Qatar Akan Kirim 10.000 Kabin dan Karavan Piala Dunia ke Turki-Suriah
Jutaan warga Suriah dan Turki melalui hari-hari di musim dingin tanpa tempat tinggal pascagempa Senin (6/2/2023). Qatar berjanji mengirimkan 10.000 unit kabin dan karavan yang dipakai saat Piala Dunia 2022.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·2 menit baca
DOHA, SENIN — Pemerintah Qatar akan mengirimkan 10.000 unit kabin dan karavan yang digunakan saat penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
”Mengingat kebutuhan mendesak Turki dan Suriah, kami telah memutuskan untuk mengapalkan kabin-kabin dan karavan-karavan kami ke wilayah itu sekaligus menyediakan hal-hal yang paling dibutuhkan serta dukungan secepatnya kepada rakyat Turki dan Suriah,” kata seorang pejabat Pemerintah Qatar kepada AFP.
Kabin dan karavan adalah tempat tinggal bergerak yang digunakan untuk kebutuhan penyelenggaraan kegiatan Piala Dunia di Qatar, 20 November-18 Desember 2022. Setelah turnamen sepak bola dunia tersebut, pemerintah mengindikasikan akan mendonasikannya.
Pengapalan pertama sedianya akan meninggalkan Pelabuhan Doha menuju Turki pada Senin. Pengiriman selanjutnya menyusul di hari-hari berikutnya.
Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, emir sekaligus kepala negara Qatar, berkunjung ke Turki, Minggu (12/2/2023). Al-Thani adalah pemimpin negara pertama yang berkunjung ke Turki sejak gempa terjadi pada Senin (6/2/2023).
Di Istanbul, Al-Thani bertemu Erdogan. Dalam cuitannya di Twitter, ia berbicara dengan Erdogan soal cara yang bisa dilakukan Doha untuk membantu Turki memitigasi dampak bencana.
Qatar merupakan salah satu negara yang mengerahkan tim pencari dan penyelamat terbanyak di Turki. Jumlahnya sekitar 130 orang. Doha juga telah mengirimkan bantuan kemanusiaan seberat 100 ton.
Qatar dan Turki dalam beberapa tahun terakhir terus meningkatkan hubungan bilateral. Sebelum gempa, Qatar telah menyetujui untuk menyuntikkan dana miliaran dollar Amerika Serikat ke dalam ekonomi Turki. Qatar juga berinvestasi di pembangunan mal-mal dan proyek infrastruktur.
Erdogan menuai banyak kritik di dalam negeri karena respons penanggulangan bencana yang dianggap lambat. Saat ini, Turki sangat mengharapkan adanya bantuan pembangunan perumahan setelah ribuan bangunan luluh lantak pada gempa lalu.
Ini belum termasuk ribuan bangunan lainnya yang rusak, mulai tingkat ringan hingga berat. Dengan demikian, bangunan-bangunan itu harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum layak dihuni kembali.
Pascagempa, jutaan orang di Turki dan Suriah tidak memiliki tempat tinggal. Di Suriah saja, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan warga yang kehilangan tempat tinggalnya mencapai 5,37 juta orang.
Situasi menjadi kian berat karena Turki dan Suriah sedang memasuki musim dingin. Banyak di antara mereka yang kehilangan tempat tinggal berkemah di tempat penampungan darurat di tempat parkir supermarket, masjid, pinggir jalan, atau di tengah reruntuhan. Mereka juga sangat membutuhkan makanan, air bersih, dan baju hangat. (AFP/REUTERS/LAS)