Tanpa pasukan yang siap berangkat dalam jumlah besar, NATO akan kesulitan menanggapi perkembangan darurat. Tim penanggap tidak bisa segera dikirim karena kekurangan kapal pendarat.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KOMPAS/NINA SUSILO
Empat pesawat Garuda Indonesia diberangkatkan ke Turki dan Suriah, Selasa (21/2/2023). Keempat pesawat membawa 140 ton bantuan berupa makanan, pakaian, serta logistik lain untuk warga terdampak gempa di kedua negara.
ANKARA, SELASA — Kerentanan operasional Pakta Pertahanan Atlantik Utara terkuak saat gempa melanda Suriah dan Turki. Memasuki pekan ketiga selepas gempa, kapal-kapal perang dan sipil milik aliansi itu belum juga mengangkut bantuan ke Turki.
Turki dan negara sekitarnya kembali diguncang dua gempa pada Senin (20/2/2023) malam. Berpusat di Hatay, Turki, gempa itu menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai 100 orang. Guncangan terasa sampai Israel, Jordania, dan Lebanon.
Dosen geologi pada Firat University, Mehmet Kokum, menyebut bahwa terdata setidaknya 5.000 gempa susulan pada 6-20 Februari 2023. Mayoritas gempa berkekuatan rendah. Korban terbanyak tetap disebabkan gempa dahsyat pada Senin (6/2/2023) dini hari.
Sebanyak 47.000 orang tewas saat pencarian dihentikan pada Sabtu pekan lalu. Ankara menyebut 9 juta orang di 11 provinsi terdampak gempa itu. Di Suriah, setidaknya 5,5 juta orang semakin kesulitan selepas gempa.
KOMPAS/NINA SUSILO
Sebanyak 140 ton bantuan kemanusiaan diberangkatkan ke Turki dan Suriah dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (21/2/2023). Presiden Joko Widodo meninjau kesiapan serta melepas keberangkatan bantuan ini.
Bantuan terus berdatangan atau dikirimkan ke Turki. Pada Selasa (21/2/2023), Presiden Joko Widodo melepas penerbangan empat pesawat pengangkut bantuan. Pesawat itu membawa 140 ton bahan makanan dan aneka kebutuhan lain. Bantuan akan dibagi untuk Suriah dan Turki.
Tim Inasar juga telah bekerja di Hatay sejak dua pekan terakhir. Indonesia ikut mendirikan rumah sakit darurat di provinsi itu. Mereka ikut mencari korban gempa yang tertimbun reruntuhan bangunan. Salah satu pesawat Hercules TNI Angkatan Udara juga dipinjamkan ke Turki selama situasi tanggap darurat.
Sementara di sela-sela lawatan ke Turki pada Senin (20/2/2023), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengumumkan tambahan bantuan. Dengan demikian, Washington berkomitmen menyediakan bantuan senilai 185 juta dollar AS untuk menanggulangi dampak gempa.
AS juga menyiapkan sejumlah helikopter angkut taktis dan helikopter angkut berat di Pangkalan Udara Incrilik. Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS mengirimkan helikopter tersebut dari sejumlah pangkalan AS di Eropa. Ada pula helikopter yang dipindahkan dari kapal perang AS di sekitar Laut Tengah.
AP/HUSSEIN MALLA
Tenda untuk menampung korban gempa dibangun di Iskenderun, Turki. Suriah dan Turki diguncang gempa pada Senin (6/2/2023) dan 5.000 gempa susulan sejak saat itu
Pangkalan Udara Incrilik merupakan basis utama AS sekaligus Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sekitar Laut Tengah. Lebih dari 2.000 penerbangan berisi bantuan dan tim penolong dilayani lanud itu sejak gempa terjadi.
Selain dengan pesawat, bantuan antara lain diterbangkan menggunakan helikopter angkut taktis, seperti MH-60R, dan helikopter angkut berat, CH-47 Chinook.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, NATO akan membantu Turki membangun ulang daerah terdampak gempa. NATO akan membantu membangun hunian sementara. NATO juga akan mengirim tenda dan tempat tidur ke Turki.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan butuh 1 miliar dollar AS dalam tiga bulan mendatang. Dana itu untuk memenuhi kebutuhan darurat bagi 5,2 juta orang di Turki.
Sementara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan butuh 1 miliar dollar AS dalam tiga bulan mendatang. Dana itu untuk memenuhi kebutuhan darurat bagi 5,2 juta orang di Turki.
Sementara untuk Suriah, Guterres mengharapkan bantuan 400 juta dollar AS. Sebanyak 5 juta orang di Suriah butuh bantuan darurat selepas gempa.
AFP/BULENT KILIC
Warga menunggu kabar keluarganya di antara reruntuhan bangunan yang luluh lantak akibat gempa di Hatay, Turki, 13 Februari 2023. Gempa di Turki dan Suriah menewaskan puluhan ribu orang.
Kurang banyak
Komandan Korps Marinir AS Jenderal David Berger mengatakan, seharusnya AS dan NATO mengirimkan personel lebih banyak dan menyediakan bantuan lebih besar. Sayangnya, AS tidak dalam posisi mampu melakukan itu untuk korban gempa di Turki. ”Kami tidak punya Unit Ekspedisi Marinir (MEU) yang bisa segera menanggapi di sekitar lokasi,” ujarnya.
Marinir AS tidak punya kapal pendarat memadai untuk menjalankan misi MEU di Turki. Beroperasi dari kapal pendarat berarti anggota penolong tidak menambah beban bagi korban. ”Kami sebenarnya ingin punya MEU atau regu siaga terapung (ARG) di Laut Tengah. Mereka bisa cepat ke Turki dalam situasi ini. Sayangnya, kami tidak bisa melakukan itu,” katanya.
Fakta itu menunjukkan kerentanan serius dalam kesiapan operasi marinir. Tim penanggap tidak bisa segera dikirim karena kekurangan kapal pendarat dan bantu angkut personel (BAP) di sekitar lokasi. Jumlah kapal pendarat yang dimiliki Marinir AS minim. Marinir AS perlu paling sedikit 31 kapal pendarat siap operasi. Sayangnya, sampai 2030, hanya ada 24 kapal pendarat di AL AS.
Kekurangan kapal pendarat sudah dikhawatirkan sejak 2021. Tahun lalu, salah satu MEU AS disiapkan berangkat ke AS. Pemberangkatan itu bagian dari tanggapan NATO atas serangan Rusia ke Ukraina.
AFP/ISAR/HANDOUT
Proses evakuasi korban gempa di Kirikhan, Turki, pada 10 Februari 2023. Turki. Suriah dan Turki diguncang gempa pada Senin (6/2/2023) dan 5.000 gempa susulan sejak saat itu
Pasukan dan peralatan lain siap. Namun, kapal pengangkutnya tidak siap. Akibatnya, AS memberangkatkan pasukan lintas udara ke Eropa. Sementara keberangkatan marinir tertunda.
Kondisi itu amat rentan bagi kesiapan operasi NATO. Tanpa pasukan yang siap berangkat dalam jumlah besar, NATO akan kesulitan menanggapi perkembangan darurat.
Namun, kapal pengangkutnya tidak siap. Akibatnya, AS memberangkatkan pasukan lintas udara ke Eropa. Sementara keberangkatan marinir tertunda.
Pesawat dan helikopter memang bisa cepat mengantarkan bantuan. Namun, kapasitas angkut kapal lebih besar. Masalah lain, bandara kerap hancur saat gempa. Karena itu, pesawat dan helikopter kadang tidak bisa mendarat di lokasi gempa.
Kapal tidak hanya untuk angkutan. Kapal juga bisa menjadi rumah sakit terapung, seperti sudah dioperasikan Turki. Di sejumlah lokasi bencana, AL AS kerap mengirimkan rumah sakit terapung. Di Turki, hingga pekan ketiga selepas gempa, rumah sakit itu belum terlihat. (AFP/REUTERS)