Washington Putuskan Tidak Tembak Balon Mata-mata yang Diduga Milik China
Amerika Serikat sempat menyiapkan jet tempur saat balon itu melintasi Montana, AS. Para pemimpin militer memberi masukan pada Presiden Biden agar tidak menembak balon mata-mata itu. Kehadirannya dinilai tidak berbahaya.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT – Washington memutuskan tidak mengambil langkah militer untuk menangani balon mata-mata yang diduga merupakan milik China. Balon itu, menurut pihak berwenang AS pada Kamis (2/2/2023), telah terdeteksi sejak beberapa waktu lalu. Balon mata-mata itu terbang tinggi melintas di wilayah barat laut AS.
Sejak mengetahui kehadiran balon itu, Washington telah bersiaga. Menurut seorang pejabat senior AS, dalam diskusi yang dilakukan oleh Presiden Joe Biden, Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan sejumlah pejabat tinggi militer, sempat muncul opsi militer, yaitu dengan menembak jatuh balon tersebut. AS pun sempat menyiapkan jet tempurnya saat balon itu melintasi wilayah udara Montana, AS.
Namun, akhirnya mereka sepakat untuk tidak menembak balon tersebut. Para pemimpin militer memberi masukan kepada Presiden Biden agar tidak menembak balon mata-mata itu. Alasannya, jika balon tersebut ditembak, diprakirakan puing-puingnya akan membahayakan penduduk di darat. Selain itu, para petinggi AS juga menilai kehadiran balon mata-mata itu tidak menimbulkan ancaman bagi penerbangan sipil. “Meski memang jelas, keberadaan balon itu adalah untuk misi pengawasan,” kata pejabat tersebut.
Wilayah dimana kehadiran balon tersebut terdeteksi memang memiliki sejumlah situs penting. Menurut pejabat senior itu, di kawasan itu ada pangkalan udara Malmstrom, dan silo-silo rudal nuklir AS. "Kami menilai balon ini memiliki nilai aditif yang terbatas dari sudut pandang pengumpulan intelijen," kata pejabat tersebut.
Pentagon pun menilai kehadiran balon itu bukan merupakan ancaman intelijen yang sangat berbahaya. Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder membenarkan bahwa balon itu masih terlacak di wilayah udara AS.
"Balon tersebut saat ini terbang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial. Itu tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat," kata Ryder dalam sebuah pernyataan.
Seorang pejabat AS mengatakan mereka telah menyampaikan persoalan itu kepada mitra mereka di China melalui saluran diplomatik. "Kami telah menyampaikan kepada mereka keseriusan kami menangani masalah ini," kata seorang pejabat AS.
Sementara itu Departemen Pertahanan Kanada mengatakan, sejak Kamis malam, pihaknya telah berkomunikasi dengan AS terkait balon mata-mata tersebut. "Kanada aman dan Kanada mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan wilayah udara, termasuk pemantauan potensi insiden kedua," kata departemen itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut atau menyebut China.
Seorang pejabat AS lain mengatakan, balon mata-mata telah dilacak di dekat Kepulauan Aleutian dan Kanada sebelum memasuki Amerika Serikat. Balon semacam itu biasanya beroperasi pada ketinggian 80.000-120.000 kaki atau sekitar 24.000-37.000 meter di atas permukaan laut, jauh di atas tempat lalu lintas udara komersial.
Craig Singleton, pakar China dari Foundation for Defence of Democracies, mengatakan bahwa balon semacam itu telah banyak digunakan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet di era Perang Dingin. Pengiriman balon mata-mata merupakan metode pengumpulan intelijen berbiaya rendah.
Dalam beberapa tahun terakhir membang ada sejumlah balon mata-mata terbang di atas AS. Namun menurut seorang pejabat AS, kali ini kehadiran balon mata-mata itu lebih lama dari yang pernah terjadi sebelumnya.
China
Terkait kehadiran balon mata-mata di wilayah udara AS, China mengatakan tengah memverifikasi informasi tersebut. Dalam taklimat pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan agar para pihak tidak membesar-besarkan hal itu.
Ia tidak memberi tanggapan yang jelas tentang apakah balon tersebut berasal dari China atau tidak. Mao mengatakan, para politisi dan publik harus dapat menahan diri untuk membuat penilaian-penilaian sebelum memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu fakta, termasuk tentang laporan balon mata-mata itu.
“China adalah negara yang bertanggung jawab dan selalu mematuhi hukum internasional dengan ketat, dan China tidak berniat melanggar wilayah dan wilayah udara negara berdaulat mana pun. Terkait balon, seperti yang saya sebutkan tadi, kami sedang melihat dan memverifikasi situasinya dan berharap kedua belah pihak dapat menangani ini bersama dengan tenang dan hati-hati," kata Mao.
Kehadiran balon itu terjadi beberapa hari menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken ke Beijing. Kunjungan itu akan menjadi kunjunga pertama Menlu AS ke Beijing sejak terakhir terjadi pada tahun 2018.
Kunjungan Blinken diarahkan untuk meredakan ketegangan hubungan antara Beijing dan Washington. Sebelumnya, dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022, Presiden Xi Jinping dan mitranya Presiden Joe Biden menggelar pertemuan bilateral. Banyak pihak menyambut baik pertemuan itu dan berharap kedua negara adidaya itu dapat membangun relasi yang lebih terbuka dan positif.
Tidak ada informasi apa pun apakah kehadiran balon itu akan memengaruhi rencana kunjungan Blinken ke China. Senator dari Partai Republik, Tom Cotton meminta agar Blinken membatalkan rencana perjalanannya itu. Senator lain dari Partai Republik, Marco Rubio yang ada dalam komite intelijen Senat mengatakan, kehadiran balon mata-mata memang mengkhawatirkan namun tidak mengejutkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, relasi China-AS cenderung meruncing. Situasi itu antara lain dipicu oleh isu Taiwan, Laut China Selatan, perdagangan, hingga pandemi Covid-19.