Eropa Buka Peluang Beri Tank ke Ukraina, AS Tarik Peluru Darurat Israel
Meski meminta Jerman agar memberikan tank Leopard, AS tidak mau mengirimkan tank Abrams ke Ukraina. Jumlah Abrams jauh di atas kombinasi Leopard, Lecrec, dan Challenger. AS juga memberi 1,07 juta peluru artileri.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KYIV, SENIN — Peluang Ukraina untuk mendapatkan tank modern buatan Barat semakin terbuka. Produsen tank Eropa, Perancis dan Jerman, mengisyaratkan persetujuan pengiriman produk mereka ke Ukraina. Isyarat ini disampaikan di kala krisis cadangan persenjataan Amerika Serikat semakin meningkat.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, pengiriman tank ke Ukraina dikoordinasikan dengan sekutu Perancis. Pengiriman ini tidak boleh meningkatkan ketegangan dan membahayakan keamanan Perancis.
”Soal (pengiriman tank) Leclerc, saya telah meminta menteri angkatan bersenjata (Sebastien Lecornu) mengerjakannya, tidak ada yang dikecualikan,” ujar Macron setelah bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz, Minggu (22/1/2023), di Paris.
Leclerc merupakan tank tempur utama Perancis sejak 1992. Perancis mempunyai 406 Leclerc dan hanya 222 dipakai dalam operasi rutin. Sisanya disimpan di gudang. Selain oleh Perancis, ada 388 Leclerc yang dioperasikan Uni Emirat Arab.
Tank yang lebih baru, Challenger 2 buatan Inggris, juga dijanjikan akan dikirimkan ke Ukraina. Dari setidaknya 400 Challenger 2 yang diproduksi sejak 1998, hingga 14 unit dijanjikan London akan dikirimkan ke Kyiv.
London mengungkap janji itu kala Berlin keberatan mengirimkan atau mengizinkan pengiriman tank Leopard buatan Jerman. Sikap Jerman melunak selepas pertemuan Macron-Scholz. ”Sampai sekarang kami belum menerima permintaan. Walakin, kami tidak akan merintangi kalau diminta,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Baerbock merujuk pada niat Warsawa mengirimkan hingga 14 Leopard ke Kyiv. Dari setidaknya 2.000 Leopard di seluruh Eropa, sebanyak 204 unit dioperasikan Polandia. Meski sudah mengungkap niat itu beberapa pekan lalu, Polandia ternyata belum meminta izin Jerman untuk mengirimkan Leopard ke Ukraina. Dalam persyaratan pembelian, operator Leopard wajib mendapat izin Jerman jika mau memberikan tank itu ke negara lain.
Jumlah tank
Pengumuman Baerbock tersebut disampaikan setelah Polandia menyatakan akan melakukan apa pun untuk memberikan Leopard ke Ukraina. Polandia mempertimbangkan opsi menyinggung negara lain demi mewujudkan pengiriman itu.
Dengan pengumuman Macron dan Baerbock, Ukraina berpeluang mendapatkan tiga jenis tank tempur utama dari Eropa. Sementara untuk tank buatan AS, M1 Abrams, masih tertutup sama sekali peluangnya. Meski meminta Jerman memberikan Leopard, AS sama sekali tidak mau mengirimkan Abrams ke Ukraina.
Padahal, jumlah Abrams jauh di atas kombinasi Leopard, Lecrec, dan Challenger. Jerman hanya memproduksi tidak sampai 4.000 Leopard sejak 1972 sampai sekarang. Sementara AS mengoperasikan setidaknya 8.100 tank Abrams sejak 1980.
Setidaknya 2.500 unit Abrams dioperasikan pula oleh Australia, Arab Saudi, Irak, Kuwait, Mesir, dan Maroko. Taiwan dan Polandia juga telah memesan 487 Abrams dari AS. Sebagian tank pesanan Polandia merupakan bekas pakai AS dan akan diperbarui sebelum dikirimkan ke Warsawa.
Polandia membeli tank AS dan Korea Selatan untuk menggantikan tank-tank era Uni Soviet yang dihibahkan ke Ukraina. Sejak perang, AS memobilisasi persenjataan era Uni Soviet di sejumlah negara untuk dikirimkan ke Ukraina. Pilihan itu diambil karena tentara Ukraina tidak perlu latihan apa pun untuk mengoperasikan persenjataan tersebut. Berbeda kondisinya jika Ukraina harus mengoperasikan persenjataan buatan AS dan sekutunya.
Selain Polandia, pasokan tank era Uni Soviet juga datang dari Maroko. Media Ukraina, Kyiv Independent, melaporkan bahwa setidaknya 20 tank T-72B dari Maroko sudah digunakan di Ukraina. Rabat dilaporkan didekati Washington sejak April 2022. Maroko dibujuk mengirimkan sebagian dari 136 T-72B ke Ukraina.
Peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS) AS Mark Cancian menyebut, AS praktis membeli atau menarik cadangan persenjataan dari sejumlah negara untuk membantu Ukraina. Sebab, dalam kajian CSIS, AS pun kesulitan jika harus mengandalkan cadangan sendiri.
Sejak perang Ukraina-Rusia meletus, AS, antara lain, memberikan 1,07 juta peluru artileri biasa dan 5.200 peluru artileri berpemandu ke Ukraina. Padahal, kapasitas produksi tahunan rata-rata hanya 93.000 butir peluru biasa dan 1.000 peluru berpemandu. ”Butuh lebih dari lima tahun untuk memulihkan cadangan yang diberikan ke Ukraina,” kata Cancian.
Peluru Israel
Agar bisa terus mengirimkan peluru ke Ukraina, AS menarik 150.000 butir peluru dari gudang di Israel. Peluru itu merupakan cadangan strategis AS di Timur Tengah dan dapat dipakai Israel dalam keadaan darurat.
”Peluru itu milik AS dan penggunaannya terserah AS,” kata Direktur Institute for Regional Foreign Policies Israel Nimrod Goren kepada Jerusalem Post dan The New York Times.
Goren merujuk pada keputusan Israel untuk tidak mengirimkan persenjataan apa pun dalam perang Ukraina. ”Pengiriman peluru itu tidak mengubah posisi Israel soal perang Ukraina,” katanya.
Kelompok sayap kanan Israel amat berhati-hari menyikapi perang itu. Sebab, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak mau hubungan Israel-Rusia terganggu. Israel fokus mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina.
Peneliti senior Institute for National Security Studies, Arkady Mil-Man, menyebut Moskwa pasti marah dengan pengalihan cadangan darurat itu. ”Israel secara tidak langsung telah membantu Ukraina,” katanya.
Seperti Goren, ia juga meyakini Moskwa tahu peluru itu milik Washington. ”Israel tidak punya pilihan soal pengiriman itu,” ujar Mil-Man. (AFP/REUTERS)