Polisi Masih Dalami Kasus Penangkapan WNI di Filipina
Seorang WNI ditangkap di Filipina karena membawa senapan jenis AR-15. Motif keberadaan dia di Filipina masih didalami.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan penyelidikan tertangkapnya warga negara Indonesia bernama Anton Gobai di Filipina. Sejauh ini, ada sekumpulan fakta yang masih harus ditelusuri jika memang saling terkait. Akan tetapi, kemungkinan terbesar adalah kasus ini akan diproses hukum di Filipina, bukan di Indonesia.
“Kedutaan Besar Indonesia di Manila telah mengirim atase polisi ke kota General Santos di Provinsi Sarangani, Mindanao. Tidak lama lagi, tim dari Mabes Polri akan menyusul,” kata Duta Besar Indonesia untuk Filipina Agus Widjojo ketika dihubungi di Manila, Senin (9/1/2023).
Informasi penangkapan Anton Gobai ini beredar berkat rilis dari Kepolisian Mindanao Barat pada hari Sabtu (7/1/2023). Rilis itu ditandatangani oleh Brigadir Jenderal Polisi Jimili Macaraeg yang mengatakan ada tiga orang ditangkap. Salah satunya ialah warga Indonesia bernama Anton Gobai (29) yang memegang kartu tanda penduduk kota Jayapura, Provinsi Papua.
Ia ditangkap bersama dua warga negara Filipina, Michael Tino (25) dan Jimmy Desales Abolde (53). Mereka bertiga sedang membawa senjata-senjata api laras panjang di Desa Nalus yang terletak di Kiamba, Sarangani. Ini adalah wilayah paling selatan di Pulau Mindanao.
Ketika itu, mereka bertiga sedang menaiki becak motor dan melewati gardu jaga kepolisian. Pulau Mindanao masih belum sepenuhnya aman dan stabil dari konflik internal dengan sejumlah kelompok bersenjata. Polisi penjaga meminta becak itu berhenti dan ketiga orang di atasnya terang-terangan membawa senapan jenis Colt AR-15. Mereka pun segera diamankan dan dibawa ke ibu kota provinsi, General Santos.
“Penyelidikan masih tahap awal. Informasi yang kami dapat sejauh ini adalah Anton memang anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB),” tutur Agus.
Meskipun demikian, Agus belum bisa memberitahu lebih lanjut alasan Anton berada di Filipina memang ada hubungan dengan misi KKB ataupun Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) karena menunggu hasil resmi penyelidikan. Anton memasuki Filipina sebagai seorang wisatawan. Akan tetapi, visanya sudah kedaluwarsa sehingga ia berada di sana secara ilegal.
“Dia dituntut dua perkara. Pertama ialah kejahatan imigrasi karena melanggar tenggat masa tinggal dan yang kedua kepemilikan senjata ilegal,” kata Agus. Terkait proses hukum, Agus menerangkan perlu pembahasan di tingkat yang lebih tinggi apabila Indonesia hendak mengekstradisi Anton.
Dalam waktu yang berbeda, Juru Bicara Polda Papua Ajun Komisaris Besar Polisi Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan kepolisian masih mengumpulkan data Anton, selain kumpulan fakta yang disediakan oleh Kepolisian Filipina. “Kami belum bisa menyimpulkan apapun,” ujarnya.
Peneliti dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Deka Febriwan Anwar, yang mendalami persoalan keamanan di Papua menjelaskan, ada dugaan kuat keberadaan Anton di Filipina adalah untuk membeli persenjataan yang akan dikirim ke Indonesia. Dugaan ini berdasarkan laporan IPAC yang terbit pada 13 Juli 2022.
Dalam laporan itu, diterangkan bahwa Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB)--istilah yang dipakai TPN OPM menyebut diri mereka--mengubah pola mereka dari menyerang secara sporadis dan memasang jebakan, sekarang menjadi terstruktur dan sistematis. Salah satu yang memungkinkan mereka melakukan penyerangan terukur ini ialah dengan memiliki persenjataan lebih baik.
Sejak tahun 2021, terdata TPNB memperoleh senjata dari Ambon, Maluku, yaitu senjata sisa-sisa Konflik Ambon di awal tahun 1999-2001. Selain itu, mereka juga mengimpor senjata dari Papua Niugini, yaitu bekas Perang Saudara Bougenvillea 1988-1998.
Senapan semiotomatis Colt AR-15 ini tergolong baru. Senjata AR-15 buatan Amerika Serikat ini sekarang tengah diperjuangkan agar tidak dijual secara bebas. Alasannya karena senapan ini banyak menjadi senjata pembunuh di kasus-kasus penembakan massal, termasuk di gedung-gedung sekolah seperti yang terjadi di Uvalde Texas dan Newtown, Connecticut.
“Kalau benar tujuan Anton di Filipina adalah membeli senjata untuk keperluan TPNPB, kemungkinan akan diimpor melalui Sangihe, Sulawesi Utara. Ini juga jalur senjata yang dipakai oleh Jamaah Islamiyah,” kata Deka.