AS-India Rajut Kemitraan Teknologi, China Jadi Bidikan Bersama
Setelah belum lama ini Pemerintah AS-Belanda-Jepang sepakat membatasi ekspor peralatan produksi semikonduktor ke China, kini AS menggandeng India dan mengikatnya dalam kemitraan teknologi untuk membendung China.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat dan India, Selasa (31/1/2023), meluncurkan kemitraan bersama dalam berbagai bidang, mulai dari persenjataan, komputer super, kecerdasan buatan, semikonduktor, hingga luar angkasa. Presiden AS Joe Biden berharap kemitraan itu akan dapat membendung China di bidang-bidang tersebut.
Washington berambisi memperluas penggunaan jaringan telepon teknologi Barat di India dalam upaya menangkis penetrasi teknologi perusahaan China, Huawei Technologies. AS juga menyambut kedatangan para ahli semikonduktor dari India. Kemitraan kedua negara juga mendorong perusahaan AS dan India berkolaborasi dalam pengembangan peralatan militer, seperti sistem artileri.
Peluncuran kemitraan itu dilakukan pada pertemuan antara para pejabat tinggi dan para pebisnis kedua negara di Washington DC, AS. Mereka menindaklanjuti dialog antara Presiden Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi di Tokyo, Jepang, Mei 2022.
Kemitraan AS-India itu diberi nama Prakarsa AS-India tentang Teknologi Kritis dan Berkembang (US-India Initiative on Critical and Emerging Technologies/iCET). Hadir dalam peluncuran kemitraan tersebut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan mitranya dari India, Ajit Doval.
”Tantangan lebih besar yang ditimbulkan oleh China karena praktik ekonominya, gerakan militernya yang agresif, upayanya untuk mendominasi industri masa depan dan mengendalikan rantai pasok masa depan telah berdampak besar pada pemikiran di Delhi,” kata Sullivan.
Dia menambahkan, kerja sama ini merupakan landasan besar bagi pemilik demokrasi terbesar di Indo-Pasifik agar memiliki posisi yang kuat. Kesepahaman dan kerja sama ini, menurut Sullivan, adalah pertaruhan strategis yang diambil oleh Biden dan Modi.
”Ide besarnya adalah menciptakan ekosistem untuk hubungan yang lebih dalam dan erat antara AS dan India, yang akan menjadi batu loncatan kebijakan strategis, baik di bidang ekonomi maupun teknologi,” kata Sullivan.
Wakil Menteri Pertahanan Kathleen Hicks mengatakan, membangun aliansi dan kemitraan adalah prioritas utama Pentagon, terutama di kawasan yang semakin diperebutkan. Ia juga menyebut bahwa pembangunan kemitraan merupakan tujuan utama Strategi Pertahanan Nasional AS 2022, yang menyebut China sebagai ancaman di berbagai bidang dan terus berkembang.
India dan AS, bersama dengan Jepang dan Australia, adalah anggota aliansi keamanan Quad. Awalnya dibentuk untuk meningkatkan kerja sama dalam kebencanaan, fokus Quad kemudian bergeser pada kerja sama keamanan sejak awal tahun 2000-an. Aliansi ini dalam beberapa tahun terakhir semakin aktif merangkul sekutu-sekutu dekatnya di Asia Timur untuk menghadapi China.
Guna menghadang China di bidang teknologi, seperti dilaporkan media Bloomberg, pekan lalu, belum lama ini Pemerintah AS-Belanda-Jepang sepakat membatasi ekspor peralatan produksi semikonduktor ke China. Kesepakatan itu terutama akan melibatkan ASML di Belanda serta Nikon dan Tokyo Electron di Jepang.
Fokus kemitraan
Salah satu fokus utama dari prakarsa AS-India dalam teknologi adalah kesepakatan untuk mengembangkan industri semikonduktor di India. Negara ini memiliki tenaga kerja terdidik dan terampil yang dibutuhkan agar India menjadi pemain utama dalam membangun komponen kunci tersebut.
Berbagai pihak, terutama oposisi, menyatakan keprihatinan tentang ketergantungan AS terhadap produk semikonduktor China, komponen telekomunikasi, dan komoditas penting lainnya. Dalam beberapa bulan terakhir AS telah membatasi penjualan peralatan dan bahan untuk pembuatan semikonduktor ke China.
Tanvi Madan, peneliti senior di Brookings Institution, mengatakan, prakarsa AS-India diharapkan akan membawa hubungan kedua negara ke tingkat selanjutnya. Trik untuk menghadapi India yang harus dipelajari Gedung Putih, menurut Madan, seperti dikutip laman New York Times, adalah memulai kerja sama dalam bidang yang berpotensi untuk menghasilkan keuntungan komparatif ataupun strategis.
India secara tradisional dikenal sebagai mitra yang sulit bagi AS dalam negosiasi perdagangan. Dalam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF), yang digagas AS untuk mengimbangi Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China. India mundur dari porsi perdagangan dalam kesepakatan tersebut meski terus bernegosiasi di bidang-bidang lain, seperti energi bersih, rantai pasok, dan tenaga kerja.
Analis mengatakan, Pemerintah India lebih termotivasi pada masalah keamanan nasional. New Delhi tertarik dengan prospek kerja sama dengan AS untuk mengembangkan industri teknologi mutakhir. Menurut Richard M Rossow, penasihat senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Washington, India dan AS memiliki pandangan sama bahwa China akan menguasai keuntungan di seluruh sektor. (AFP/REUTERS)