Orang di sekitar lereng Alpen kembali akrab dengan kata ”schneemangel”. Dulu, ”weisse gold” lebih sering terdengar dibandingkan ”schneemangel”. Sebab, dulu amat jarang suhu Desember-Januari di atas nol derajat celsius.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Sebagian negara di utara khatulistiwa, termasuk di Eropa, melaporkan badai salju sepanjang Desember 2022. Sayangnya, musim dingin kali ini tidak menyediakan cukup salju untuk Pegunungan Alpen dan Pyrenee. Ada kemungkinan tempat wisata ski terkenal di sana harus menggunakan salju buatan. Mirip tempat wisata di Indonesia.
Membentang di bagian tengah Eropa, pegunungan itu dikenal sebagai salah satu tujuan wisata salju. Setiap akhir dan awal tahun, suhu di negara-negara dekat pegunungan itu biasanya beberapa derajat di bawah titik nol derajat celsius. Semua berbeda pada Januari 2023.
Suhu di Delémont, salah satu tempat wisata ski di Swiss, tercatat 21 derajat celsius. Di Adelboden, tempat wisata ski lain di Swiss, suhunya tidak lebih baik. Hanya 20 derajat celsius. Terlalu panas untuk pembentukan salju. ”Tahun ini, kita (warga Swiss) bisa lupa bahwa kita sedang di puncak musim dingin karena suhu terlalu hangat,” demikian pernyataan lembaga pemantau cuaca Swiss, MétéoSuisse.
Sejumlah ilmuwan menyebut, Januari hangat di kaki Alpen-Pyrenee jelas bukti perubahan iklim. Sulit menjelaskan pegunungan yang hampir selalu tertutup salju itu akan mengalami kondisi sekarang jika iklim tetap normal. Iklim normal berarti salju turun dan suhu di kaki Alpen di bawah nol derajat celsius.
Alih-alih hamparan putih, kini lereng-lereng Alpen dan Pyrenee malah berwarna coklat dan hijau. Rumput dan lumpur yang terlihat bukan hamparan salju yang biasanya menutupi lereng pegunungan itu di akhir dan awal tahun. Bukan hanya di Swiss, tempat wisata ski di Austria, Jerman, dan Perancis juga mengalami hal serupa.
Bahkan, tempat wisata salju di Salzburg, Austria, tidak punya salju mulai pertengahan Desember. Adapun Chamonix, Perancis, terpaksa kehilangan calon pelancong yang mau bermain ski gara-gara tidak ada salju. Penutupan juga terjadi di sejumlah tempat wisata ski Swiss seperti di Splügen. ”Sekarang seperti musim semi, becek. Terlalu banyak air dibandingkan salju. Tidak mungkin bermain ski,” kata salah satu penyedia jasa wisata ski di Splügen, Hacher Bernet.
MétéoSuisse mencatat Januari 2023 sebagai Januari terpanas sejak 1864. Padahal, MétéoSuisse pernah mengumumkan Januari 2022 sebagai yang paling panas sejak suhu dicatat rutin mulai 1864. Dengan kata lain, suhu di Swiss semakin panas dari tahun ke tahun. Bedanya, Swiss mencatat Januari 2023 sebagai kali pertama suhu melebihi 20 derajat celsius. ”Suhu di atas rata-rata, banyak hari panas, dan kurang hujan di sejumlah daerah,” demikian pernyataan MétéoSuisse.
Defisit
Kondisi itu membuat orang-orang di sekitar lereng Alpen kembali akrab dengan kata schneemangel. Secara harfiah, kata itu berarti kekurangan atau defisit salju. Kata itu merupakan lawan dari weisse gold atau emas putih. Weisse gold jauh lebih sering terdengar dibandingkan schneemangel. Sebab, dulu amat jarang suhu Desember-Januari di atas nol derajat celsius. Dulu, suhu cukup untuk membentuk salju yang menutupi lereng Pyrenee dan Alpen.
Kaki Alpen dan Pyrenee memang mendapat berkah dari salju. Selama ratusan tahun, daerah-daerah di kaki pegunungan itu mendapat pemasukan dari orang-orang melancong dan bermain ski. Kombinasi salju dan lereng gunung menjadikannya lokasi sempurna yang dicari para pelancong.
Kekurangan salju terpantau beberapa tahun terakhir. Karena itu, penduduk dan penyedia jasa wisata di kaki Alpen-Pyrenee beradaptasi. Alih-alih ski, sejumlah tempat wisata ski malah menawarkan wisata sepeda dan jalan lintas alam di kaki Pyrenee dan Alpen. Tempatnya sama, lereng Alpen-Pyrenee yang biasanya menjadi lokasi bermain ski.
MétéoSuisse sebenarnya sudah beberapa tahun terakhir memperingatkan soal potensi schneemangel. Hanya, dulu peringatan diberikan untuk wilayah di kaki Alpen-Pyrenee yang terletak pada ketinggian maksimal 1.000 meter di atas permukaan laut. Kini, schneemangel terjadi di daerah pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
Sebelum 2022, ada alternatif berupa salju buatan. Pilihan itu membutuhkan banyak air dan tentu saja listrik. Karena harga gas melonjak sepanjang 2022, pengelola tempat wisata ski tidak mungkin mengambil pilihan itu. Sebab, pembangkit listrik butuh gas. Alih-alih untuk salju buatan, air diprioritaskan untuk menggerakkan turbin-turbin pembangkit listrik di tengah lonjakan harga gas.
Selain itu, penggunaan salju buatan mengurangi sensasi melancong ke kaki Alpen. Untuk apa jauh-jauh ke sana jika saljunya dibuat oleh mesin? Di beberapa kota di Indonesia saja ada kalau hanya mau bermain salju buatan. (AFP/REUTERS/RAZ)