Gautam Adani, Orang Terkaya Asia, dan Lenyapnya Aset Rp 1.800 Triliun
Hanya dalam hitungan beberapa hari saja, aset harta Gautam Adani—orang terkaya di Asia dan terkaya nomor tiga di dunia—sebanyak 120 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.800 triliun) lenyap.

Guru sekolah kesenian, Sagar Kambli, melukis miliarder India, Gautam Adani, di Mumbai, India, Jumat (3/2/2023).
Dalam perjalanan hidup Gautam Adani, miliarder India yang sejak pertengahan tahun 2022 masuk daftar tiga orang terkaya di dunia, kekalahan dan kegagalan sangat jarang menghampirinya. Ia pernah jadi korban penculikan tahun 1998. Ia dibebaskan setelah konon ditebus dengan uang jutaan dollar AS.
Saat Mumbai diguncang serangan teroris di Hotel Taj Mahal Palace tahun 2008, Adani adalah salah satu orang di hotel itu. Ia tengah menikmati makan saat kelompok militan mengepung hotel dan menyandera banyak orang. Sebanyak 160 orang tewas dalam insiden itu, salah satu serangan teror terburuk di India.
Adani selamat. Bersama ratusan orang lainnya, ia bersembunyi semalaman di lantai bawah tanah hotel. Baru menjelang paginya, ia dievakuasi aparat keamanan. ”Kematian itu terlihat hanya beberapa meter saja,” ujarnya setiba di Ahmedabad, Negara Bagian Gujarat, kampung halamannya, dengan helikopter pribadinya.
Awal pekan lalu, pada 24 Januari 2023, badai menghantam imperium bisnisnya. Perusahaan riset keuangan dan investasi di New York, Amerika Serikat, Hindenburg Research, mengeluarkan laporan berisi tuduhan: perusahaan-perusahaan di bawah Grup Adani melakukan ”manipulasi saham secara kurang ajar dan skema penyelewengan pembukuan keuangan selama puluhan tahun”.
”Ini penipuan terbesar dalam sejarah korporasi,” sebut Hindenburg Research.
Baca juga: Warga Super Kaya Amankan Kekayaan
Disebutkan di laporan Hindenburg, misalnya, rekening Grup Adani di luar negeri menggelontorkan transfer uang ke unit-unit perusahaannya yang tengah menjual saham dengan tujuan menggelembungkan harga saham mereka.
Hindenburg juga membongkar praktik-praktik penjualan saham untuk kemudian dibeli lagi dengan harga lebih murah (short position) di perusahaan-perusahaan Adani melalui surat-surat utang yang diperdagangkan di AS dan instrumen-instrumen derivatif yang diperjual-belikan di luar India.

Gedung Adani Corporate House di Ahmedabad, kota kelahiran miliarder Gautam Adani, India, 27 Januari 2023.
Hindenburg juga menuduh Adani memanfaatkan kawasan bebas pajak dengan cara melanggar. Selain itu, laporan Hindenburg mengangkat masalah utang Grup Adani. Sorotan lain ditujukan pada ketidakwajaran dalam bongkar pasang pejabat direktur keuangan atau chief financial officer (CFO).
Disebutkan, dalam rentang delapan tahun Adani Enterprise mengganti direktur-direktur keuangannya lima kali, diduga setelah para direktur keuangan itu memperingatkan adanya potensi masalah dalam pembukuan keuangan. Hindenburg juga menyoroti soal auditor keuangan di Grup Adani yang relatif tak dikenal.
Laporan Hindenburg mengungkap, rekening Grup Adani di luar negeri menggelontorkan transfer uang ke unit-unit perusahaannya yang tengah menjual saham dengan tujuan menggelembungkan harga saham mereka.
Menurut laporan Hindenburg, perusahaan-perusahaan Adani yang tercatat di bursa saham memiliki masalah utang dan pembayarannya. Lima dari tujuh perusahaan tersebut dilaporkan memiliki rasio di bawah 1, mengindikasikan bahwa lima perusahaan itu mendekati kondisi tekanan likuiditas jangka pendek.
Menanggapi berbagai tudingan miring itu, Grup Adani menyebut laporan Hindenburg dibuat tanpa bukti dan hanya berisi spekulasi tanpa dasar. Sehari setelah laporan Hindenburg dirilis, pada 25 Januari 2023, direktur keuangan Adani menyatakan laporan itu sebagai ”gabungan misinformasi pilihan yang jahat dan tuduhan basi, tanpa bukti, dan mendiskreditkan, yang telah dipertanyakan dan ditolak dalam sidang-sidang di Mahkamah Agung India”.
Pada Minggu (29/1/2023), Adani mengeluarkan pernyataan setebal 413 halaman untuk menepis seluruh klaim tuduhan Hindenburg. Ia menyebut laporan Hindenburg sebagai serangan terhadap ”kisah dan ambisi pertumbuhan India”.

Dalam foto yang diambil pada 19 November 2022 ini, Pemimpin Adani Group, Gautam Adani, berpidato pada Kongres Akuntan Dunia di Mumbai, India.
Empat hari kemudian, Adani merilis pesan lewat video bagi para investor untuk meyakinkan mereka bahwa fundamental perusahaannya masih kuat. Catatan tentang kemampuan membayar utang perusahaannya, lanjut Adani, juga ”tanpa cela”.
Pukulan sangat telak
Apa pun pembelaan Adani, pukulan akibat laporan Hindenburg sangat telak. Perusahaan-perusahaan di Grup Adani telah kehilangan nilai kapitalisasi pasarnya hingga sekitar 120 miliar dollar AS—jika dikonversi ke rupiah sekitar Rp 1.800 triliun—menyusul aksi jual besar-besaran atas saham-saham Grup Adani.
Penjualan saham mereka di beberapa bursa berulang kali dihentikan. Kekayaan pribadi Adani anjlok sekitar 60 miliar dollar AS (sekitar Rp 894 triliun). Ia pun terlempar dari tiga besar orang terkaya dunia—bersama Elon Musk dan Bernard Arnault. Posisinya sebagai orang terkaya di Asia pun digusur miliarder India lainnya, Mukesh Ambani.
Baca juga: Pertama Kali, Pengusaha Asia Masuk Daftar Tiga Terkaya di Dunia
Sebelum sebagian kekayaannya menguap, Forbes menaksir Adani (60) punya kekayaan senilai 127 miliar dollar AS. Kini Adani terlempar dari 20 besar orang terkaya di dunia.
Media Bloomberg melaporkan, pasca-laporan Hindenburg, raksasa bank Swiss Credit Suisse dan Citigroup di AS tak mau lagi menerima surat utang Adani. Laporan Hindenburg itu dikeluarkan sehari sebelum Adani menjual saham-sahamnya yang diharapkan bisa menyuntikkan dana 2,5 miliar dollar AS ke imperium bisnisnya.
Gara-gara laporan Hindenburg itu, Adani gagal merealisasikan rencana menarik investor non-profesional berskala kecil, yang kerap disebut dengan investor ”mom and dad”. Adani hanya mampu menjual sahamnya kepada para investor perusahaan besar dari miliarder India lainnya dan 400 juta dollar AS dari perusahaan Uni Emirat Arab, International Holding Company (IHC).
Pada Rabu (1/2/2023), Adani membatalkan penjualan saham-sahamnya dengan alasan: jika penjualan saham diteruskan, dalam situasi seperti sekarang ”secara moral tidak tepat”.
Akankah selamat lagi?
Apakah kali ini Adani akan selamat, seperti saat ia terbebas dari penculikan dirinya tahun 1998 dan serangan teroris di Mumbai tahun 2008? Bagaimana ia akan menstabilkan kembali imperium bisnisnya?
Majalah The Economist menulis, guncangan yang dialami Adani saat ini diperkirakan tidak mengancam eksistensi imperium bisnisnya. Adani dipandang sebagai seorang operator bisnis dengan kemampuan mumpuni. Perusahaan-perusahaannya punya aset-aset berharga. Grup Adani mengelola sejumlah pelabuhan terbesar di India. Beberapa pelabuhan di Australia, Israel, dan Sri Lanka juga di bawah kendali mereka.
Baca juga: Asia Kian Kaya Sekaligus Menegang
Grup Adani mengoperasikan seperlima jaringan listrik di India, mengakomodasi seperempat lalu lintas udara komersial di negaranya, serta memproduksi kira-kira seperlima semen di negara Asia Selatan itu. Tahun lalu, perusahaan-perusahaan Adani yang terdaftar di bursa efek meraup total pendapatan 25 miliar dollar AS, setara dengan 0,7 persen produk domestik bruto (PDB) India, dan keuntungan bersih 1,8 miliar dollar AS. Belanja tahunan mereka sekitar 5 miliar dollar AS atau 7 persen belanja total 500 perusahaan non-keuangan terbesar di India.
”Saya berjanji kepada Anda di tahun-tahun mendatang, kami akan mengubah gedung pencakar langit di sekitar kami,” kata Adani di tengah guncangan pada kerajaan bisnisnya.

Foto dari potongan video yang dirilis oleh Adani Enterprises Ltd. Kamis (2/2/2023), memperlihatkan miliarder India Gautam Adani berupaya menenangkan para investor melalui pesan video di lokasi yang tidak disebutkan.
Bagaimana Adani akan memulihkan kepercayaan terhadap imperium bisnisnya, hal itu menarik untuk ditunggu. Selama ini kunci dalam cerita-cerita sukses bisnisnya adalah ekspansi. Menurut analis, ekspansi bisnis perusahaan-perusahaan Adani digerakkan oleh utang. Laporan direktur keuangan Grup Adani belum lama ini menyebutkan, utang mereka saat ini 30 miliar dollar AS, sebanyak 9 miliar dollar AS di antaranya dari bank-bank di India.
”Kini bakal sulit bagi mereka untuk meraup uang modal baru,” kata Brian Freitas, analis pada lembaga di Selandia Baru, Periscope Analytics, yang meneliti Grup Adani. ”Melihat situasi saat ini, para kreditur asing akan berpikir dua kali sebelum meminjamkan uang modal baru kepada Adani.”
Bisnis menggurita
Berlatar belakang keluarga kelas menengah di Ahmedabat, ibu kota Negara Bagian Gujarat, pantai barat India, Adani memilih putus kuliah untuk berdagang berlian di Mumbai.
Ia kemudian pulang ke kampung halamannya, bergabung dengan saudaranya berbisnis impor plastik. Pada 1980-an, ia mendirikan Adani Enterprises, yang memperjual-belikan semua hal, dari sepatu hingga ember.
Adani kemudian bergeser dengan melakukan investasi di pelabuhan-pelabuhan, konstruksi, dan tambang batubara, seiring kebijakan India membuka ekonominya pada 1990-an. Kala itu muncul kelas menengah baru di India. Adani berupaya menyuplai kebutuhan energi mereka.
Saya berjanji kepada Anda di tahun-tahun mendatang, kami akan mengubah gedung pencakar langit di sekitar kami.
Proyek besar pertamanya adalah Pelabuhan Mundra. Saat ini pelabuhan itu merupakan pelabuhan komersial terbesar di India. Perusahaan Adani menjadi operator pelabuhan swasta terbesar di negaranya. Hanya dalam satu dekade, Adani juga menjadi pengembang dan operator tambang batubara terbesar di India.
Lihat juga foto-foto: Melihat Pengerjaan Terowongan Terpanjang dan Tertinggi di India
Saat ini, perusahaan-perusahaan di bawah Adani tak hanya mengoperasikan bandara di kota-kota besar, membangun jalan, dan mengelola perusahaan listrik. Perusahaan-perusahaannya juga membuat perlengkapan senjata, mengembangkan drone untuk pertanian, menjual minyak goreng, dan mengelola media.

Seorang karyawan menata senapan yang diproduksi PLR Systems Private Limited, perusahaan patungan antara Grup Adani dan Israel Weapon Industries (IWI), Israel, pada ajang the International Police Expo 2021 di New Delhi, India, 18 Agustus 2021.
Dalam beberapa tahun terakhir, Adani memompa banyak modalnya pada sektor-sektor seperti pertanian, pertahanan, dan energi terbarukan. Sektor-sektor itu merupakan prioritas utama Pemerintah India. Saat ini Adani berambisi menjadi pemain terbesar di sektor energi terbarukan pada 2030.
Menghadapi guncangan pada imperium bisnisnya saat ini, RN Bhaskar, jurnalis yang menulis biografi Adani, memperkirakan bahwa Adani akan tetap tak tergoyahkan. ”Semakin menantang situasi yang dia hadapi, semakin tertantang dan kian kreatif dia akan mengatasi (situasi) itu,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS)