Masih sakit hati atas kekalahan jagoan mereka, para pendukung Jair Bolsonaro bersiap demonstrasi jilid kedua.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BRASILIA, KAMIS — Pemerintah Brasil bersiap menghadapi gelombang unjuk rasa kedua dari para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro. Aparat penegak hukum menangkapi para perusuh dan mulai memblokade jalan-jalan raya.
Informasi itu berdasarkan laporan intelijen bahwa para pendukung Bolsonaro hendak berdemonstrasi pada Rabu (11/1/2023) waktu lokal atau Kamis (12/1/2023) waktu Indonesia. Kali ini, unjuk rasa tidak hanya di ibu kota Brasilia, tetapi juga di kota-kota besar lain, yaitu Sao Paulo dan Rio de Janeiro.
Kerusuhan pecah di Brasilia pada Minggu (8/1/2023) ketika 4.000 pendukung Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintahan. Mereka merusak berbagai sarana dan prasarana, antara lain di gedung DPR. Polisi menangkap 1.159 orang yang diduga melakukan vandalisme. Akan tetapi, 684 orang dibebaskan dengan alasan kemanusiaan yang mencakup warga lansia, memiliki penyakit, dan memiliki anak kecil.
Akan tetapi, jika penyelidikan membuktikan Anda bersalah, terimalah ganjarannya.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang baru menjabat selama 11 hari mengatakan, orang-orang yang ditangkap ini boleh membela diri. ”Akan tetapi, jika penyelidikan membuktikan Anda bersalah, terimalah ganjarannya,” tutur Lula.
Unjuk rasa ini dilakukan karena massa tidak menerima kekalahan Bolsonaro dalam pemilihan umum presiden melawan Lula. Bolsonaro menuduh Lula curang dengan memanipulasi mesin pengumpul dan penghitung suara. Padahal, mesin itu telah dipakai di setiap pilpres Brasil sejak tahun 1996 dan tidak pernah dipermasalahkan sebelumnya.
Pemerintah pusat Brasil memecat tiga pejabat yang mendukung Bolsonaro. Kejaksaan Agung juga sedang mempersiapkan kasus gugatan terhadap mereka. Orang-orang ini adalah mantan Gubernur Brasilia Ibaneis Rocha, Kepala Polisi Militer Brasilia Fabio Augusto Vieira, dan Kepala Keamanan Brasilia Anderson Torres.
Kejaksaan Agung mengatakan, ketiganya terbukti membiarkan massa merangsek dan berbuat kekacauan di ibu kota. Pemerintah pusat juga sudah menempatkan pejabat-pejabat baru menggantikan mereka, salah satunya Kepala Keamanan Brasilia Ricardo Cappelli. ”Tidak akan ada unjuk rasa yang sukses di ibu kota untuk menjatuhkan negara ke dalam krisis,” katanya.
Kabur
Bolsonaro dilaporkan melarikan diri ke Florida, Amerika Serikat, dua hari sebelum masa jabatannya berakhir. Ia beralasan harus melakukan pemeriksaan kesehatan mendesak. Para pakar politik Brasil menuduh Bolsonaro kabur agar ia tidak bisa disalahkan atas kerusuhan tersebut karena berada di luar negeri.
Presiden AS Joe Biden menghadapi desakan dari Partai Demokrat untuk mengekstradisi Bolsonaro. Akan tetapi, hal ini tidak mudah karena belum ada landasan hukumnya. Biden sebelumnya menyatakan bahwa kerusuhan di Brasil mencederai nilai-nilai demokrasi.
”Bolsonaro masih diselidiki di Brasil, tetapi belum ditetapkan menjadi tersangka sehingga AS tidak mempunyai dasar hukum untuk mengekstradisi,” tutur Jacques Semmelman, pengacara pakar kejahatan lintas negara dari firma hukum Katten kepada majalah Time.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Liberal Brasil Valdemar Costa Neto mengecam tindakan para perusuh. Partai Liberal adalah kendaraan politik Bolsonaro yang berhaluan ekstrem kanan. Menurut Costa Neto, ia akan mendepak kader yang ketahuan terlibat kerusuhan tersebut.
Costa Neto turut meminta Bolsonaro segera pulang ke Brasil karena ia diharapkan bisa memimpin partai menghadapi pemilihan kepala daerah 2024. Selain itu, Partai Liberal juga berencana mengusung Bolsonaro kembali di Pilpres 2026. (REUTERS/AFP)