Saat gempa terjadi, sebagian besar orang masih tidur. Selain di Suriah-Turki, guncangan terasa sampai 600 kilometer dari pusat gempa.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 500 warga Indonesia terdampak gempa yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023). Sejauh ini, sudah hampir 600 orang tewas akibat bencana yang terjadi pada Senin pagi tersebut.
Duta Besar RI di Ankara Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, gempa dirasakan sangat kuat di Kahramanmaras, Gaziantep, dan Osmaniye yang menjadi pusat gempa. Terpantau sedikitnya 18 gempa sejak pukul 04.17 waktu setempat. ”KBRI Ankara telah berkoordinasi dengan otoritas lokal. Sejauh ini, tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban meninggal dunia,” ujarnya dari Ankara.
Dalam pendataan KBRI Ankara, ada 500 warga Indonesia berada di daerah pusat gempa. Sebagian besar mahasiswa, sebagian lagi bekerja pada sejumlah organisasi internasional. Sejauh ini, tiga WNI dipastikan cedera gara-gara bencana itu.
Sementara sejumlah WNI lain harus meninggalkan tempat tinggalnya yang rusak karena gempa. ”KBRI Ankara sedang mengupayakan rumah penampungan sementara sambil menunggu penanganan dari otoritas setempat,” ujarnya.
KBRI Ankara terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memantau dampak gempa tersebut. Dikhawatirkan, jumlah korban tewas dan cedera terus bertambah. Sebab, kerusakan amat besar terjadi di wilayah perbatasan Turki dengan Suriah tersebut.
Media Turki, Anadolu Agency dan Huriyet, melaporkan bahwa hingga Senin siang sudah terdata hampir 500 korban tewas dan sedikitnya 2.400 orang cedera di Turki. Paling tidak 2.300 bangunan di tiga provinsi itu rusak dengan berbagai skala kehancuran.
Sementara di Suriah, setidaknya 100 orang tewas akibat gempa tersebut. Korban tewas dan cedera di Suriah tersebar di Aleppo, Hama, dan Latakia. Banyak bangunan di Latakia dan Aleppo hancur karena gempa itu. Sebagian bangunan merupakan tempat pengungsian korban perang saudara Suriah.
Sementara Jerusalem Post melaporkan, getaran gempa juga terasa hingga ke Tel Aviv dan Jerusalem. Sejauh ini, belum ada laporan korban tewas ataupun cedera di Palestina dan Israel. Sejumlah orang di Siprus dan Lebanon juga mengaku merasakan getaran pada waktu gempa mengguncang Turki dan Suriah.
Keadaan darurat
Ankara telah memberlakukan keadaan darurat di sejumlah provinsi. Selain di tiga provinsi episentrum, dikhawatirkan korban juga ada di sejumlah provinsi lain. Getaran yang dirasakan sampai ke Jerusalem dijadikan alasan kekhawatiran masih banyak korban gempa di Turki-Suriah. Jerusalem berjarak 622 kilometer dari Gaziantep.
Kepada Anadolu, sejumlah saksi mata mengaku belum pernah mengalami gempa seperti ini. Mereka amat panik karena gempa terjadi pada dini hari. Di musim dingin seperti sekarang, warga Turki baru bisa melihat matahari baru terbit pukul 08.00 waktu setempat. Saat gempa terjadi, sebagian besar orang masih tidur.
Dengan begitu banyak bangunan rusak dan gempa terjadi saat mayoritas orang tidur, dikhawatirkan masih banyak korban di bawah reruntuhan. Ankara menyebut, pembersihan puing untuk mencari korban menjadi prioritas.
Selain itu, aparat juga fokus menyediakan tempat tinggal sementara. Kini, suhu di sekitar lokasi gempa rata-rata di bawah 5 derajat celcius. Bahkan, pada malam hari, suhu bisa turun di bawah nol derajat celsius. Pemerintah melarang semua bangunan di lokasi gempa dimasuki kecuali oleh petugas penyelamat. Sebab, bangunan itu dikhawatirkan runtuh setelah terguncang gempa.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah meminta sejumlah lembaga AS menelaah bantuan yang bisa segera disediakan untuk Turki. Uni Eropa juga tengah mengkaji pengiriman pertama bantuan darurat ke Turki dan Suriah. Sebagian anggota UE merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Turki merupakan pemilik tentara terbesar kedua di NATO. (AFP/REUTERS)