Perempuan mencari pasangan yang bisa mendukung satu sama lain. Akan tetapi, belum semua laki-laki bisa mencapai pemikiran itu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
Penelitian masyarakat Amerika Serikat yang dilakukan oleh sejumlah psikolog mengungkapkan bahwa setidaknya 60 persen laki-laki berumur 20an tahun di negara itu adalah tunaasmara, alias jomblo. Jumlah ini dua kali lebih banyak daripada kaum perempuan di kelompok usia yang sama.
"Bagi perempuan zaman sekarang, gagasan menjalani pernikahan atau pacaran yang tidak harmonis hanya karena tekanan sosial agar tidak menjomblo sudah ditinggalkan. Mereka memilih hidup produktif dengan bekerja, menjalani hobi, dan memiliki teman-teman dekat yang membuat hidup bahagia," kata psikolog keluarga Greg Matos di dalam majalah Psychology Today.
Di AS, 60 persen kaum perempuan memiliki gelar sarjana. Memang masih ada persoalan kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, pendidikan tinggi dan kesempatan berkarier ataupun berwiraswasta ini menyingkirkan kaum pria yang tidak potensial dari kehidupan si perempuan.
Lembaga penelitian Pew pada tahun 2022 mengeluarkan laporan bahwa 30 persen penduduk AS menjomblo, bahkan sekadar berkencan pun tidak. Ketika dicermati, 63 persen di antaranya adalah laki-laki dan 34 persen perempuan. Menariknya, responden perempuan mayoritas mengaku menjomblo karena pilihan. Sebaliknya, mayoritas responden laki-laki mengaku melajang karena tidak memperoleh pasangan hidup.
Guru Besar Psikologi Universitas Akron Ronald Levant menjelaskan kepada majalah The Hill bahwa perempuan semakin pemilih dalam mencari jodoh. Mereka memastikan laki-laki calon pasangan hidupnya memang cocok dan terbuka untuk bekerja sama membina keluarga, bukan hubungan yang patriarkis. "Sayangnya, masih banyak laki-laki yang ketinggalan kereta," ujarnya.