Korban Bom Bunuh Diri di Peshawar Tembus 100 Orang, Pakistan Akui Kecolongan
Otoritas Pakistan mengakui kecolongan dalam insiden serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di kompleks kepolisian di Peshawar. Mereka tengah menyelidiki bagaimana pelaku bom bunuh diri menembus pos-pos pemeriksaan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AFP/ABDUL MAJEED
Petugas keamanan dan para pekerja bersiap mencari korban ledakan bom bunuh diri di sebuah masjid di Peshawar, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Senin (30/1/2023).
ISLAMABAD, SELASA — Bom bunuh diri di sebuah masjid kompleks polisi di Peshawar, Pakistan, Senin (30/1/2023), menewaskan sedikitnya 100 orang. Otoritas Pakistan mengakui kecolongan atas serangan bom itu. Mereka tengah menyelidiki bagaimana pengebom bisa menembus penjagaan di kompleks kepolisian tersebut.
Peristiwa itu juga melukai setidaknya 225 orang. Juru bicara Rumah Sakit Lady Reading, Muhammad Asim, menyebut mayoritas korban dibawa ke rumah sakit itu. Hingga Selasa (31/1/2023), masih ada 52 orang dirawat di rumah sakit tersebut. Di antara korban yang masih dirawat, enam orang dalam kondisi kritis. Adapun di antara 100 korban tewas, mayoritas bekerja sebagai polisi.
Pada Selasa kemarin, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif berkunjung ke sebuah rumah sakit di Peshawar. Ia menyatakan tindakan tegas pada siapa pun di belakangan serangan bom bunuh diri itu. ”Skala tragedi kemanusiaan ini tak bisa dibayangkan. Ini tidak kurang seperti serangan pada Pakistan,” ujarnya melalui cuitan di Twitter.
Ledakan pada Senin siang itu meruntuhkan atap masjid yang berada di asrama polisi. Pelaku diduga menyasar orang yang sedang shalat berjemaah di masjid. Akibatnya, banyak orang cedera dan tewas gara-gara terkena ledakan atau tertimpa reruntuhan atap masjid. Hingga Selasa, petugas penyelamat masih terus membersihkan puing-puing dan berusaha mencari korban di bawahnya.
Polisi yang menjadi korban tewas berasal dari berbagai distrik di Khyber Pakhtunkhwa. Peshawar merupakan ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Provinsi ini dekat dengan perbatasan Pakistan-Afghanistan. Hari berkabung berlangsung di berbagai penjuru provinsi.
Jamaat-ul-Ahrar (JuA) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Pemimpin JuA, Omar Mukaram Khorasani, menyebut serangan itu sebagai pembalasan atas ketua JuA sebelum ini, yakni Omar Khalid Khorasani. Omar Khalid tewas dalam serangan di Afghanistan pada 2022.
Salah seorang petinggi Tehreek-e-Taliban Pakistan (TPP), Sarbakaf Mohmand, juga mengklaim TPP bertanggung jawab atas serangan itu. Walakin, juru bicara TPP Mohammad Khorasani menolak organisasinya dikaitkan dengan serangan itu. TPP tidak mengizinkan serangan ke masjid, apalagi pada orang yang sedang shalat. TPP akan menghukum anggotanya jika terlibat dalam serangan itu. Ia tidak membahas mengapa Mohmand mengklaim terlibat dalam serangan itu.
AP PHOTO/MUHAMMAD SAJJAD
Keranda jenazah korban serangan teror di Peshawar, Pakistan, dibawa ke pemakaman pada Selasa (31/1/2023). Akibat serangan pada Senin (30/1/2023) itu, sedikitnya 100 orang tewas dan ratusan orang lainnya cedera.
JuA merupakan pecahan TPP. Pada 21 Januari 2023, intelijen Pakistan menyimpulkan TPP akan melancarkan serangan di Peshawar dan sejumlah daerah lain di Khyber Pakhtunkhwa. Ternyata, serangan itu malah dilancarkan JuA, sempalan dari TPP.
TPP terpisah dari Taliban di Afghanistan. Namun, mereka merupakan mitra dekat. Kementerian Luar Negeri Afghanistan, yang saat ini dikendalikan Taliban, menyatakan ”sedih mengetahui banyak korban jiwa”. Mereka mengecam keras serangan pada orang yang beribadah karena hal itu tak sesuai dengan ajaran Islam.
Kecolongan
Gubernur Khyber Pakhtunkhwa, Ghulam Ali, mengatakan, penyelidikan sedang berjalan. Fokusnya, antara lain, mencari tahu mengapa pelaku bisa sampai masuk masjid itu. Masjid itu berada di kawasan yang dijaga oleh banyak polisi dan aparat keamanan. Untuk kawasan tersebut, siapa pun harus melewati berbagai pos pemeriksaan.
Meski demikian, pelaku tetap bisa masuk masjid, lalu meledakkan diri dengan rompi berpeledak. ”(Kami) kecolongan dalam keamanan. Ini sedang dicari tahu,” katanya, sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Skala tragedi kemanusiaan ini tak bisa dibayangkan. Ini tidak kurang seperti serangan pada Pakistan.
Rangkaian teror melonjak sejak gencatan senjata TPP dan Pemerintah Pakistan berakhir. Gencatan senjata berlangsung selama TPP dan Islamabad berunding dengan mediasi oleh Taliban. Perundingan itu gagal menghasilkan kesepakatan.
Beberapa pekan lalu, TPP mengaku bertanggung jawab atas penembakan dua agen badan intelijen Pakistan, ISI. Korbannya antara lain adalah pejabat tinggi di ISI. Polisi menyebut, pelaku tewas ditembak dekat perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Meski berbeda kelompok, TPP dekat dengan Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan. Selama 1,5 dekade, TPP memberontak dan melancarkan berbagai teror. Pada 2014, kelompok itu menyerang sekolah milik militer Pakistan hingga 154 orang tewas, sebagian besar adalah anak-anak, dalam serangan tersebut.
Menurut media Pakistan, Sabah dan APP, TPP memberontak karena tidak setuju Pakistan bekerja sama dengan Amerika Serikat. Sejumlah milisi Pakistan membentuk TPP pada 2007 untuk mendukung Taliban melawan AS dan sekutunya.
AP PHOTO/MUHAMMAD ZUBAIR
Pembersihan puing masjid dan pencarian korban serangan bom pada Selasa (31/1/2023) di Peshawar, Pakistan. Serangan pada Senin (30/1/2023) itu menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Dibandingkan Taliban, TPP jauh lebih keras. Seperti Taliban, mereka juga mendesak penerapan hukum syariat Islam di Pakistan. Kemenangan Taliban membuat TPP semakin bersemangat. Sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan, semakin banyak anggota TPP berlindung di negara itu. Padahal, Taliban berulang kali berjanji tidak mengizinkan anggota kelompok radikal mana pun berlindung di Afghanistan.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Rana Sanaullah Khan meminta Taliban membuktikan komitmen tak melindungi teroris. ”Mereka harus menghormati perkataan sendiri,” ujarnya.
Direktur Pakistan Institute for Conflict and Security Studies. Abdullah Khan, menyebut TPP sudah bersumpah setia pada Taliban. Meski demikian, TPP dan kelompok sempalannya punya agenda terpisah dari Taliban. ”Saya khawatir kekerasan akan makin meningkat,” katanya (AP/AFP/REUTERS)