Thailand Kini Punya Stasiun Kereta Terbesar di Asia Tenggara
Thailand mulai mengoperasikan stasiun yang diklaim sebagai stasiun terbesar di Asia Tenggara. Stasiun itu mampu melayani lalu lintas 40 kereta dalam waktu bersamaan dan menampung hingga 600.000 penumpang per hari.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Thailand memasuki babak baru dalam pengelolaan sarana transportasi kereta di negaranya. Pada Kamis (19/1/2023), negara itu secara resmi memulai operasional stasiun kereta yang diklaim sebagai stasiun kereta terbesar di Asia Tenggara.
Terminal Pusat Krung Thep Aphiwat, demikian nama stasiun tersebut. Nama itu diberikan oleh Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. Warga setempat lebih akrab dengan nama Stasiun Besar Bang Sue.
Pemerintah Thailand optimistis, stasiun yang dibangun secara modern dan sangat luas di pinggir pusat kota Bangkok itu akan memperkokoh posisi negara mereka sebagai hub kawasan dan bakal mendongkrak ekonomi mereka.
Hampir seluruh kereta jarak jauh domestik ataupun internasional melewati stasiun tersebut. Selain jalur kereta jauh jauh, stasiun baru itu juga menampung jalur kereta layang (elevated train) dan menjadi stasiun penghubung dengan sistem transportasi massal di Bangkok.
Menurut Takun Indarachome, Direktur Operasi Lalu Lintas Kereta Negara Thailand, pembangunan stasiun baru itu dimulai 10 tahun lalu. Biaya pembangunannya sekitar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 15,1 triliun.
Pembangunan terminal baru stasiun tersebut berlangsung bersamaan dengan proyek-proyek besar jaringan kereta di Thailand dan negara-negara lain di Asia Tenggara. Proyek jaringan kereta di kawasan itu dipacu oleh prakarsa infrastruktur Sabuk dan Jalan dari China serta teknologi kereta cepatnya.
Luas Stasiun Terminal Pusat Krung Thep Aphiwat itu hampir 30 hektar. Bagi warga Bangkok, tempat tersebut sudah tidak asing. Hall stasiun tersebut digunakan sebagai tempat program vaksinasi Covid-19 secara gratis bagi mereka.
Kereta akan datang dan pergi di stasiun tersebut dalam 24 jalur di 12 plaform. Menurut Pemerintah Thailand, stasiun itu mampu melayani lalu lintas 40 kereta dalam waktu bersamaan. Dalam puncak kepadatan, stasiun tersebut bisa melayani hingga 600.000 penumpang per hari. Kapasitas ini lebih dari 10 kali lipat stasiun lama, Stasiun Hua Lamphong.
Di ruang kendali Stasiun Krung Thep Aphiwat terdapat panel-panel dan layar-layar monitor untuk mengamati seluruh operasional stasiun guna memastikan seluruh layanan berjalan lancar. Video dari lebih 120 kamera pemantau menggunakan teknologi kecerdasan artifisial.
Pemerintah Thailand optimistis, stasiun baru ini akan memperkokoh posisi negara mereka sebagai hub kawasan dan bakal mendongkrak ekonomi mereka.
Di area publik, robot-robot pintar disiapkan untuk membantu penumpang yang kebingungan. Kursi roda-kursi roda juga disiagakan untuk melayani penumpang berkebutuhan khusus.
Pada Kamis kemarin, hari pertama pengoperasian stasiun baru itu, kereta pertama yang keluar adalah kereta menuju Sungai Kolok, wilayah di Thailand selatan yang berbatasan dengan Malaysia.
”Hari ini adalah hari pertama mereka memindahkan pelayanan dari Hua Lamphong, dan banyak orang belum tahu. Jadi, tempat ini terlihat sepi,” ujar Theerawat Peangda, warga setempat yang tengah menanti kereta menuju wilayah selatan untuk berlibur. ”Tetapi, saya pikiri, kereta ini oke, sangat indah dan nyaman.”
”Sulit pindah ke lain hati”
Meski sudah dibangun stasiun baru, warga Thailand tampak ”sulit pindah ke lain hati”. Kebanyakan mereka masih belum mau meninggalkan begitu saja terminal stasiun lama, Stasiun Hua Lamphong di tepi kawasan pecinan di pusat kota Bangkok. Stasiun ini begitu melekat bukan hanya bagi para pekerja setempat, tetapi juga bagi para turis backpaker yang hendak menuju wilayah selatan.
Warga yang ingin bernostalgia dengan stasiun lama sebenarnya masih punya kesempatan. Beberapa jalur—jalur lokal dan ke arah timur—masih menuju stasiun lama. Saat ini setidaknya masih ada 62 kereta yang menggunakan stasiun lama itu.
Setelah dibangun stasiun baru, stasiun lama Hua Lamphong tampak terlihat kuno. Stasiun ini dirancang oleh arsitek Italia dan mulai digunakan pada tahun 1916.
”Saya tak mau mereka (petugas) memindahkan layanan ke stasiun besar. Saya lebih suka tetap di sini,” tutur Prathuang Ruengsamut (68), warga setempat saat menanti kereta di Hua Lamphong, ketika ditemui awal pekan ini. ”Mereka (pemerintah) sebenarnya hanya butuh sedikit merenovasi tempat ini dan itu sudah cukup,” ujarnya.
Sementara ini, ada desas-desus stasiun lama tersebut akan dijadikan museum. ”Andai mereka menutup stasiun ini dan mengubahnya menjadi museum, bakal tidak ada kehidupan lagi di (stasiun) sini. Namun, jika warga tetap dibiarkan menggunakan (stasiun) itu, ini jauh lebih baik,” Thanong Thooptian (61), warga lainnya yang biasa naik kereta dari Stasiun Hua Lamphong. (AP)