Jepang dan Indonesia sudah 65 tahun bekerja sama. Tak hanya di bidang ekonomi melainkan meluas ke kerja sama pertahanan sebagai bentuk kesiapsiagaan menjaga kawasan.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
KOMPAS/ALBERDI DITTO PERMADI
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji saat ditemui oleh tim Harian Kompas untuk wawancara terkait hubungan bilateral Jepang di Indonesia di kantornya yang terletak di Jakarta, Selasa (14/01/2023)
Sejak penandatanganan Perjanjian Perdamaian dan Perjanjian Pampasan Perang, 20 Januari 1958, di Jakarta, jalinan kerja sama antara Jepang dan Indonesia berkembang cepat dan meluas. Tidak hanya pada urusan perekonomian seperti investasi dan perdagangan melainkan juga kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan. Sejak lama hubungan kerja sama Jepang dan Indonesia terfokus pada ekonomi.
Namun, belakangan, seiring dengan perkembangan dinamika situasi geopolitik yang pelik di dunia, khususnya di kawasan Asia, kerja sama pertahanan dan keamanan menjadi semakin penting. Jepang dan Indonesia menghadapi tantangan yang sama sehingga perlu upaya bersama dalam menghadapinya.
Hal itu dikemukakan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kenji Kanasugi, ketika ditemui Kompas, Selasa (14/2/2023), di ruang kerjanya di Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Jakarta. Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan yakni sama-sama negara demokrasi terbesar di kawasan Indo-Pasifik dan sama-sama merupakan negara kepulauan sehingga tantangan dan keterbatasannya pun sama.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah menjaga, mengamankan, dan mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang merdeka, terbuka, dan makmur. Itulah mengapa Jepang mempromosikan konsep Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Demikian pula Indonesia yang mengambil kepemimpinan untuk mendorong ASEAN Outlook on Indopacific (AOIP).
“Saya pikir kita bisa meningkatkan sinergi antarkedua negara berdasarkan itu. Tentu saja interaksi ekonomi itu penting, tetapi pada saat yang sama, kita perlu mendorong lebih banyak kerja sama pada bidang politik dan keamanan tentu dengan kondisi yang nyaman bagi kedua pihak. Kami tidak mau mendesak negara manapun,” kata Kenji yang mulai bertugas di Indonesia sejak Februari 2021 itu.
KOMPAS/LUKI AULIA
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji, bersama Atase Pertahanan Jepang, Mizuno Hidenori, berfoto bersama dalam resepsi Hari Pasukan Bela Diri Jepang, Jumat (16/12/2022), di Jakarta.
Kerja sama pada bidang politik, pertahanan, dan keamanan itu semata sebagai bentuk antisipasi atau kesiapsiagaan terhadap segala kemungkinan masalah atau ancaman. Tentu saja, kata Kenji, Jepang sangat berharap tidak akan ada konflik apapun di kawasan di masa depan. Sama-sama menyadari perlunya antisipasi, Jepang dan Indonesia telah meningkatkan kerja sama politik dan keamanan dalam beberapa tahun terakhir.
Indonesia adalah negara anggota ASEAN pertama yang diajak Jepang bekerja sama dalam bidang pertahanan dalam “kerangka 2+2” dengan kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan sejak 2015. Baru-baru ini Filipina menyusul. Selain itu, ada pula kerja sama dari sisi kekuatan lunak antara Pasukan Bela Diri Jepang dengan TNI dalam bidang Bantuan Kemanusiaan dan Pengurangan Bencana sejak Agustus lalu.
Partisipasi Jepang dalam upaya menjaga kawasan juga semakin aktif. Kenji mengingatkan pada tahun lalu Jepang menjalin kerja sama trilateral Jepang, Indonesia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian, khususnya di bidang teknik.
Pada saat yang sama, Pasukan Bela Diri Darat Jepang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, ikut serta dalam latihan “Super Garuda Shield”, yakni latihan multinasional gabungan terbesar di kawasan Indo-Pasifik. Lebih dari 4.000 tentara ikut dan datang dari Kanada, Perancis, India, Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Papua Nugini, Timor Leste, dan Inggris. Negara-negara yang berpartisipasi untuk pertama kalinya ada Australia, Singapura, dan Jepang. Dalam Super Garuda Shield ini mereka melakukan latihan lapangan dan maritim yang mencakup latihan amfibi, keamanan maritim, operasi militer di medan perkotaan, pertahanan udara, operasi udara, dan perebutan lapangan udara.
“Ini lompatan besar dalam hubungan Jepang dan Indonesia. Fondasinya tetap hubungan antarwarga. Hubungan di bidang ini makin dekat karena ada sekitar 50 anggota TNI yang lulusan Akademi Pertahanan Jepang. Mereka menjadi jembatan antarkedua negara. Kami tidak ingin ada konflik apapun di kawasan ini. Tetapi kita tetap perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan bekerja sama dengan negara-negara yang berpikiran sama, termasuk Indonesia,” kata Kenji.
KOMPAS
Wawancara Khusus Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi
Untuk kerja sama lebih spesifik pada peralatan militer dan persenjataan, misalnya, Kenji menjelaskan Jepang telah merevisi Strategi Keamanan Nasionalnya pada akhir tahun lalu. Salah satu penekanan dalam strategi baru itu adalah mengekspor alutsista atau alat utama sistem senjata. Pada tahun 2021, kedua belah pihak sudah menyepakati perjanjian transfer peralatan dan teknologi pertahanan.
“Sudah ada dasarnya dan kedua pihak memiliki kemauan untuk itu. Saya berharap kita bisa meningkatkan kerja sama transfer alutsista dan teknologi kita ke Indonesia. Tetapi ini masih rahasia. Kami sedang mendiskusikannya,” ujarnya.
Ekonomi
Bagi Jepang, Indonesia merupakan salah satu mitra terpenting. Ada setidaknya 2.000 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia dan menciptakan 7,2 juta lapangan pekerjaan yang menyumbang sekitar seperempat dari ekspor Indonesia. Jepang tetap ingin bekerja sama dengan Indonesia salah satu alasannya agar Indonesia tidak jatuh ke dalam apa yang disebut sebagai jebakan negara berpenghasilan menengah.
Elemen terpenting di dalamnya ada pembangunan infrastruktur seperti moda raya terpadu atau MRT Jakarta. Atau juga kereta api cepat Jakarta-Surabaya, bukan kereta peluru, yang masih dipertimbangkan Indonesia. Kenji mengatakan dengan kereta cepat itu waktu tempuh Jakarta-Surabaya yang normalnya 11 jam, akan bisa ditempuh dalam waktu 5,5 jam saja. Masalah kereta di jalur ini sudah dibicarakan dengan Indonesia selama 3-5 tahun terakhir. “Kami sudah membuat visibility studies-nya. Kami siap bekerja sama tetapi semua tergantung pada Indonesia saja,” kata Kenji yang sering naik MRT di Jakarta itu.
KOMPAS/EDDY HASBY
Toyota bZ4X mobil berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) dipameran otomotif GIIAS 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten.
Dari sisi investasi lain, secara “tradisional”, perusahaan Jepang berfokus pada investasi di bidang otomotif, suku cadang, dan sektor energi. Seperti perusahaan otomotif Astra Daihatsu yang memperluas pabriknya di daerah Karawaci pada awal bulan ini dan ada juga Toyota yang mulai memproduksi Kijang Innova hybrid di Indonesia mulai November lalu. Pada bidang energi, ada kesamaan kepentingan antara Jepang dan Indonesia.
Saat ini kedua negara sangat bergantung pada bahan bakar fosil sehingga transisi energi yang ketat dan realistis menjadi sangat vital. Jepang memiliki target untuk netral karbon pada tahun 2050 sementara Indonesia pada 2060. “Karena itu, kita perlu lebih menekankan pada pengembangan energi terbarukan. Ada banyak bidang kerja sama di masa depan untuk mencapai netral karbon,” kata Kenji.
Untuk kerja sama di bidang tenaga kerja, Kenji menilai kedua negara memiliki masa depan yang sama dan bisa saling melengkapi. Di satu sisi, Jepang memiliki persoalan populasi yang menua dengan berkurangnya jumlah SDM produktif. Setiap tahun Jepang kehilangan populasi sebesar 500.000 orang. Sebaliknya, populasi Indonesia tumbuh lebih dari 3 juta jiwa setiap tahun. Jepang membutuhkan lebih banyak orang atau tenaga kerja di Jepang dan Indonesia juga membutuhkan lebih banyak pekerjaan. Pada titik ini, kedua belah pihak bisa saling bekerjasama melengkapi.
Selama ini Kenji juga mencatat terdapat sedikitnya 50.000 warga Indonesia yang berkontribusi pada perekonomian Jepang. Salah satu contohnya, perusahaan Jepang berinvestasi di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi dan ekspor di kawasan. “Setelah Covid, banyak delegasi datang dari Jepang baik organisasi ekonomi maupun pemerintah daerah yang mencari pekerja terampil dari Indonesia. Mereka ingin mempekerjakan lebih banyak pekerja terampil dari Indonesia. Semoga kita bisa menciptakan situasi yang saling menguntungkan,” ujarnya.