Kapal Perang AS Melintas, Selat Taiwan Kembali Tegang
Selat Taiwan kembali tegang. Taiwan menjadi salah satu isu paling strategis dalam pertarungan kepentingan antara Amerika Serikat dan China.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan ini, kru darat tengah memasang sebuah rudal pada sayap jet tempur F-16 saat kunjungan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di pangkalan militer di Chiayi, Taiwan, Jumat (6/1/2023). (Taiwan Presidential Office via AP)
CHIAYI, JUMAT Selat Taiwan kembali tegang. Situasi ini terjadi setelah kapal perang Amerika Serikat berlayar melintasi Selat Taiwan, Kamis (5/1/2023). Beijing pun segera melontarkan protes. Sehari setelahnya, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berkunjung ke pangkalan militer di Chiayi.
Mengunjungi Chiayi, Jumat (6/1), Tsai meninjau latihan-latihan pasukan Taiwan. Ia juga meninjau batalyon infanteri mekanik dan Sayap Tempur Taktis Keempat Angkatan Udara Taiwan yang bertugas mencegat pesawat militer China yang mendekati garis tengah Selat Taiwan.
”Saya ingin menegaskan kembali bahwa aktivitas Tentara Pembebasan Rakyat di sekitar Taiwan tidak mendukung hubungan lintas-selat atau perdamaian dan stabilitas kawasan. Saat kita menghadapi perluasan otoritarianisme, kita hanya bisa memperkuat kemampuan tempur dan ketangguhan negara untuk mengamankan kepentingan nasional kita,” kata Tsai.
Taiwan juga memperluas industri pembuatan kapal dan persenjataan di dalam negeri serta membeli lebih banyak persenjataan dari AS. Persyaratan wajib militer bagi semua warga negara laki-laki juga diperluas, dari yang semula hanya empat bulan pelatihan militer menjadi satu tahun penuh dinas militer mulai 2024.
AP
Dalam foto yang dirilis Kantor Kepresidenan Taiwan ini, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (tengah) didampingi para pejabat militer melihat pesawat jet tempur F-16 di pangkalan militer Chiayi, Taiwan, Jumat (6/1/2023). Tsai mengunjungi pangkalan militer untuk meninjau latihan pasukannya. (Taiwan Presidential Office via AP)
Sementara itu, China memprotes perjalanan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Chung-Hoon melalui Selat Taiwan, Kamis (5/1). Segala pergerakan dan seluruh jalur kapal AS itu terus dipantau militer China. Pernyataan ini diunggah ke media sosial oleh juru bicara Komando Palagan Timur Tentara Pembebasan Rakyat China, Shi Yi.
Juru bicara Kedutaan China di Washington, AS, Liu Pengyu, dalam pernyataan tertulisnya, mengatakan, China dengan tegas menentang pelayaran kapal perang AS di Selat Taiwan. Ia juga mendesak AS segera berhenti memprovokasi masalah, menambah ketegangan, dan merusak perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan. AS membalas pernyataan ini melalui keterangan yang disampaikan Armada ke-7 yang berbasis di Jepang.
”Selat itu adalah perairan internasional di luar laut teritorial negara mana pun. Transit kapal Chung-Hoon melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer AS akan terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan oleh hukum internasional,” sebut pernyataan tertulis AS.
Selat Taiwan adalah laut yang memisahkan antara daratan China dan Taiwan. Lebarnya 180 km dengan bagian terpendek adalah 130 km.
Selat Taiwan yang sempit ini kerap menjadi sumber ketegangan militer sejak Pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan pada 1949 menyusul kekalahan pada perang saudara melawan komunis yang kemudian mendirikan Republik Rakyat China.
Belakangan, ketegangan seputar isu Taiwan semakin sering terjadi. Hal ini berlangsung seiring intensnya persaingan antara Beijing dan Washington. China berkepentingan untuk tumbuh semakin besar sebagai adidaya baru yang pengaruhnya semakin global. Sementara AS tidak menoleransi tumbuhnya adidaya baru sebagai pesaingnya. Oleh sebab itu, kebijakan Washington adalah membendung pertumbuhan kekuatan dan perluasan pengaruh China.
Dalam pertarungan AS-China itu, Taiwan menjadi salah satu titik panasnya. Bulan lalu, misalnya, China mengerahkan 71 pesawat dan tujuh kapal ke sekitar Taiwan. Langkah ini hanya berselang 24 jam setelah China mengungkapkan kemarahannya gara-gara adanya ketentuan terkait Taiwan dalam rancangan undang-undang pengeluaran pertahanan tahunan AS. Pada 2 Agustus 2022, Ketua DPR AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan. Hal ini juga memicu ketegangan AS-China. (REUTERS/AP)