Perusahaan-perusahaan Besar Jepang Ramai-ramai Naikkan Gaji Karyawan
Sejumlah perusahaan besar di Jepang akan menaikkan gaji karyawannya. Beberapa bahkan mematok kenaikan di atas 10 persen. Langkah ini dilakukan ketika perekonomian justru sedang tidak mudah.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
TOKYO, SENIN – Perusahaan-perusahaan besar di Jepang beramai-ramai menaikkan gaji pekerjanya. Bahkan, kenaikan tahun ini adalah yang terbesar dalam 20 tahun terakhir.
Per Senin (27/2/2023), setidaknya ada lima perusahaan transnasional Jepang yang telah mengakomodasi permintaan kenaikan upah dari serikat pekerja mereka. Perusahaan-perusahaan ini adalah Fast Retailing yang merupakan induk dari jenama Uniqlo, perusahaan gim Nintendo, perusahaan gim Sega, perusahaan minuman Suntory, serta dua raksasa otomotif Toyota dan Honda.
”Kami berusaha menjadi yang terdepan dalam peningkatan kesejahteraan pekerja. Jika pekerja sejahtera, perusahaan juga yang diuntungkan dengan produktivitas baik,” kata Koji Sato yang per April 2023 resmi menjadi Direktur Utama Toyota. Ia dikutip oleh surat kabar Financial Times.
Para pemimpin Toyota menggelar rapat dengan perwakilan serikat pekerja yang beranggotakan 68.000 orang. Negosiasi tercapai dalam waktu satu hari. Padahal, negosiasi sebelumnya makan waktu berminggu-minggu. Walaupun demikian, belum terungkap persentase kenaikan gaji yang dijanjikan Toyota kepada pekerjanya di Jepang.
Sementara itu, Honda dalam keterangan pers mereka mengatakan hendak menaikkan gaji karyawan mereka sebesar 5 persen. Ini adalah kenaikan gaji terbesar yang terjadi di Jepang sepanjang dua dekade belakangan. Tingkat kenaikan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi.
Selama 30 tahun belakangan, gaji pekerja di Jepang relatif stagnan. Artinya, nominal gaji naik. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tingkat inflasi, nilai riil gaji cenderung stagnan. Jepang saat ini mengalami inflasi 4,2 persen yang merupakan angka tertinggi selama 41 tahun terakhir.
Perdana Menteri Fumio Kishida menjadikan kenaikan upah pekerja ini sebagai salah satu misi pemerintahannya. Ia berharap kenaikan gaji karyawan pada perusahaan-perusahaan besar bisa memicu Bank Jepang untuk menormalkan suku bunga. Ia juga menjanjikan penurunan harga bahan pokok, terutama pangan dan energi.
”Kenaikan gaji ini juga harus terjadi di perusahaan-perusahaan kecil hingga perusahaan di pelosok. Ini akan meningkatkan kompetisi yang menyehatkan perekonomian kita,” kata Kishida ketika berpidato di hadapan Partai Liberal Demokrat yang dipimpinnya.
Ada pula Sega yang sejauh ini memberikan kenaikan upah tertinggi, yaitu 30 persen. Menurut keterangan pers resmi Sega Sammy Holdings, gaji bulanan karyawan dinaikkan 30 persen. Ini mencakup gaji pokok dan bonus. Dengan ini, gaji bulanan karyawan yang baru lulus perguruan tinggi meningkat dari 222.000 yen atau Rp 24,87 juta menjadi 300.000 yen atau Rp 33,62 juta. Aturan mulai berlaku per 1 Juni 2023.
Perusahaan gim Nintendo dilaporkan juga berencana menaikkan gaji karyawan mereka 10 persen, juga mencakup bonus. Tindakan ini mereka lakukan dengan mengambil 4 persen dari laba tahunan mereka.
Di tengah gegap gempita kenaikan gaji itu, sejumlah lembaga analisis keuangan mengeluarkan laporan bahwa kenaikan gaji kali ini tidak akan memberi banyak perubahan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konfederasi Serikat Perdagangan Jepang meminta kenaikan upah 5 persen atau setidaknya minimal 3 persen.
Namun, firma analisis keuangan Morgan Stanley memperkirakan bahwa rata-rata kenaikan upah Jepang di tahun 2023 hanya 1,2 persen. Sementara itu, Pusat Penelitian Ekonomi Jepang (JERC) memperkirakan, maksimal kenaikan upah ini hanya mencapai 2,85 persen. Keduanya lebih rendah dari permintaan serikat pekerja dan masih di bawah tingkat inflasi.
Bahkan, media NHK melaporkan, sebanyak 40 persen pekerja di Jepang tidak akan menikmati kenaikan gaji. Ini adalah jumlah pekerja honorer dan paruh waktu di negara tersebut. Perusahaan hanya menghitung pekerja tetap mereka, sementara para pekerja kontrak ini akan terus diberi upah minimum.
Firma Morgan McKinley mengeluarkan analisis kenaikan gaji di Jepang pada tahun 2023. Mereka melaporkan, dalam enam bulan pertama tahun ini, 57 persen pekerja di Jepang berencana pindah kerja dengan alasan mencari perusahaan yang menawarkan gaji lebih baik. Bahkan, 48 persen perusahaan memperkirakan akan kehilangan sejumlah karyawan. (REUTERS)