ChatGPT memeriksa mahadata yang tersebar di internet, lalu mengolahnya menjadi tanggapan dalam bentuk tertulis atau berupa gambar. Aplikasi itu hanya terbukti manjur jika terkait informasi di Amerika Utara dan Eropa.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Dari 5,16 miliar pengguna internet di Bumi, 1,02 miliar orang di antaranya berada di China. Pasar sebesar itu menjadi salah satu faktor China terus mengembangkan aneka hal untuk optimalisasi teknologi informatika. Upaya terbaru, sejumlah perusahaan China berlomba mengembangkan aplikasi penjawab berbasis kecerdasan buatan.
Pemerintah China, pusat dan daerah, terus mendorong pengembangan itu. Pengumuman Biro Ekonomi dan Teknologi Informatika Beijing pada Senin (13/2/2023) merupakan salah satu bentuk dukungannya. Biro itu mengumumkan dukungan kepada perusahaan untuk mengembangkan aplikasi penjawab tersebut. Beijing berambisi membuat aplikasi yang bisa menandingi Chat Generative Pre-Trained Transformer atau lebih dikenal sebagai ChatGPT.
Kehadiran ChatGPT membuat China sadar atas ketertinggalannya dibandingkan Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Dengan 1.048 perusahaan yang mengembangkan AI, Beijing yakin bisa membuat aplikasi sendiri. ”Ini adalah momen pendaratan di Bulan,” kata ilmuwan sekaligus pebisnis teknologi informatika China, Yuan Jinghui.
Ia memakai istilah itu untuk menggambarkan lompatan besar pemanfaatan AI lewat aplikasi seperti ChatGPT. Dengan keterlibatan Google dan Microsoft, perlombaan pengembangan aplikasi itu dan pemanfaatan lain AI akan berlangsung amat ketat dan cepat.
Peran swasta
Bukan hanya pemerintah, sektor swasta China juga berminat mengembangkan aplikasi itu. Baidu, Alibaba, JD.com, dan NetEase telah mengumumkan rencana mengembangkan aplikasi penjawab.
Baidu disebut akan meluncurkan aplikasi tersebut pada Maret 2023. Perusahaan seperti Google di China itu akan memadukan aplikasi penjawab berbasis AI dengan mesin pencari mereka. Baidu sejak lama menanamkan modal besar-besaran untuk mengembangkan kecerdasan buatan. Pada Januari lalu, Baidu menunjukkan AI mereka bisa menggantikan peran ilustrator, penyunting, pembuat animasi, dan penulis naskah.
Adapun divisi komputasi awan Alibaba telah diarahkan untuk mengembangkan aplikasi penjawab. Alibaba menargetkan aplikasi tersebut menjadi bagian layanan komputasi awannya. NetEase melalui anak usahanya, Youdao, fokus memanfaatkan AI untuk pengembangan aplikasi pendidikan dengan fungsi seperti ChatGPT. Sementara Tencent malah mulai mengembangkan aplikasi penanggap lewat layanan pesan singkat mereka, WeChat. Sejumlah pengembang program China membuat akun penjawab otomatis di WeChat.
”Gairahnya lebih besar dibandingkan MetaVerse yang sulit ditemukan aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. ChatGPT menyediakan salah satu bentuk interaksi manusia dengan komputer. Perubahan dari fenomena ini akan besar, langsung, dan cepat,” kata analis teknologi internet China, Ding Daoshi.
Pengajar pada Leiden University, Rogier Creemers, menyebut Pemerintah China sudah mengantisipasi perkembangan teknologi itu. Pada Januari 2023, China mengesahkan aturan soal manipulasi di internet. ”Secara tidak langsung, China menyatakan mereka siap mengantisipasi teknologi ini,” katanya.
Beijing telah membuat aturan soal teknologi sintesis. China mendefinisikan itu sebagai gambar, video, atau teks hasil olahan mesin. Aturan itu bisa dipakai pada aplikasi penanggap sejenis ChatGPT. Badan Pengawas Siber China atau CAC menjadi penegak aturan. Pada 2022, CAC mengeluarkan aturan soal pengelolaan algoritma internet.
Dibuat Sam Altman dan rekannya dengan dukungan antara lain dari Peter Thiel dan Elon Musk, ChatGPT menjadi bintang aplikasi penjawab berbasis kecerdasan buatan. Google juga mengembangkan aplikasi sendiri. Aplikasi itu salah satu wujud penerapan kecerdasan buatan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menanggapi pertanyaan. Jawabannya bisa berupa tulisan atau gambar.
Beberapa pelajar di sejumlah sekolah di Amerika Serikat memakainya untuk membuat tugas karya tulis. Bahkan, salah satu tesis yang dibuat dengan ChatGPT lolos dalam ujian di Sekolah Bisnis Wharton, Pennsylvania. Sekolah itu salah satu perguruan tinggi terkenal di kalangan calon manajer sejumlah negara.
Mesin penjawab bukan hal baru di internet. Sejak lama, berbagai perusahaan menyediakan layanan penjawab dengan sejumlah daftar tanggapan yang telah dimasukkan sebelumnya. ChatGPT dan aplikasi sejenis menyediakan potensi tanggapan lebih besar. Sebab, ChatGPT memeriksa mahadata yang tersebar di internet, lalu mengolahnya menjadi tanggapan dalam bentuk tertulis atau berupa gambar.
Masalahnya, aplikasi-aplikasi itu hanya terbukti manjur jika terkait informasi di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di belahan dunia lain, termasuk China yang merupakan negara dengan pengguna internet terbesar, aplikasi itu amat terbatas kemampuannya.
Selain itu, OpenAI yang menginduki ChatGPT tidak mengizinkan pengguna dari China dan Rusia membuka akun di OpenAI. Tanpa akun, ChatGPT tidak bisa dipakai. Pembatasan itu salah satu penyebab China mengembangkan sendiri aplikasinya. Apalagi, China sejak lama juga mengembangkan AI yang merupakan inti dari aplikasi penjawab itu.
Gairah pada aplikasi semacam ini terjadi beberapa tahun selepas pemberangusan besar-besaran perusahaan teknologi China. Karena itu, perusahaan China perlu menemukan keseimbangan. Mereka perlu membuat mesin penanggap yang bisa menjawab dengan potensi jawaban seluas-luasnya. Di sisi lain, mereka harus membuat jawaban mesin itu tidak menyentuh isu sensitif di China. ”Mereka (pengembang aplikasi penjawab) perlu memastikan tidak dianggap pemerintah membuat sesuatu yang bakal memicu masalah politik dan keamanan atau bahkan memicu perubahan radikal,” kata dosen kajian China pada King’s College London, Xin Sun.
Kondisi itu menghadirkan persoalan baru. Xin menyebut, ada kemungkinan pengguna meragukan keandalan aplikasi versi China kalau jawabannya dibatasi. (AFP/REUTERS)