Empat Anggota NATO Sepakat Kirim Jet Tempur ke Ukraina
Negara-negara Barat anggota NATO, yaitu AS, Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda, tidak mau mengirim pesawat tempur ke Ukraina. Soal jet ini mereka menarik garis.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
RIGA, KAMIS — Polandia dan tiga negara Baltik, yaitu Estonia, Latvia, dan Lituania, menyepakati kerja sama pertahanan dan keamanan strategis dan intensif. Di dalamnya mencakup meningkatkan bantuan di segala bidang untuk Ukraina yang tengah melawan invasi Rusia, termasuk mengirim jet tempur F-16 yang dibeli dari Amerika Serikat.
Hal tersebut diumumkan di ibu kota Latvia, Riga, Rabu (1/2/2023), setelah para menteri luar negeri melakukan rapat sejak Selasa (31/1/2023). Keempat negara ini merupakan anggota Uni Eropa serta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sebagai bekas wilayah Uni Soviet, keempat negara ini berbatasan langsung dengan Rusia di sisi timur. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, Polandia dan negara-negara Baltik terus mengemukakan kekhawatiran bahwa invasi itu akan merembet melewati batas geografis dan mengancam keselamatan mereka.
”Bulan Februari-Maret 2023, masa kritis bagi Ukraina sehingga mereka memerlukan bantuan kita semua,” kata Menlu Estonia Urmas Reinsalu, dikutip media nasional Estonia, ERR.
Menurut Reinsalu, Ukraina membutuhkan jet tempur yang lebih canggih, rudal, dan tank. Belum disebutkan jumlah jet F-16 yang akan disumbangkan oleh empat negara tersebut. Ia mengatakan, aliansi itu juga sepakat mendukung percepatan Ukraina menjadi anggota UE dan NATO.
Keputusan menyumbang jet tempur ini ditanggapi secara kritis oleh purnawirawan Komandan Angkatan Udara Estonia, Brigadir Jenderal Jaak Tarien, dalam wawancara dengan Terevisioon. ”Tidak ada ’peluru perak’ di dalam peperangan. Pengiriman jet F-16 tidak akan mengakhiri konflik,” tuturnya.
Tarien menerangkan, akhir-akhir ini, pesawat tempur Rusia minim memasuki wilayah udara Ukraina. Oleh sebab itu, ia menduga Ukraina akan menggunakan jet mereka untuk menggempur markas militer dan gudang logistik Rusia. Kedua negara condong menghindari pertempuran udara demi menghemat jumlah pesawat masing-masing.
Persoalan adaptasi dengan pesawat baru, kata Tarien, adalah salah satu aspek buruknya gagasan membeli pesawat dari Barat di tengah-tengah peperangan. Ukraina selama ini memakai pesawat-pesawat tempur MiG peninggalan Uni Soviet. Para pilot juga dilatih dengan sistem dan pola pikir Soviet.
Tarien menjabarkan, pesawat MiG memiliki jendela kokpit yang sempit sehingga kapasitas pandang pilot terbatas. Teknologi radar dan komputernya juga terbatas sehingga bergantung pada asupan informasi para operator radar di pangkalan udara.
Ini bukan cuma soal teknis, melainkan juga kesiapan mental dan inteligensi para pilot Ukraina. Pelatihan model Uni Soviet membentuk sikap mental berbeda dari yang diperlukan pilot menerbangkan F-16.
Sebaliknya, pesawat-pesawat Barat dirancang berdasarkan sistem pelatihan yang memberi pilot keleluasaan mengambil keputusan secara cepat di udara. Kokpit yang lebar memberi kapasitas pandang yang luas. Radar dan komputer F-16 dilengkapi kemampuan intelijen yang memungkinkan pilot mencari informasi terbaru di saat yang sama melancarkan misinya.
”Ini bukan cuma soal teknis, melainkan juga kesiapan mental dan inteligensi para pilot Ukraina. Pelatihan model Soviet membentuk sikap mental berbeda dari yang diperlukan pilot menerbangkan F-16,” ujar Tarien.
Menurut dia, tidak hanya pilot dan teknisi pesawat yang harus dilatih ulang, seluruh sistem komputasi, radar, dan komunikasi di Angkatan Udara Ukraina juga harus ditata kembali guna menyesuaikan dengan sistem kerja F-16. Ini belum ditambah kemungkinan bahwa tidak semua F-16 telah dikonversi memakai sistem penghitungan metrik, ketersediaan suku cadang, dan bahan bakar.
Negara-negara Barat anggota NATO, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda, tidak mau mengirim pesawat tempur ke Ukraina. Sebelumnya, mereka setuju mengirim tank ke Kyiv, tetapi di soal jet ini mereka menarik garis.
Presiden AS Joe Biden tegas menolak. Ia juga tidak mau mengirim rudal jarak jauh karena berisiko ditembakkan ke wilayah Rusia. Washington pada Maret 2022 menolak permintaan Warsawa agar mengirim pesawat tempur MiG-29 milik AS yang disimpan di pangkalan NATO di Jerman. Biden mengatakan, soal jet, sikap AS tetap sama dengan tahun lalu.
Juru Bicara Kantor Perdana Menteri Inggris Max Blain mengatakan, jet-jet Inggris terlalu canggih. ”Butuh waktu lama untuk menyesuaikan dengan teknologi dan sistem Eurofighter Typhoon. Dalam waktu mendesak seperti sekarang, teknologi yang merepotkan dan memaksa orang beradaptasi kembali justru tidak tepat,” ujarnya, dikutip oleh BBC.
Sementara itu, Menlu Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Rusia memastikan segala cara menghalangi Ukraina memperoleh bantuan persenjataan dari Barat. Sikap Ukraina justru dianggap menghalangi kesempatan berunding. Rusia menunggu Ukraina dan Barat memberi proposal yang serius dan komprehensif untuk menyelesaikan konflik.
Adapun Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov tetap berpikir positif. ”Dulu, tidak ada yang mau memberi kami rudal Stinger. Buktinya, kami akhirnya diberi,” ujarnya. (AP)