Dua Warga Negara Indonesia Menjadi Korban Gempa di Turki
Evakuasi warga negara Indonesia dari wilayah-wilayah paling terdampak gempa di Turki-Suriah terus dilakukan.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Jakarta, Kompas – Gempa bermagnitudo 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023), terus meninggalkan duka. Ribuan orang menjadi korban, dua diantaranya adalah warga negara Indonesia.
Dalam keterangannya, Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu M Iqbal mengatakan, seorang warga negara Indonesia asal bali, Nia Marlinda bersama dengan suami (warga negara Turki) dan putera mereka - berusia satu tahun ditemukan meninggal. Mereka tinggal di Kahramanmaras.
“Kolonel Amir, Atase Pertahanan RI KBRI Ankara, yang memimpin Tim Evakuasi ke Kahramanmaras telah memastikan pemulasaraan almarhumah dan KBRI telah mengkomunikasikan hal tersebut kepada keluarga almarhumah. Almarhumah dan keluarga akan dimakamkan hari ini di Kahramanmaras,” tulis Iqbal dalam pesannya kepada media, Rabu (8/2/2023).
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan, putera Nia Marlinda saat ini terhitung sebagai warga negara Indonesia. Karena dalam ketentuan, anak warga Negara Indonesia, yang berusia di bawah usia 18 tahun otomatis boleh memegang paspor Indonesia.
Saat ini operasi evakuasi warga negara Indonesia dari zona terdampak bencana terus dilakukan. Sebanyak 123 warga negara Indonesia hingga petang ini berhasil dievakuasi dari 5 wilayah paling terdampak.
Tim evakuasi itu dipimpin langsung oleh Dubes Lalu M Iqbal. Tim tersebut berangkat pada Selasa (7/2/2023) dari Ankara. Mereka melalui sejumlah jalan yang tertutup salju tebal. Butuh waktu 17 jam (bila dalam kondisi biasa hanya memerlukan 5-6 jam) untuk tiba di lokasi gempa.
Selain mengevakuasi, tim tersebut juga menyalurkan bantuan darurat untuk para korban. “Alhamdulillah, sesuai perintah Presiden melalui Menlu RI, tim KBRI sudah tiba di lokasi gempa untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan dan mengevakuasi WNI yang terdampak ke Ankara. Saya sudah minta WNI yang dievakuasi untuk mengabari keluarga di Indonesia agar mereka tenang,” kata Iqbal.
Selain warga negara Indonesia, tim evakuasi yang terdiri dari tim Konsuler Perlindungan WNI, tim Atase Pertahanan dan Perbinlu (pejabat BIN), juga mengevakuasi dua warga negara Malaysia dan satu warga negara Myanmar. Mereka dievakuasi dari empat lokasi paling terdampak diantaranya Hatay, Dyarbakir dan Malatya.
Tim evakuasi yang ditugaskan ke Hatay telah bertemu dan mengevakuasi Ayu Fira dan dua anaknya. Sebelumnya mereka dikabarkan belum bisa dihubungi. Mereka berhasil ditemukan dan dalam keadaan selamat. “Alhamdulillah setelah melakukan pelacakan ke lokasi tempat tinggal, Ibu Ayu Fira dan anaknya sudah kami temukan dalam keadaan selamat,” kata Bondet Suryonurwendo, Sekretaris 3 Perlindungan WNI KBRI Ankara.
Hingga saat ini tim evakuasi untuk wilayah Dyarbakir telah mengevakuasi 20 WNI sambil terus melacak dua WNI yang sehari-hari bekerja di sebuah spa. Hingga saat ini mereka belum dapat dihubungi. “Kami sudah tiba di Dyarbakir dan masih terus berkomunikasi dengan otoritas setempat serta simpul masyarakat Indonesia untuk mengidentifikasi dua WNI di Dyarbakir yang hingga saat ini masih belum bisa dihubungi,” kata Kombes Budi Wardiman, Ketua Tim Evakuasi KBRI Ankara ke Dyarbakir.