Sempat Akan Maju Sendiri, Finlandia Tetap Ingin Bareng Swedia Masuk NATO
Ketegangan antara Swedia dan Turki yang berimbas pada aksesi keanggotaan Swedia pada NATO diharapkan tidak memengaruhi langkah Finlandia. Helsinki bisa bergerak sendiri.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
HELSINKI, RABU — Finlandia dan Swedia sepakat menunda selama setidaknya satu pekan upaya mereka meneruskan aksesi keanggotaan pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, sejumlah pihak di Finlandia meminta agar Pemerintahan Perdana Menteri Sanna Marin mengambil kebijakan tersendiri jika Turki memutuskan tidak mau memberi lampu hijau pada Swedia.
“Kami membutuhkan waktu beristirahat sebelum kembali pada pembicaraan tiga pihak, melihat di mana posisi kami setelah “debu mereda”. Jadi, belum ada kesimpulan yang bisa diambil,” kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto, Selasa (24/1/2023).
Dia menambahkan, para pihak, yaitu Pemerintah Turki, Swedia dan Finlandia, membutuhkan jeda waktu sebelum melanjutkan pembicaraan.
Proses keanggotaan Finlandia dan Swedia masuk NATO tersendat setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (23/1/2023), menegaskan menolak mendukung Swedia menjadi anggota NATO. Penegasan itu disampaikan merespons langkah Pemerintah Swedia yang dia nilai membiarkan politisi sayap kanan Swedia berunjuk rasa dan membakar Al Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, akhir pekan lalu.
Erdogan juga menyoroti keengganan Swedia memenuhi tuntutan Turki soal Kurdi. Sejumlah pendukung dan pengurus Partai Pekerja Kurdi (PKK), kelompok yang ditetapkan sebagai teroris oleh Ankara, tinggal di Swedia. Sebagian mereka berdemonstrasi dalam unjuk rasa terpisah di depan Kedutaan Besar Turki.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Swedia dan Finlandia pada tahun lalu mendaftar untuk bergabung NATO. Keseluruhan 30 negara anggota NATO saat ini, termasuk Turki, harus menyetujui pendaftaran mereka. Sampai sekarang, dukungan belum diberikan Turki.
Jika proses keanggotaan Swedia diblokir oleh Turki, Finlandia memiliki opsi untuk melanjutkan sendiri aksesinya bergabung NATO. Menlu Haavisto sempat menyatakan bahwa Finlandia tengah mempertimbangkan kembali komitmennya agar aksesi keanggotaan NATO dilakukan sendirian. Hal itu menjadi pertimbangan bila Turki tidak mau memberikan lampu hijau pada aksesi keanggotaan Swedia pada NATO.
Dengan kata lain, Finlandia bisa memutuskan untuk melaju sendirian, meninggalkan Swedia, dalam aksesi keanggotaan NATO.
Akan tetapi, sikap Haavisto berubah setelah berbicara dengan Menlu Swedia Tobias Billstrom dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
“Terlepas dari semua keberatan ini, Finlandia dan Swedia akan melanjutkan perjalanan bersama mereka ke NATO. Kami akan mengambil tindakan bersama sehingga kedua negara dapat meratifikasi keanggotaan mereka dan kami menjadi anggota NATO pada saat yang sama, ” kata Haavisto di Parlemen Finlandia, seperti dikutip Helsinki Times.
Haavisto menambahkan, Stoltenberg juga menginginkan agar kedua negara disahkan sebagai anggota NATO secara bersama-sama.
Haavisto mengatakan, dirinya telah berbicara langsung dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu untuk mencari cara terbaik menyelesaikan permasalahan ini. Dalam pembicaraan itu, Haavisto menilai, sikap pemerintah Turki tidak terlepas dari tekanan yang dirasakan Presiden Recep Tayyip Erdogan jelang pemilihan umum, Mei nanti. Erdogan sendiri direncanakan akan kembali maju, mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode kedua.
Sebelum menjadi Presiden, Erdogan pernah menjabat sebagai perdana menteri selama tiga periode antara 2003-2014. "Tentu saja mereka merasakan tekanan dari proses pemilihan yang akan berlangsung pada Mei mendatang. Karena itu, diskusi menjadi memanas dalam banyak hal di Turki," kata Haavisto.
Beberapa pejabat tinggi Swedia, termasuk Perdana Menteri Ulf Kristersson, mencoba meredam kemarahan Erdogan, pintu masuk mereka ke NATO. Dia berharap bisa segera memulihkan hubungan dengan Turki. Kristersson juga menyebut, tidak ada masalah keamanan yang lebih penting dibandingkan keanggotaan NATO saat ini.
Sikap berbeda disampaikan Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Finlandia Jussi Halla-aho. Dikutip dari Helsinki Times, dia mendorong agar pemerintahan PM Marin mengambil sikap tersendiri jika kedua pemerintahan, Turki dan Hongaria, bersedia meratifikasi aksesi keanggotaan NATO Finlandia, tetapi tidak dengan Swedia. Dia mengusulkan agar pemerintah memutuskan soal aksesi itu terlepas apa yang tengah terjadi dengan Swedia dan Turki.
“Menjadikan keanggotaan NATO Finlandia bergantung pada keanggotaan negara lain kedengarannya sangat tidak biasa bagi saya,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)
Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO