Kuatnya Dinamika Perdagangan dan Investasi di Asia
Banyak hal yang masih harus dilakukan agar investor asing tertarik pada Indonesia dalam persaingan dengan negara lain, seperti Vietnam.
Indonesia berada pada pusaran perdagangan dan investasi global yang semakin berpusat di Asia. Perdagangan dan investasi merupakan dua hal yang terkait erat. Indonesia, akibat persoalan struktural dalam negerinya, tak cukup andal berdagang dan masih bermasalah dengan iklim investasinya. Konsekuensinya, Indonesia belum menjadi pemain besar sesuai potensinya.
Namun, Indonesia mulai masuk radar perdagangan dan investasi global. Hal ini dipicu penjelmaan Asia sebagai pusaran perdagangan global seperti prediksi jauh-jauh hari. Para pakar meyakini pasar dengan pertumbuhan pesat akan lebih dominan dalam perdagangan.
”Kawasan Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan pesat perdagangan pada dekade 2020,” sebut BBC dalam laporan tentang gambaran perdagangan 1995–2010 serta prediksinya ke depan.
Baca juga : Indonesia Bukan Primadona Investasi China di ASEAN
Laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), 13 Desember 2022, menyebutkan, nilai perdagangan global menembus 32 triliun dollar AS pada 2022. Ini merupakan jumlah dari perdagangan barang senilai 25 triliun dollar AS, naik 10 persen dari 2021, dan perdagangan jasa senilai 7 triliun dollar AS, naik 15 persen dari 2021.
Volume perdagangan senilai 32 triliun dollar AS itu sarat dengan dinamika Asia. UNCTAD menuliskan, pertumbuhan perdagangan ini dimungkinkan karena peran Asia. Hampir semua kawasan di dunia mengalami penurunan pertumbuhan perdagangan pada triwulan III-2022 dibandingkan triwulan II-2022.
Ini disebabkan komplikasi invasi Rusia ke Ukraina dan kelesuan ekonomi di banyak negara serta efek kenaikan suku bunga di dunia di AS dan Eropa. ”Pengecualian terjadi untuk Asia Timur,” sebut UNCTAD. Ekspor dan impor kawasan Asia pada triwulan III-2022 tetap sama dengan triwulan II-2022.
Dominasi China
Dinamika Asia tidak terlepas dari peran besar China. Total neraca perdagangan China (ekspor dan impor) mencapai 6,26 triliun dollar AS pada 2022, sebuah rekor baru, menurut The Global Times, 13 Januari 2023. Nilai ekspor mencapai 3,59 triliun dollar AS, sedangkan impor 2,72 triliun dollar AS. China adalah negara pedagang barang terbesar di dunia sejak 2017.
Rekor neraca perdagangan China ini terjadi di tengah perang di Ukraina dan di tengah penurunan pertumbuhan global pada 2022. Data Biro Kepabeanan China, 13 Januari 2023, memperlihatkan perdagangan China melejit bersama Rusia, Amerika Latin, Afrika, Belanda, Kanada, India, dan ASEAN.
Baca juga : China Punya "Kue" Menggiurkan, Tinggal Berebut di Pasarnya
Eksistensi China dalam perdagangan global mewujudkan impian geopolitik Beijing yang menginginkan pengaruh negara itu hadir di banyak kawasan. ”Hal itu juga merupakan gambaran dari perluasan pembangunan China,” sebut Liao Qun, ekonom dari China CITIC Bank International dan Direktur China Chief Economist Forum, sebagaimana dikutip dari China Daily, 16 Juli 2019.
Pembangunan China dijalankan sepenuh hati dan saksama, terlihat dari kinerja ekspornya. China dapat mengatasi hampir semua persoalan dalam sektor manufaktur, termasuk inflasi global, pandemi Covid-19, geopolitik, dan lainnya. ”Ini sesuatu yang tidak mampu dilakukan negara manufaktur global sekalipun,” kata Chen Jing, Wakil Presiden Technology and Strategy Research Institute, kepada The Global Times, 13 Januari 2023.
Faktor ASEAN
Infografik Arus Investasi China ke ASEAN
Dari semua kawasan, China dan ASEAN memiliki dinamika paling kuat dalam perdagangan global. Pada 2022, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar bagi China dengan total neraca perdagangan 975,3 miliar dollar AS. ASEAN adalah mitra dagang terbesar bagi China sejak 2020. Untuk ASEAN, China sudah menjadi mitra dagang terbesar sejak 2009.
Mitra dagang terbesar kedua bagi China adalah Uni Eropa dengan nilai perdagangan 847,3 miliar dollar AS pada 2022. Berikutnya adalah Amerika Serikat dengan nilai perdagangan 759,4 miliar dollar AS pada tahun yang sama. Dinamika ASEAN-China dalam perdagangan telah menggeser peran UE dan AS yang selama ini berada di urutan pertama dan kedua.
Bagaimana ASEAN bisa menggusur AS dan UE? Faktor mutakhir barangkali adalah kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang efektif berlaku mulai 1 Januari 2022. Sepanjang 2022, lewat RCEP, terjadi penurunan tarif yang juga melanggengkan perdagangan ASEAN-China.
Kawasan dengan pertumbuhan tertinggi di dunia disertai upah buruh murah, keterbukaan, dan kedekatan wilayah dengan China membuat Asia Tenggara menjadi sasaran relokasi menarik.
”Potensi perdagangan dari hasil kesepakatan RCEP secara bertahap mulai terlihat,” kata Wei Jianguo, mantan Wakil Menteri Perdagangan yang kini Wakil Presiden China Center for International Economic Exchanges (China Daily, 3 Agustus 2022).
Faktor lain adalah efek perang dagang AS-China yang dimulai pada 2016 oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Lembaga konsultan Asia Perspective, 18 Juli 2022, menuliskan, perang dagang telah mendorong perusahaan-perusahaan global menemukan pemasok baru di Asia Tenggara untuk menghindari tarif AS terhadap impor dari China.
Hal serupa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan China. ”Kawasan dengan pertumbuhan tertinggi di dunia disertai upah buruh murah, keterbukaan, dan kedekatan wilayah dengan China membuat Asia Tenggara menjadi sasaran relokasi menarik,” demikian Asia Perspective.
Bahan-bahan pendukung
Relokasi ini sebenarnya bukan hal baru. Sebab, secara perlahan China telah melakukan relokasi karena faktor kenaikan upah buruh di negaranya. Hanya, perang dagang agak mempercepat prosesnya. Selama ini relokasi berjalan seret sebab perusahaan-perusahaan dan pemerintahan di Asia Tenggara tidak bisa menjadikan dirinya seperti China yang andal dalam produksi dan pengiriman barang.
Asia Perspective menuliskan, ”Mereka (China) gesit, cepat, dan memahami standar Barat dengan baik. Ketersediaan tenaga kerja terampil di China juga masih melebihi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sangat mudah menemukan pemasok yang dengan senang hati menyediakan produk OEM dan ODM sesuai dengan spesifikasi pelanggan.” OEM adalah singkatan dari original equipment manufacturer dan ODM singkatan dari original design manufacturer.
Baca juga : China Dorong Investasi Asing
Namun, relokasi dari China tetap terjadi dan makin meningkat. Asia Tenggara menjadi tujuan lokasi terbaik, terutama Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina. Dari semua negara itu, Vietnam disebut paling andal mempersiapkan diri sebagai tujuan relokasi. Akan tetapi, Vietnam yang paling andal di ASEAN pun tetap tidak bisa menggantikan China.
Ekosistem rantai pasok telah terbentuk di China. Pabrikan di seluruh dunia tetap saja bergantung pada pasokan bahan baku dan setengah jadi dari China. ”Pabrik penghasil tekstil di Vietnam dan Bangladesh harus mengimpor serat dan benang dari China. Pabrik otomotif Eropa juga tetap mengimpor kabel-kabel dari China,” lanjut Asia Perspective.
Hal itu membuat relokasi tidak memutus peran China dalam perdagangan kawasan. Relokasi dengan sendirinya mendorong aliran investasi. Ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB), Albert Park, menyatakan, dinamika Asia dalam perdagangan dan investasi begitu kuat (laporan ”Asian Economic Integration Report (AEIR) 2023”, ADB, 7 Februari 2023).
Nonrelokasi
Di luar relokasi, juga ada aliran investasi dari China ke ASEAN. Di ASEAN, China gencar mendirikan perusahaan pengekstrak bahan baku. Tak pelak lagi, China gencar berinvestasi untuk integrasi ekonomi dengan ASEAN. Faktor geopolitik turut bermain dalam hal ini dengan tujuan mengeratkan ASEAN ke China.
Pada 22 Mei 2022, Wang Yi yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri China menepis faktor geopolitik di balik upaya pengintegrasian ekonomi tersebut. ”Ini mendorong perdagangan dan keterbukaan, bukan unsur geopolitik, dan tidak seharusnya kawasan menjadi konfrontasi geopolitik,” kata Wang Yi, yang sudah digantikan Qin Gang sebagai menlu.
China-ASEAN Investment Cooperation Fund (CAF) turut berperan memainkan investasi di ASEAN pada sektor infrastruktur, energi, dan sumber daya alam. CAF disponsori Export-Import Bank of China (EXIM Bank) dan investor kelembagaan lainnya di bawah arahan Dewan Negara China dan disetujui National Development and Reform Commission (NDRC). CAF diumumkan secara resmi oleh Perdana Menteri China Wen Jiabao pada 2019 dan disetujui NDRC pada 2013.
Ini mendorong perdagangan dan keterbukaan, bukan unsur geopolitik, dan tidak seharusnya kawasan menjadi konfrontasi geopolitik.
Jika perdagangan dan investasi dari perspektif geopolitik dicurigai akan mengikat sebuah negara, untuk kasus Indonesia, kemerdekaan ekonomi tetap kuat. China terkadang berada di posisi pertama sebagai investor Indonesia. Akan tetapi, Singapura kadang menyalip di urutan pertama, seperti pada 2022 dengan total investasi 13,3 miliar dollar AS. Sementara total investasi China adalah 8,2 miliar dollar AS. Di luar itu masih ada Malaysia, Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, AS, dan Belanda yang menjadi investor utama di Indonesia.
Di seluruh dunia, Indonesia masuk 20 besar sebagai tujuan investasi global dengan nilai 20 miliar dollar AS pada 2021 (UNCTAD Handbook of Statistics 2022, Economic Trends). Takut atau tidak takut tercebur dalam ikatan geopolitik, ada satu hal yang tetap menjadi warna Indonesia soal investasi asing.
”Banyak hal yang masih harus dilakukan agar investor asing tertarik pada Indonesia dalam persaingan dengan negara lain, seperti Vietnam. Kebijakan pendukung perlu diperbaiki, seperti mendorong perusahaan lokal menjadi mitra andal, juga mengatasi ketidakpastian peraturan,” demikian dituliskan dalam ISEAS Perspective 2022/52, 13 Mei 2022. (REUTERS/AP/AFP)