Turunkan Ketegangan di Tepi Barat, Jordania Gelar Perundingan Palestina-Israel
Kekerasan antara Palestina dan Israel tidak kunjung berhenti. Awal tahun 2023 sudah 62 warga Palestina tewas. Delegasi Palestina dan Israel dijadwalkan bertemu di Aqaba, Jordania, guna menurunkan tensi kekerasan itu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
AFP
Pengunjuk rasa dari Jordania dan Palestina berdemonstrasi dalam solidaritas untuk warga Palestina di kota Karameh, wilayah yang berbatasan dengan Tepi Barat yang diduduki Israel sejak 1967, pada 15 Mei 2021.
AQABA, MINGGU — Delegasi Palestina dan Israel berada di kota Aqaba, Jordania, guna merundingkan permasalahan kekerasan yang terus melanda wilayah Palestina yang dikuasai Israel. Otoritas Palestina atau PA, yang mewakili Palestina dalam pertemuan tersebut, mendapat kritik keras dari dalam negeri dari sejumlah warga yang menolak Palestina berunding dengan Israel.
Perundingan masih berlangsung di Aqaba, kota di pesisir Laut Merah, Minggu (26/2/2023) malam waktu Indonesia. Menurut bocoran yang diperoleh dari seorang pejabat Jordania, Jordania menawarkan diri sebagai tempat berunding guna mendinginkan suasana yang terjadi di Jerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Adapun perundingan itu disponsori Jordania, Amerika Serikat, dan Mesir.
Suasana di Palestina memanas. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat, sejak Januari 2023 sudah 62 warga Palestina yang tewas di Tepi Barat. Wilayah ini dikuasai Israel sejak tahun 1967. Selain itu, juga ada sembilan warga Israel dan satu wisatawan dari Ukraina yang ikut tewas. Jumlah korban jiwa ini mencakup anak-anak.
Menurut PBB, konflik di Tepi Barat kali ini adalah yang terburuk setelah tahun 2006. Ketika itu, ada 171 warga Palestina yang tewas, termasuk 30 anak.
Perseteruan terakhir terjadi pada Rabu (22/2/2023) di kota Nablus, Tepi Barat. Aparat keamanan Israel menyerbu Nablus yang mengakibatkan bentrok dengan warga sipil. Walhasil, 12 orang tewas dan 80 orang luka-luka. Aparat Israel mengaku melakukan razia ke salah satu rumah dengan alasan ada laporan bahwa rumah itu ditinggali seorang milisi berbahaya.
AFP/JAAFAR ASHTIYEH
Aparat keamanan Israel memeriksa kendaraan-kendaraan yang akan melintas di pos pemeriksaan Hawara, gerbang selatan menuju Nablus, wilayah pendudukan Tepi Barat, Minggu (26/2/2023).
Daerah yang mereka razia adalah permukiman sipil yang dihuni 200.000 warga Palestina. Pemerintah Israel mengatakan, pihaknya menurunkan 150 petugas keamanan.
Sebelumnya, pada Januari, dengan alasan yang sama, pasukan Israel menyerbu kamp pengungsi di Jenin dan menewaskan sepuluh orang. Terdapat pula operasi keamanan di Jericho yang menewaskan lima orang yang diduga anggota kelompok Hamas.
Oleh sebab itu, Jordania, AS, dan Mesir segera mendorong Palestina dan Israel agar mau berunding. Pada bulan Januari, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkunjung ke Amman, ibu kota Jordania, bertemu dengan Raja Abdullah II.
”Jordania tetap mendukung pemisahan negara Israel dengan Palestina demi keamanan dan kesejahteraan kedua belah pihak,” kata Raja Abdullah saat itu.
Media Israel, Haaretz, melaporkan, dalam perundingan kali ini, Tel Aviv diwakili Kepala Keamanan Shin Bet (Badan Keamanan Nasional Israel) Ronen Bar dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi.
Di Israel, santer beredar kabar bahwa Palestina akan meminta Israel mengangkat sanksi pajak dari Otoritas Palestina (PA). Remitensi pajak untuk PA ini dipotong Tel Aviv dengan alasan PA menggunakannya untuk membayar keluarga orang-orang yang dituduh teroris oleh Israel dan kemudian dipenjara atau dibunuh.
Diragukan
Laporan Haaretz menyebutkan, opini publik di kedua belah pihak sudah telanjur terbentuk. Masyarakat Israel ataupun Palestina sangsi perundingan ini bisa menghasilkan sesuatu yang produktif ataupun berkeadilan.
Di Palestina, sejumlah warga di Jenin dan Nablus menggelar unjuk rasa. Mereka marah karena PA mau diajak ikut berunding di Aqaba. Para demonstran ini meneriakkan yel-yel yang menyuruh Presiden Palestina Mahmoud Abbas mundur. Kabarnya, delegasi PA diwakili, antara lain, oleh Penasihat Politik Presiden Majdi Al-Khaldi dan Kepala Intelijen Majed Faraj.
”PA pengkhianat. Menusuk rakyat Palestina dari belakang,” kata kelompok bersenjata Hamas di akun media sosial mereka.
AFP/MAHMUD HAMS
Mahasiswa berunjuk rasa di Gaza City, Minggu (26/2/2023), untuk mendukung Tepi Barat dan menolak perundingan antara delegasi Palestina dan Israel di Aqaba, Jordania.
PA sebelum mengirim delegasi ke Jordania berusaha memberikan penjelasan kepada rakyat Palestina melalui radio Voice of Palestine. Wakil Sekretaris Jenderal Fatah─partai politik yang dipimpin Mahmoud Abbas─Sabri Saidam menerangkan bahwa justru kontraproduktif untuk menolak berunding dengan Israel karena akan semakin memanaskan suasana.
”Kita pasti tegas di perundingan itu. Palestina menginginkan penghentian pembangunan permukiman Israel di Jerusalem Timur dan Tepi Barat, penghentian berbagai razia dengan alasan mencari milisi, dan penghentian segala ketidakadilan oleh Pemerintah Israel,” ujar Saidam. (REUTERS)