Mau Hidup Lebih Baik? Kerja Empat Hari Seminggu Saja
Sistem empat hari kerja salam seminggu terbukti membuat hidup karyawan lebih bahagia dan lebih baik. Meski hanya empat hari bekerja, bukan berarti produktivitas turun. Karyawan malah lebih semangat bekerja.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
KELLY SODERLUND VIA AP
Kelly Soderlund, karyawan pada sebuah biro perjalanan TripActions, beberapa waktu lalu, bekerja dari rumahnya di Walnut Creek, California, AS. Bekerja dari rumah di masa pandemi membuatnya cukup nyaman meski pada saat yang bersamaan harus mengawasi kedua anaknya.
Ini bukan sekadar keinginan, harapan, atau impian belaka, tetapi sudah terbukti. Setidaknya sudah terbukti di puluhan perusahaan di Inggris. Kerja selama empat hari dalam seminggu rupanya benar-benar bisa membuat bahagia serta hidup menjadi jauh lebih baik dan lebih seimbang dibandingkan kerja lima hari seminggu seperti yang berlaku di kebanyakan institusi dan perusahaan.
Kesehatan fisik dan mental serta kesejahteraan karyawan membaik. Ini karena mereka memiliki banyak waktu untuk berolahraga dan melakukan kegiatan apa saja yang memuaskan dirinya.
Tingkat stes dan kelelahan menurun. Begitu pula dengan masalah kualitas tidur, dari yang kurang menjadi cukup. Meski terlihat ”lebih santai”, dari sisi produktivitas kerja ternyata tidak terpengaruh. Sebab, karyawan menjadi lebih bersemangat di tempat kerja.
Pendapatan perusahaan yang menjalankan sistem ini justru naik rata-rata 1,4 persen selama uji coba. Pendapatan melonjak rata-rata 35 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama dari tahun-tahun sebelumnya.
Kesimpulan ini diperoleh dari salah satu uji coba terbesar yang pernah dilakukan di Inggris. Sebanyak 60 perusahaan di Inggris, antara lain perusahaan keuangan Stellar Asset Management, produsen digital Rivelin Robotics, hingga toko ikan dan keripik, ikut ambil bagian dalam percobaan yang dilakukan selama enam bulan, Juni-Desember 2022.
Uji coba tersebut melibatkan 3.300 karyawan. Dari 60 perusahaan, 56 perusahaan atau 92 persen di antaranya memilih akan tetap melanjutkan sistem empat hari kerja. Bahkan, 18 perusahaan akan memberlakukan sistem itu secara permanen. ”Ini terobosan besar untuk gerakan menuju ke sistem empat hari kerja dalam seminggu,” kata Direktur Kampanye 4 Hari Seminggu Joe Ryle dalam pernyataan tertulisnya, Rabu lalu.
Meski hari bekerja dikurangi sehari, jumlah gaji yang diterima tetap sama. Uji coba yang diadakan oleh kelompok nirlaba 4 Day Week Global bersama dengan lembaga kajian Autonomy, University of Cambridge, dan Boston College di Amerika Serikat, ini dianggap berhasil karena ada 10 persen perusahaan yang akan tetap melanjutkan sistem ”4 hari kerja” ini. Hanya ada 4 persen perusahaan yang tidak akan menggunakan sistem ini lagi.
”Tingkat ketidakhadiran karyawan menurun. Begitu pula dengan jumlah karyawan yang keluar. Kesehatan mental karyawan membaik dan tidur lebih nyenyak karena tidak terlalu lelah. Banyak orang jadi lebih bahagia dan menikmati hidup karena bisa punya libur akhir pekan tiga hari, tidak hanya dua hari,” kata Guru Besar Brendan Burchell dari Cambridge University.
Sejumlah perusahaan juga mengaku bahwa dengan perubahan itu karyawan justru bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Sementara dari sisi karyawan, hari libur ekstra itu lebih penting ketimbang gaji.
Direktur Klien Nathan Jenkinson, Tyler Grange, mengaku senang bisa melihat karyawan bekerja dengan lebih bersemangat. Perusahaannya termasuk di antara 18 perusahaan yang mengadopsi secara permanen sistem empat hari kerja dalam seminggu.
Karyawan bekerja dengan lebih bersemangat sehingga omset perusahaan sedikit naik meskipun jam kerja dikurangi. ”Karyawan masuk kerja Senin setelah istirahat tiga hari. Ketika masuk kantor lagi, mereka merasa jauh lebih positif tentang pekerjaan dan mendapatkan lebih banyak energi,” ujarnya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)
Penumpang komuter menunggu keberangkatan KRL di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/6/2020) pukul 06.35 WIB. PT Kereta Commuter Indonesia menyiapkan petugas dan marka di stasiun maupun di dalam KRL sebagai pedoman bersama dalam menjaga jarak.
Dalam beberapa tahun terakhir, studi mengenai sistem empat hari kerja dalam seminggu sudah dilakukan banyak negara. Hal ini terutama dilakukan setelah pandemi Covid-19. Perusahaan dan lembaga negara memberlakukan sistem kerja dari jarak jauh atau bekerja dari rumah selama pandemi.
Uji coba seperti ini juga pernah dilakukan sebelumnya di Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Hasilnya, sama, sukses. Perusahaan Microsoft pernah melakukan uji coba seperti itu di Jepang selama sebulan pada 2019. Perusahaan Unilever juga pernah menggelar uji coba selama setahun di Selandia Baru pada 2020. Proyek itu dianggap berhasil.
Di Belgia, praktik empat hari kerja per minggu sudah diberlakukan mulai November 2023. Belgia menjadi negara pertama di Uni Eropa dan yang ketiga di dunia setelah Islandia dan Selandia Baru yang memberlakukan sistem tersebut sebagai pilihan.
Karyawan berhak atas empat hari kerja dalam seminggu tetapi praktiknya berbeda dengan uji coba yang dilakukan negara-negara Barat lain seperti Inggris dan AS. Bedanya, karyawan yang mengambil opsi kerja empat hari itu harus bekerja dengan jumlah jam yang sama sepanjang minggu.
Semua karyawan di Belgia yang bekerja di sektor publik atau swasta memiliki pilihan untuk bekerja 9,5 jam sehari selama empat hari atau 8 jam sehari selama lima hari. Pada dasarnya, jumlah jam kerjanya sama tetapi ada kebebasan untuk memutuskan mau pilih yang mana.
Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo berharap sistem empat hari kerja per minggu ini akan membuat pasar tenaga kerja Belgia yang terkenal kaku menjadi sedikit lebih fleksibel. ”Tujuannya supaya masyarakat dan perusahaan lebih leluasa mengatur waktu kerjanya,” ujarnya.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Penumpang yang sebagian besar adalah pekerja komuter memadati peron Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, saat jam pulang kerja, Jumat. (10/2/2023). Tak sedikit dari pekerja yang kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja dengan berbagai alasaan.
Harian the New York Times, 22 September 2022, menyebutkan pembicaraan mengenai sistem empat hari kerja per minggu sudah ada sejak beberapa dekade lalu. Pada 1956, Wakil Presiden AS waktu itu, Richard Nixon, sudah meramalkan sistem empat hari kerja akan terjadi dalam waktu tidak terlalu lama.
Perubahan ini dipercepat dengan adanya pandemi Covid-19. Selama pandemi, sistem bekerja dari jarak jauh menjadi sesuatu yang lumrah. Dengan demikian, setelah situasi kembali pulih banyak yang kemudian mempertanyakan efektivitas sistem lima hari kerja.
Namun, ada juga pihak-pihak yang khawatir dengan sistem ini karena bisa jadi akan mengarah pada penurunan daya saing, terutama di wilayah Eropa.
Namun, ada juga pihak-pihak yang khawatir dengan sistem ini karena bisa jadi akan mengarah pada penurunan daya saing, terutama di wilayah Eropa di mana banyak perusahaan Eropa sudah merasa jauh tertinggal dari perusahaan-perusahaan di kawasan lain.
”Empat hari kerja ini solusi terbaik dan terbukti berhasil. Bekerja jarak jauh atau hybrid memang membawa banyak manfaat, tetapi tidak cukup karena tidak mengatasi kelelahan dan kerja berlebihan,” kata Kepala Eksekutif 4 Day Week Global Joe O’Connor. (REUTERS/AFP)