan pendudukan Israel. Kedua, karena aparat Palestina tidak mampu mencegah. Ketidakmampuan itu merupakan salah satu dampak penurunan kepercayaan warga pada aparat keamanan Palestina.
(PHOTO BY AHMAD GHARABLI / AFP)
Seorang anggota polisi perbatasan Israel menembakkan gas air mata ke kerumunan ketika tengah berlangsung penghancuran pemukiman warga Palestina di wilayah Issawiya, Jerusalem TImur, Minggu (19/2/2023).
Dibentuk sebagai salah satu wujud Kesepakatan Oslo, aparat keamanan Palestina dituding lebih sibuk membantu keamanan warga Israel. Sebab, aparat Palestina sibuk menangkapi orang-orang yang disebut Israel sebagai anggota kelompok bersenjata yang menyerang Israel.
Aparat Palestina dilatih oleh Amerika Serikat di Jordania. Dana operasionalnya terutama dari Uni Eropa dan AS. Dilaporkan Middle East Eye, semakin banyak warga mengugat Pemerintah Palestina karena anggaran dihabiskan untuk aparat dan pejabat. Apalagi, aparat keamanan malah lebih sibuk melindungi keamanan warga Israel.
Warga juga semakin apatis karena sudah bertahun-tahun tidak ada pemilu. Presiden Palestina Mahmoud Abbas sudah berkali-kali menunda pemilu dengan berbagai alasan. (AFP/REUTERS)