Rusia menghargai peran Indonesia selama masa presidensi G20 tahun 2022. Rusia berharap bisa membangun kemitraan yang lebih baik dengan Indonesia tahun ini.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD
Duta Besar Republik Federasi Rusia Lyudmila G Vorobieva (tengah) bersama beberapa pekerja seni muda asal Indonesia usai konferensi pers di kediamannya di Jakarta, 21 Desember 2022.
Tahun 2022 adalah tahun yang tidak mudah bagi warga dunia, termasuk Indonesia dan Rusia. Pandemi Covid-19 belum usai disusul konflik terbuka di Ukraina membuat sebagian pemimpin dunia menjatuhkan sanksi bagi Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Meski berlangsung di Eropa, konflik itu tak berada dalam ruang hampa. Seluruh dunia terdampak, terutama karena krisis pangan dan energi yang ditimbulkannya. Harga energi meroket diikuti kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
Indonesia yang saat itu memegang presidensi G20 menjalani masa yang tidak mudah pula. G20 yang diharapkan menjadi katalisator pemulihan ekonomi dunia akan dijadikan ajang untuk mengucilkan Rusia. Dorongan dari sejumlah pemimpin negara untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20 bermunculan.
Namun, Indonesia berupaya untuk berada di tengah. Mengutip perkataan Dian Triansyah Djani, diplomat senior Indonesia sekaligus co-sherpa dalam presidensi G20 Indonesia, Indonesia berupaya menjadi jembatan bagi kepentingan sejumlah negara, termasuk di dalam berbagai forum diskusi G20. Hasilnya adalah Deklarasi Bali yang disepakati para pemimpin negara anggota G20 dalam KTT G20 di Bali.
”Kami sangat menghargai upaya Indonesia untuk menjaga Rusia tetap berada di G20 meski ada tekanan dari berbagai pihak untuk mengeluarkan Rusia dari forum. Hal itu sangat logis karena menyelesaikan krisis energi dan pangan tidak bisa dilakukan tanpa kehadiran Rusia,” kata Duta Besar Republik Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila G Vorobieva dalam wawancara khusus dengan Kompas, Selasa (31/1/2023).
Peran besar Indonesia di level global tahun lalu, menurut Vorobieva, membuat profil negara ini lebih tinggi di dunia internasional. ”Sangat dipahami jika peran penting Indonesia di berbagai forum internasional membuat suara negara ini seharusnya bisa didengar lebih luas. Kami berharap bisa lebih banyak bekerja sama dengan Indonesia secara bilateral dan sebagai mitra dialog ASEAN, yang dipimpin Indonesia pada 2023,” kata Vorobieva.
Bilateral
DOKUMENTASI KEDUTAAN BESAR REPUBLIK FEDERASI RUSIA
Duta Besar Republik Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila G Vorobieva (tiga dari kiri, berkerudung biru) ditemani Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar mengunjungi Pesantren Nurul Iman di Kota Bandung, Jawa Barat, 24 Januari 2023.
Memasuki usia ke-73 hubungan diplomatik Indonesia-Rusia, Vorobieva menyebut masih banyak peluang kerja sama yang bisa dijajaki kedua negara. Di tengah perekonomian global yang masih sangat dinamis, kerja sama ekonomi bilateral maupun dengan kelompok ekonomi negara tertentu, seperti Eurasia, bisa memberikan dorongan kuat bagi peningkatan ekonomi negara masing-masing.
Vorobieva menjelaskan, pada Desember 2022, Rusia bersama empat negara anggota Zona Ekonomi Eurasia, yaitu Kazakhstan, Armenia, Belarus, dan Kirgistan, memulai proses perundingan zona perdagangan bebas (FTA) dengan Indonesia. Dia meyakini Indonesia akan menerima banyak manfaat dari perundingan FTA dengan Eurasia Economic Union (EAEU).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan negara-negara EAEU terus tumbuh. Pada 2020, nilai perdagangan Indonesia-EAEU mencapai 2,2 miliar dollar AS (Rp 33,88 triliun). Angka ini meningkat tahun berikutnya menjadi 3,3 miliar dollar AS (Rp 50,82 triliun).
Dengan populasi sekitar 400 juta jiwa dan ekonomi terbuka, kawasan Eurasia sangat menarik untuk dijajaki para pebisnis Indonesia. Vorobieva mengakui pengusaha Rusia mencari cara agar bisnisnya tetap berjalan di tengah rezim sanksi dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Kremlin mendorong para pengusaha ini untuk melirik Indonesia, dengan penduduk hampir 290 juta jiwa, sebagai pasar yang menarik untuk dijajaki. ”Kini banyak pengusaha yang tengah menjajaki peluang untuk masuk ke pasar Indonesia,” katanya.
Dia menyebut beberapa produk yang menarik minat konsumen di Rusia dan Eurasia, seperti minyak kelapa sawit, tekstil, dan furnitur. Dia juga menyebut keinginan Pemerintah Rusia untuk menjalin kerja sama yang lebih dalam pada bidang teknologi, seperti energi baru terbarukan-termasuk nuklir-perkapalan, hingga teknologi kedirgantaraan.
”Semoga kerja sama kedua negara semakin kuat dan semakin berkembang serta membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya,” kata Vorobieva.