Tentara Israel Buru Milisi, 11 Warga Palestina Tewas
Siklus kekerasan baru terulang di wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat. Serangan tentara Israel di Nablus menewaskan 11 orang warga Palestina dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEPI BARAT, KAMIS — Kekerasan aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina terjadi sepanjang Rabu (22/2/2023) dan Kamis (23/2). Serangan tentara Israel ke sebuah apartemen di Nablus, Tepi Barat, Rabu, menewaskan 11 warga Palestina, termasuk seorang remaja.
Berdasarkan identifikasi Kementerian Kesehatan Palestina, dikutip dari laman Times of Israel, umur 11 korban tewas berkisar 16 tahun hingga 72 tahun. Korban berusia 60 tahun ke atas meliputi Adnan Saabe Baara (72), Anan Shawkat Annab (66), Abdul Hadi Abdul Aziz Ashqar (61), dan Mohammad Farid.
Sementara korban usia muda meliputi Shaaban (16), Tamer Nimr Minawi (33), Mohammad Khaled Anbousi (25), Musab Munir Awais (26), Hussam Bassam Isleem (24), Mohammad Abdul Fattah (23), Walid Riyad Dkhail (23), dan Jaser Jamil Qanier (23).
Adapun sekitar 100 warga Palestina lainnya menderita luka tembak akibat serangan tentara Israel. Sebanyak tujuh orang di antaranya dalam kondisi kritis.
Serangan tentara Israel selama empat jam pada Rabu meninggalkan kerusakan luas di pasar berusia berabad-abad di Nablus. Di Kota Tua, toko-toko dipenuhi proyektil yang berserakan. Mobil yang diparkir hancur dan reruntuhan berlumuran darah. Furnitur dari rumah hancur berserakan di antara tumpukan puing.
Mengutip Times of Israel, tentara Israel mengklaim menyerang apartemen di Nablus untuk menangkap Isleem, seorang anggota senior kelompok militan Lions’s Den. Isleem diduga turut terlibat dalam pembunuhan anggota militer Israel, Sersan Staf Ido Baruch, Oktober 2022. Dua pelaku lain telah ditangkap bulan lalu.
Mengepung rumah
Sebuah sumber militer mengatakan, tentara mengepung rumah tempat tersangka bersembunyi. Sebelum melakukan serangan, menurut sumber tersebut, tentara Israel meminta mereka menyerahkan diri tanpa perlawanan. Akan tetapi, tersangka menolak. Tentara Israel kemudian menyerbu masuk ke lokasi.
Dua tersangka tewas dalam serangan itu. Salah seorang di antaranya ditembak mati saat mencoba melarikan diri. Sumber tersebut hanya menyebut bahwa tentara Israel menemukan senjata api dan amunisi di dalam gedung itu.
Kedua orang yang tewas itu ialah Fattah dan Dakhil, keduanya anggota Lion’s Den. Militer Israel menyebut Fattah berafiliasi dengan kelompok Jihad Islam.
Kelompok militan Palestina membalas serangan Israel itu dengan menembakkan beberapa roket ke wilayah selatan Israel, Kamis dini hari. Akan tetapi, sistem pertahanan negara itu berhasil melumpuhkan lima roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza.
DK PBB dalam pernyataannya menyebut langkah itu mengancam kelangsungan solusi dua negara berdasarkan garis perbatasan 1967.
Israel kemudian mengerahkan jet tempurnya menyerang berbagai sasaran di Gaza utara dan tengah. Termasuk dalam target itu adalah lokasi pembuatan senjata dan kompleks militer Kelompok Hamas.
Kekerasan baru terhadap warga Palestina itu terjadi selang dua hari setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam rencana pembangunan dan perluasan permukiman warga Yahudi oleh Pemerintah Israel. DK PBB dalam pernyataannya menyebut langkah itu mengancam kelangsungan solusi dua negara berdasarkan garis perbatasan 1967.
Menuju konfrontasi
Seorang pejabat Palestina mengatakan, para pemimpin dari Hamas dan Jihad Islam memperingatkan mediator, termasuk Mesir, bahwa situasinya bisa meluncur ke ”konfrontasi terbuka” jika tak ada perubahan.
Pejabat tinggi Otoritas Palestina, Hussein Al Sheikh, mengecam serangan militer Israel ke Nablus dan menyebutnya sebagai pembantaian. Dia juga menyerukan perlindungan lebih terhadap warga Palestina. Apalagi, kini Pemerintah Israel berencana untuk mempersenjatai warga sipilnya.
Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab untuk Urusan Palestina, Saeed Abu Ali, mengatakan, serangan militer Israel terhadap warga Palestina adalah sebuah kejahatan yang keji. ”Otoritas pendudukan dan pemerintah sayap kanan Israel bertanggung jawab atas pembantaian yang mengerikan ini,” kata Ali.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, mengatakan, Washington sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina. Akan tetapi, Price juga membela tindakan Israel.
”Kami menyadari masalah keamanan yang sangat nyata yang dihadapi Israel. Pada saat yang sama, kami sangat prihatin dengan banyaknya korban luka dan hilangnya nyawa warga sipil,” kata Price.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menilai, ketegangan mudah tersulut di wilayah Palestina yang telah bertahun-tahun dicaplok dan diduduki oleh Israel, meskipun dunia internasional menilai hal itu tindakan ilegal dan melanggar hukum internasional. Dia mengatakan, prioritas utama saat ini adalah mencegah eskalasi kekerasan lebih jauh, mengurangi ketegangan, dan memulihkan ketenangan di lokasi.
Seorang sumber diplomatik, kepada Reuters, mengatakan, Utusan Timur Tengah PBB, Wennesland, tiba di Gaza untuk bertemu dengan para pemimpin Hamas guna menenangkan situasi.
”Saya melanjutkan keterlibatan saya dengan semua pihak yang berkepentingan untuk meredakan situasi. Saya mendesak semua pihak untuk menahan diri dari langkah-langkah selanjutnya yang dapat mengobarkan situasi yang sudah tidak stabil,” kata Wennesland, dalam sebuah pernyataan sebelum kunjungan.
Serangan bersenjata terhadap warga Palestina terus-menerus terjadi nyaris tanpa henti setelah Pemerintah Israel dikuasai oleh para politisi sayap kanan. Tindakan keras terhadap warga Palestina adalah hal yang dijanjikan oleh para politisi sayap kanan Israel yang mendukung pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat ini.
”Kami memiliki kebijakan yang jelas: menyerang teror dengan kuat dan memperdalam akar kami di tanah kami. Kami akan membuat perhitungan dengan siapa pun yang menyakiti warga Israel,” kata Netanyahu dalam rapat kabinetnya. (AP/AFP/REUTERS)