Hubungan Swedia dan Turki memanas setelah demonstrasi menentang "tekanan" Turki cenderung Islamofobia. Padahal, Swedia tengah membutuhkan "restu" Turki untuk menjadi anggota NATO.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Ankara, Minggu — Hubungan Turki dan Swedia memanas setelah demonstrasi pro-Kurdi terjadi di depan kantor Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Sabtu (21/1/2023). Pemerintah Turki memutuskan menunda pertemuan pejabat tinggi kedua negara yang semula direncakanan dilaksanakan di Ankara, pekan depan.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan rencana pertemuan antara dirinya dan Menhan Swedia Pal Johnson tidak lagi dianggap penting. Dalam pandangan Ankara izin pemerintah Swedia bagi para aktivis untuk melakukan demonstrasi adalah hal yang tidak bisa diterima. Menurut Turki, demonstrasi yang digelar aktivis sayap kanan Swedia cenderung Islamofobia.
Sebaliknya, dalam cuitannya, Johnson mengatakan, penundaan pertemuan tidak berasal dari Turki semata akan tetapi merupakan kesepakatan antara kedua negara yang dicapai di Ramstein, Jerman, di sela-sela pertemuan NATO.
“Hubungan dengan Turki sangat penting bagi Swedia dan kami berharap dapat melanjutkan dialog tentang masalah keamanan dan pertahanan bersama di kemudian hari,” tulisnya.
Upaya Pemerintah Swedia untuk memperbaiki hubungannya dengan Turki menjadi semakin rumit setelah ratusan aktivis pro—Kurdi yang dipimpin Rasmus Paludan mengeluarkan sejumlah komentar yang cenderung antiimigran dan bernada Islamofobia di depan Kedubes Turki di Stockholm. Dalam protes terpisah, Sabtu malam, ratusan aktivis pro-Kurdi dan anti-NATO berdemo di pusat Kota Stockholm sambil mengibarkan bendera berbagai kelompok Kurdi, termasuk Partai Pekerja Kurdistan atau PKK. Di Turki, PKK diduga terlibat dalam dalam sejumlah pemberontakan yang terjadi dalam puluhan tahun terakhir. PKK dianggap sebagai kelompok teroris di Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, tetapi simbolnya tidak dilarang di Swedia.
Para pengunjuk rasa juga mengibarkan bendera dengan wajah pemimpin pemberontak Kurdi Abdullah Ocalan yang kini tengah dipenjara, dan berjalan di atas foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Kami akan terus menentang rencana Swedia bergabung dengan NATO," kata Thomas Pettersson, juru bicara Aliansi Melawan NATO dan salah satu penyelenggara demonstrasi.
Pejabat Swedia menekankan bahwa kebebasan berekspresi dijamin oleh konstitusi dan memberi orang hak yang luas untuk mengekspresikan pandangan mereka di depan umum. Walau begitu, hasutan yang mendorong pada tindakan kekerasan atau ujaran kebencian tidak diperbolehkan.
Akan tetapi, dalam pandangan Ankara, ujaran-ujaran yang memiliki kecenderungan Islamofobia tidak bisa diterima. “Ini adalah kejahatan kebencian langsung,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Tindakan balasan dilakukan sekitar 100 orang di depan konsulat Swedia di Istanbul, Sabtu malam. Mereka membakar bendera Swedia. Sekelompok kecil juga berkumpul di luar Kedutaan Besar Swedia di Ankara memprotes demonstrasi di Stockholm.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mencoba meredam amarah Turki. Dalam cuitannya dia mengatakan, Swedia memberikan kesempatan yang luas pada warganya secara bebas menyatakan pendapatnya dan mengekspresikan pandangannya. “Tetapi, hal itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia atau saya sendiri mendukung pendapat yang diungkapkan,” kata Billstrom.
Kantor perdana menteri Swedia juga telah mengeluarkan pernyataan. “Kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi yang legal belum tentu sesuai. Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini,” cuit kantor Ulf Kristersson, Perdana Menteri Swedia.
Ancaman Pencalonan Swedia
Ketegangan antara Stockholm dan Ankara ini menjadi hal yang tidak diinginkan oleh pemerintahan PM Kristersson. Swedia membutuhkan “restu” Turki untuk bisa bergabung secara penuh dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO.
Apalagi demo Sabtu kemarin telah membuat potensi penerimaan keanggotaan Swedia di NATO semakin sulit. Sekutu Erdogan di Parlemen Turki, Devlet Bahceli, mengatakan parlemen tidak akan meratifikasi keanggotaan NATO Swedia dalam kondisi seperti sekarang ini.
Dalam pernyataan lain, setelah protes pro-Kurdi, Ankara mengatakan bahwa Swedia jelas-jelas melanggar memorandum bersama yang ditandatangani antara Turki, Swedia, dan Finlandia pada Juni dengan tidak mencegah propaganda organisasi teror.
Turki adalah satu-satunya negara anggota NATO yang keberatan dengan pencalonan Swedia. Pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan beralasan, keberatan mereka terhadap pencalonan Swedia adalah karena Swedia, dan Finlandia, menjadi tempat berlindung sejumlah aktivis Kurdi serta pendukung Fethullah Gulen yang masuk dalam daftar kelompok teror. Gulen sendiri dianggap bertanggung jawab atas kudeta tahun 2016 yang berhasil digagalkan. (Kompas.id, 22 Mei 2022)
Delegasi Ankara dan Stockholm telah beberapa kali melakukan pertemuan untuk membicarakan secara intensif proposal keanggotaan Swedia di NATO. Dalam sebuah pertemuan di pekan ke empat Mei 2022, Pemerintah Turki, menyerahkan dokumen yang merinci setidaknya lima daftar tuntutan dan jaminan yang konkret yang diinginkan Ankara dari Swedia dan Finlandia.
Diantara tuntutan yang diinginkan adalah penghentian dukungan politik terhadap tindakan terorisme, penghapusan sumber pendanaan terorisme hingga melarang kedua negara memberikan lampu hijau keberadaan orang-orang serta kelompok yang menentang Ankara, terutama warga Kurdi hingga ekstradisi sekitar 130 tersangka teror. (AP/AFP/Reuters)