Jerman Beri Lampu Hijau Pengiriman Tank-tank Leopard ke Ukraina
Jerman mengizinkan tank-tank canggih Leopard 2 buatan mereka dikirim ke Ukraina untuk melawan Rusia. AS juga berencana memasok tank-tank M16 Abrams ke Ukraina. Keputusan Jerman dan AS memicu kemarahan Rusia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
AP/MICHAEL SOHN
Tank Leopard 2 ditampilkan dalam acara demonstrasi yang diadakan untuk media oleh Angkatan Bersenjata Jerman (Bundeswehr) di Munster, dekat Hannover, Jerman, Rabu, 28 September 2011.
BERLIN, RABU — Setelah penantian cukup lama, Ukraina bisa bernapas lega. Pemerintah Jerman, Rabu (25/1/2023), sepakat mengirimkan tank-tank Leopard 2 ke Ukraina. Keputusan Jerman membuka jalan bagi negara-negara lain, seperti Polandia, Spanyol, Finlandia, Belanda, dan Norwegia, untuk memasok tank yang sama bagi militer Ukraina.
Bersamaan dengan keputusan itu, Pemerintah Amerika Serikat juga setuju mengirim tank-tank M1 Abrams.
”Jerman akan selalu berada di garis depan dalam hal mendukung Ukraina,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di hadapan parlemen Jerman. Persetujuan pengiriman itu langsung mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen yang hadir.
Selepas keputusan pengiriman itu, militer Jerman akan segera membentuk dua batalion dengan tank Leopard 2 untuk Ukraina. Sebagai langkah awal, mereka akan menyediakan 14 tank Leopard 2 dari inventarisnya sendiri. Menurut juru bicara Pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit, satu kompi yang terdiri dari 14 tank Leopard 2 A6 akan diambil dari stok Angkatan Bersenjata Jerman (Bundeswehr).
Satu batalion biasanya terdiri dari tiga atau empat kompi dengan masing-masing sekitar 14 tank. Polandia juga telah menjanjikan 14 tank, sedangkan Inggris telah menjanjikan 14 Challenger-nya sendiri. Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, pengiriman tank dari negara itu dilakukan dalam tiga atau empat bulan ke depan.
Selain kepastian pengiriman tank, pelatihan pasukan Ukraina di Jerman akan segera dimulai. Militer Jerman akan menyediakan kebutuhan logistik dan amunisi pendukung. Selain itu, militer Jerman juga akan mengeluarkan izin transfer untuk negara-negara lain yang ingin mengirimkan tank Leopard 2 mereka ke Ukraina.
AFP/WOJTEK RADWANSKI
Arsip foto yang diambil pada 19 Mei 2022 ini menunjukkan tank Leopard Polandia menyeberangi sungai saat pasukan dari Polandia, Amerika Serikat, Perancis, dan Swedia ikut dalam latihan militer DEFENDER-Europe 22, di Nowogard, Polandia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada Scholz atas keputusan penting dan tepat waktu yang diambil Jerman. Zelenskyy, yang tengah dipusingkan dengan masalah korupsi orang-orang di lingkaran dekatnya, mengatakan bahwa tindakan Jerman menjadi lampu hijau bagi mitra untuk memasok senjata serupa.
Tank dari AS
Kabar baik bagi Ukraina juga datang dari Gedung Putih. Pemerintah AS juga bersiap menyetujui pengiriman sekitar 30 tank M1 Abrams, yang rencananya akan diumumkan, Rabu (25/1/2023) waktu setempat atau Kamis dini hari WIB.
Seorang pejabat AS mengatakan, rincian pengiriman tank-tank tersebut masih dikerjakan. Pejabat itu mengatakan, tank-tank itu akan dibeli di bawah paket Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina yang akan datang. Paket inisiatif itu menyediakan dana jangka panjang untuk membeli senjata dan peralatan dari vendor komersial.
Keputusan Jerman dan AS untuk mengirimkan dua peralatan tempur yang telah terbukti kemampuannya di medan perang membuat Kremlin marah. Rusia menggambarkan pengiriman senjata berat itu sebagai bukti bahwa Baratlah yang sebenarnya tengah berupaya mengobarkan perang terus-menerus.
Kedutaan Rusia di Jerman menilai pemerintahan Kanselir Scholz telah membuat keputusan yang sangat berbahaya dan mengabaikan tanggung jawab historisnya terhadap Rusia. Kedutaan Rusia mengatakan, pengiriman tank akan meningkatkan konflik ke tingkat yang baru dan menyebabkan eskalasi permanen.
”Jerman, seperti sekutu terdekatnya, tidak tertarik pada resolusi diplomatik krisis Ukraina dan bertekad untuk meningkatkan eskalasi permanennya dengan cara membanjiri rezim Kiev dengan senjata yang lebih mematikan,” kata Sergey Nechaev, Dubes Rusia untuk Jerman, dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Dia juga mengatakan, lampu hijau Scholz sama saja memberi lampu hijau bagi penghilangan nyawa warga sipil yang lebih besar di Ukraina. (AP/AFP/REUTERS)
Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO