Taiwan Minta Bantuan Jerman Jaga Ketertiban Regional
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, meminta bantuan Jerman untuk ikut menjaga keamanan dan kemakmuran di kawasan regional.
TAIPEI, SELASA - Taiwan meminta bantuan Jerman untuk ikut membantu menjaga ketertiban dan kemakmuran di kawasan regional. Taiwan berharap negara-negara penganut demokrasi berjuang bersama dalam menghadapi “ekspansi otoriter”.
Jerman, seperti kebanyakan negara yang lain, tidak memiliki hubungan diplomatik yang formal dengan Taiwan. Namun, pemerintah Jerman saat ini tengah menggarap strategi baru yang lebih memerhatikan hubungannya dengan China dan untuk mengurangi ketergantungannya pada China.
Baca juga: Narasi Sosial Budaya di Selat Taiwan
Permintaan bantuan Taiwan ini disampaikan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, ketika bertemu dengan rombongan anggota parlemen senior Jerman yang datang berkunjung ke Taiwan, Selasa (10/1/2023). Kunjungan parlemen Jerman ke Taiwan selama empat hari ini dikecam pemerintah China. Taiwan, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya mendapat dukungan dari sekutu negara-negara demokrasi di Barat dalam menghadapi ancaman militer China yang meningkat, termasuk latihan perang yang dilakukan China di dekat Taiwan, Agustus lalu.
“Mulai tahun depan, wajib militer Taiwan akan diperpanjang menjadi satu tahun. Ini akan meningkatkan kemampuan pertahanan kami dan menunjukkan tekad kami untuk mempertahankan tanah air dan menjaga demokrasi,” kata Tsai.
Kepala Komite Pertahanan Parlementer Jerman, Marie-Agnes Strack-Zimmermann, dan anggota mitra koalisi junior Kanselir Olaf Scholz, Demokrat Bebas (FDP), mengatakan kepada Tsai bahwa Jerman dan Taiwan adalah teman dan kedatangan Jerman ke Taiwan ini adalah semata-mata untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Jerman akan mendukung dan berdiri bersama dengan Taiwan sebagai negara demokratis.
Invasi Rusia ke Ukraina menjadi peringatan bagi seluruh dunia bahwa peristiwa yang sama akan bisa terjadi dan dialami siapapun, termasuk Taiwan. Anggota parlemen FDP, Johannes Vogel, menggambarkan situasi Taiwan yang sangat kompleks. Meski berkunjung ke Taiwan, Jerman dan Eropa tetap berada pada posisi mendukung kebijakan satu-China.
“Meski demikian, kami mendukung Taiwan untuk memperjelas bahwa agresi militer dan ancaman agresi militer yang datang dari China tidak dapat diterima. Kunjungan kami di sini menjadi tanda dukungan pada Taiwan,” ujarnya.
Perjalanan anggota parlemen Jerman ini akan diikuti dengan kunjungan Menteri Pendidikan Jerman, Bettina Stark-Watzinger, juga dari FDP, dalam beberapa bulan ke depan. Ini akan menjadi kunjungan yang pertama oleh seorang anggota kabinet Jerman dalam 26 tahun terakhir. Dua deputi senior FDP juga memperingatkan agar Jerman tidak terlalu bergantung secara ekonomi pada China, mitra dagang terbesarnya pada 2021.
“Jika bergantung secara ekonomi pada negara-negara otokratis, hanya akan merugikan kita,” kata Strack-Zimmermann yang menyoroti pengalaman Jerman yang tergantung pada sumber alam Rusia sebelum invasi ke Ukraina.
Perang dunia
China sudah menyatakan kekesalannya dengan kunjungan Jerman ke Taiwan itu. Bahkan China menyinggung masa lalu Perang Dunia II Jerman. “Kami ingin menunjukkan akar penyebab masalah Taiwan justru berasal dari hukum rimba, hegemoni, kolonialisme, dan militerisme yang pernah merajalela di dunia. China sangat terpengaruh hal itu. Jerman memiliki sejarah yang dalam dan tragis pelajaran dalam hal itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, yang mendesak agar politisi Jerman mematuhi prinsip satu-China.
Duta Besar China untuk Jerman, Wu Ken, kepada media Jerman, Handelsblatt, mengatakan rencana strategi Jerman untuk China yang lebih keras “dipandu oleh ideologi” yang tidak didasarkan pada kepentingan bersama dan mencerminkan mentalitas perang dingin yang bisa membahayakan kerja sama ekonomi kedua negara.
Jerman disebutkan hendak mengkoordinasikan kebijakannya terhadap China menjadi seperti Amerika Serikat. “Ini menunjukkan pemerintah Jerman sudah kehilangan kemerdekaannya dan malah mengikuti AS dalam masalah kebijakan China,” ujarnya.
Baca juga: Masa Depan Taiwan
Menurut “pedoman internal China” yang dilihat oleh kantor berita Reuters, bulan lalu, disebutkan strategi baru yang direncanakan Jerman termasuk persyaratan untuk perusahaan Jerman yang secara khusus terpapar ke China untuk berbagi rincian tentang bisnis itu dengan pemerintah dan menjalani tes secara teratur.
"Dengan melakukan itu, pemerintah Jerman pada akhirnya bertentangan dengan dirinya sendiri. Padahal mereka selalu menekankan tidak mau berkonfrontasi dengan kubu yang berbeda. Bagi saya, ini mencurigakan karena seperti mentalitas Perang Dingin," kata Wu. (REUTERS)