Arab Saudi Melesat di Jalur Sepeda
Bersepeda di Arab Saudi menawarkan pengalaman berbeda. Terik matahari yang menyengat, badai angin dan unta menyeberang jalan menjadi tantangan menarik. Siapa saja kini bebas bersepeda di Arab Saudi, termasuk perempuan.
Bersepeda kini menjadi cabang olahraga kesayangan Arab Saudi. Olahraga sepeda dibanjiri investasi baik dari pemerintah monarki konservatif ini maupun dari negara-negara tetangga. Selain untuk memoles citra internasional, olahraga sepeda juga mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi.
Salah satunya dengan gelaran kompetisi sepeda ”Tur Saudi” yang pertama dari tiga tahapan balapan yang direncanakan di Semenanjung Arab selama Februari. Tur sudah dimulai pada akhir pekan lalu. Oman dan Uni Emirat Arab juga akan menjadi tuan rumah ajang ini.
Peserta Tur Saudi antara lain pesepeda asal Belanda, Dylan Groenewegen, yang pernah memenangi lima etape di Tour de France, dan veteran asal Jerman, John Degenkolb, yang pernah merebut gelar di ajang Paris-Roubaix dan Milan-San Remo.
Baca juga: Arab Saudi Gelontorkan Rp 645 Triliun untuk Kembangkan Pariwisata
Suasana kompetisi di jazirah Arab terasa berbeda. Pemandangannya pun unik, seperti podium yang didirikan di tengah gurun atau di atas batu-batuan berukuran besar dan lebar. Berbeda dengan ajang kompetisi sepeda lainnya, tidak ada kerumunan penonton yang besar. Hanya ada beberapa puluh penggemar yang berkumpul di garis akhir etape, Senin (30/1/2023).
Bagi para pesepeda, suasananya lebih santai. Bahkan mereka masih sempat menyeruput kopi sesaat sebelum mulai balapan. Meski santai, jalur bersepedanya jauh dari kata santai karena berkelok-kelok melalui dataran tinggi dengan jalan yang terkadang rolling, naik turun. Belum lagi sengatan matahari yang menguji ketahanan. Angin kencang, badai pasir, dan unta serta keledai yang menyeberang jalan juga menjadi tantangan tersendiri.
Pengembangan olahraga bersepeda ini merupakan salah satu upaya jangka panjang Arab Saudi dan tetangga-tetangganya untuk menyapih ekonomi dari pendapatan besar yang selama ini dihasilkan dari ekspor bahan bakar fosil. Tiga dari 18 tim Tur Dunia Union Cycliste Internationale atau tur balap sepeda jalan raya elite putra tahunan memiliki negara-negara Teluk sebagai sponsor utama.
Kepala Manajemen dan Pemasaran di Komisi Kerajaan untuk Al-Ula, Phillip Jones, mengatakan hendak menjadikan kawasan Al-Ula sebagai ”ibu kota bersepeda di Arab Saudi dan Timur Tengah”. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mendorong pariwisata mewah di Al-Ula sebagai bagian dari proyek pembangunan nasional ”Visi 2030” bernilai miliaran dollar AS yang diluncurkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Para pesepeda di Tur Saudi menginap di pondok-pondok mewah seharga 1.100 dollar AS (sekitar Rp 16,3 juta) per malam. Wilayah yang gersang dan berpenduduk jarang itu menawarkan tempat tinggal bagi pesepeda selama musim ramai pada Oktober-Maret sebelum masuk musim panas yang menyengat kulit.
Salah satu pelatih di tim Federasi Bersepeda Saudi, Salem Al-Salem, kepada Arab News, Kamis (2/2/2023), mengatakan, Al-Ula adalah daerah yang tepat untuk merasakan sensasi baru bersepeda karena beratnya tantangan bersepeda di Al-Ula. Lokasi ini juga dianggap cocok sebagai pusat balap sepeda karena sempurna sebagai kamp pelatihan karena sudah ada akomodasi, makanan, dan infrastruktur lain yang dibutuhkan pesepeda untuk berlatih.
Baca juga: Melihat Perubahan di Arab Saudi
Selain memberi pengalaman unik bagi pengendara, Tur Saudi memamerkan pemandangan menakjubkan sepanjang jalan dengan keindahan alam dan sejarah kuno Al-Ula. Dalam lima etape balapan, para pesepeda melewati kompleks makam kuno, tempat tinggal bersejarah, monumen, dan formasi geologis yang menyimpan 200.000 tahun sejarah manusia yang mayoritas belum dijelajahi.
Ada pula lanskap Khaybar yang mengagumkan, gunung berapi putih yang langka, ladang lava, goa, dan sumber mata air tawar. Para pesepeda melewati Hegra, Situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Arab Saudi dan Karang Shalal Sijlyat, area keajaiban alam dan formasi bebatuan yang dramatis. Para pesepeda menyukai pengalaman balapan yang tenang dan lebih informal di daerah terpencil ketimbang balapan dengan intensitas tinggi di tur Eropa.
”Ini bukan hari libur saya, tetapi rasanya seperti liburan. Pengalaman yang luar biasa. Acara seperti ini bagus kalau diadakan satu atau dua kali dalam satu musim,” kata pesepeda Felix Grossschartner dari Austria.
Perempuan
Penyelenggara acara ini, Organisasi Olahraga Amaury, akan terus mengembangkan olahraga bersepeda di kawasan ini. Bahkan akan dibuat Tur Saudi khusus untuk perempuan. Tahun ini, Tur Uni Emirat Arab juga menawarkan ajang khusus perempuan ini.
Jangan salah, Arab Saudi yang dulu dianggap sebagai salah satu negara paling represif di dunia bagi perempuan sudah mengadakan ajang balap sepeda perempuan sejak 2018 di kota Jeddah meski masih bersifat lokal. Situs BBC News, 14 April 2018, menyebutkan ada 47 perempuan yang berkompetisi sejauh 10 kilometer dan sebagian tergabung dalam klub sepeda Be Active.
Nadima Abu al-Enein, penyelenggara lomba dan pendiri Be Active, tidak menyangka ada banyak perempuan yang ikut bertanding. Ia membentuk Be Active pada 2017 dan menggunakan kekuatan media sosial untuk merekrut perempuan sesama penggemar bersepeda dan meningkatkan kesadaran bersepeda bagi masyarakat.
Sejak 2013, Arab Saudi sudah mengizinkan perempuan untuk mengendarai sepeda, tetapi terbatas di tempat rekreasi dan wajib mengenakan pakaian yang sopan serta ditemani wali laki-laki. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, sedikit demi sedikit aturan itu melonggar.
Pada Oktober 2017, Putri Reema Binti Bandar Bin Sultan diangkat sebagai Presiden Federasi Saudi untuk Olahraga Komunitas. Ia menjadi perempuan pertama di kerajaan yang memimpin federasi yang meliputi kegiatan olahraga untuk laki-laki dan perempuan.
Sepanjang kariernya dan sebelum menjadi Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, sang putri berupaya keras meningkatkan partisipasi perempuan dalam olahraga di Arab Saudi. Kemudian, setahun setelah ajang balap tahun 2018, sebanyak 25 perempuan Arab Saudi dari kelompok Pengendara Sepeda Wanita Jeddah kian giat bersepeda di jalanan dan di jalur sepeda sepanjang garis pantai Laut Merah Jeddah.
”Dulu, kami pikir tidak mungkin bersepeda di jalanan. Butuh keberanian untuk bersepeda di jalan, di depan umum, dan di tempat ramai. Sebelum tahun 2017, orang masih menatap kami dengan tajam, merekam, dan bingung melihat kami bersepeda. Seperti tidak suka,” kata Samar Rahbini, pesepeda yang mendirikan klub sepeda campuran jender bernama ”Courage” di Jeddah, kepada BBC.
Baca juga: Perempuan Arab Saudi dan Iran, Peta Sejarah yang Berlawanan
Itu dulu. Sekarang banyak perempuan bersepeda hampir setiap hari di Jeddah dengan pakaian olahraga berwarna hitam, lengkap dengan jaket dan helm. Ada yang berjilbab, ada juga yang tidak. Rahbini, yang mengadakan tur sepeda dan memberi pelajaran bersepeda dua kali seminggu, berharap melihat lebih banyak perempuan dan anak perempuan bersepeda.
Bagi yang tidak mampu membeli sepeda, ia menyediakan sewa sepeda dengan harga murah bahkan bisa gratis bagi orang miskin. ”Dulu, waktu kecil, saya biasa bersepeda. Sudah lama tidak (bersepeda), jadi butuh latihan lagi. Bersepeda tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bagus untuk menjaga kebugaran. Syukur sekarang kami bisa bersepeda,” kata Fatima Salem (44).
Penelitian Otoritas Olahraga Umum Arab Saudi pada 2018 menunjukkan adanya peningkatan jumlah warga Arab Saudi yang berolahraga, terutama perempuan. Menurut harian Saudi Gazette, ada 1,1 persen masyarakat bersepeda setiap minggu dan 32 persen di antaranya pesepeda perempuan. Ajang kompetisi sepeda untuk perempuan dan semakin banyaknya perempuan bersepeda di jalanan mencerminkan perubahan sosial dalam budaya dan sikap masyarakat Arab Saudi.
Sepeda yang pernah menjadi simbol emansipasi perempuan di Barat kini juga menjadi media untuk menyebarkan pesan persamaan hak perempuan Arab Saudi. Jadi, kapan kita gowes ke Arab Saudi sambil menikmati pemandangan cantik di Al-Ula? (AFP)