Jadi Sandera KBB, Nyawa Warga Selandia Baru Terancam
KKB Papua sudah berulang kali membunuh sanderanya. Mayoritas sandera merupakan pekerja di berbagai bidang. Sebagian eksekusi direkam lalu disebarluaskan oleh KKB dan pendukungnya melalui media sosial.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AUCKLAND, RABU - Kelompok kriminal bersenjata Papua mengancam membunuh Philip Mark Merhtens. Warga Selandia Baru itu menjadi pilot pesawat Susi Air yang dibakar di Nduga, Papua. Saat ini Merhtens disebutkan disandera oleh kelompok tersebut. Sudah berulang kali kelompok itu membunuh warga sipil yang mereka curigai.
New Zealand Herald dan New Zealand Stuff mengonfirmasi identitas pilot itu lewat laporan pada Rabu (8/2/2023). Merhtens menerbangan pesawat Susi Air dari Mimika menuju Nduga pada Selasa (7/2/2023) pagi. Manajemen Susi Air kehilangan kontak dengan awak pesawat beberapa menit setelah pesawat itu mendarat di bandara Paro, Nduga.
Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins menyatakan sudah mendengar persoalan itu. Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta sedang menindaklanjuti persoalan itu. “Saya belum mendapat laporan terperinci. Penanganan sedang dikoordinasikan,” kata dia.
Baca Juga
Kementerian Perdagangan dan Luar Negeri Selandia Baru menyatakan telah menyiapkan pendampingan kekonsuleran untuk Merhtens dan keluarganya. Sementara Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta menyatakan belum bisa berkomentar lebih lanjut terkait penyanderaan itu.
Belakangan, juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom mengklaim mereka membakar pesawat itu. Awalnya, OPM menangkap pilot dan semua penumpang pesawat itu, berjumlah lima orang. Belakangan, seluruh penumpang dibebaskan dan hanya Merhtens ditawan di lokasi yang tidak diungkap oleh Sebby Sambom.
Merhtens dijadikan alat tawar OPM dengan pemerintah Indonesia. Sebby mengancam mengeksekusi Merhtens jika pemerintah Indonesia tidak memenuhi permintaan OPM.
Dalam pernyataan pada Selasa siang, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit mengumumkan tim gabungan TNI-Polri sedang mencari Merhtens. Kementerian Perhubungan juga menutup Lapangan Udara Paro. Sebab, sisa pesawat yang terbakar itu masih di landas pacu.
Beberapa tahun terakhir, KKB Papua sudah berulang kali membunuh warga sipil yang kerap mereka tuduh sebagai mata-mata. Mayoritas korban merupakan pekerja di berbagai bidang. Sebagian eksekusi direkam lalu disebarluaskan oleh KKB dan pendukungnya melalui media sosial.
Bukan kali ini pula KKB Papua merusak benda yang dipakai untuk kebutuhan bersama seperti pesawat Susi Air yang mereka bakar. Berulang kali anggota kelompok merusak atau membakar sarana prasarana pelayanan publik seperti rumah sakit, puskesmas, sekolah, hingga kantor pemerintahan.
Pendiam
Sejumlah kenalan dan kerabat Merhtens menyebut pria itu pendiam. Pria asal Christchurh itu punya anak berusia lima tahun. Menikah dengan perempuan keturunan Indonesia, Merhtens disebut lancar berbahasa Indonesia. “Mudah-mudahan kemahiran itu membantunya dalam situasi sekarang,” kata seorang kenalannya kepada New Zealand Herald.
Baca juga
Merhtens disebut lulus sekolah pilot di Christchurh. Lulus sekolah, ia diterima di Susi Air. Pada 2016, ia pindah ke Auckland dan bekerja untuk Jetstar. Pada 2019, ia pindah ke Hong Kong dan bekerja di Cathay Dragon. Sayangnya, anak Cathay Pacific itu berhenti beroperasi pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Akhirnya, Merhtens memutuskan kembali ke Susi Air. “Dia melakukan itu demi keluarganya. Dia mau terbang ke rute berbahaya demi keluarganya,” kata salah seorang kenalannya.
Kepada New Zealand Herald, sejumlah kenalannya mengaku tidak pernah merasakan kerepotan karena ulah Merhtens. Mereka mengenalnya sebagai orang serius dan selalu menyenangkan. “Sulit sekali mengatakan hal buruk soal dia,” kata salah satu kenalannya.