Terjadi penyerangan terhadap gardu-gardu listrik di AS. Ada dugaan ini bagian dari upaya kelompok ekstrem kanan untuk mengacaukan masyarakat.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
TACOMA, RABU – Dua gardu listrik di Tacoma, Negara Bagian Washington, Amerika Serikat diserang pada Selasa (27/12/2022). Akibatnya, 14.000 warga tidak memperoleh pasokan listrik saat musim dingin terparah sepanjang sejarah. Kepolisian masih mencari pelaku perusakan. Ada dugaan ini bagian dari tindakan kelompok ekstrem kanan terafiliasi gerakan Neo Nazi yang ingin merusak kestabilan di masyarakat.
Perusahaan Tacoma Public Utilities yang memiliki dan mengoperasikan dua gardu listrik itu mengatakan bahwa mereka memang menerima surat kaleng di awal bulan Desember. Isinya adalah ancaman bahwa gardu-gardu mereka akan dirusak. Kedatangan surat kaleng itu juga bertepatan dengan pengumuman Pemerintah Federal Amerika Serikat kepada perusahaan-perusahaan pembangkit tenaga listrik bahwa Biro Penyelidikan Federal (FBI) menemukan konspirasi dari gerakan terafliasi Neo Nazi untuk menyerang berbagai gardu listrik di penjuru negara tersebut.
Kepolisian Tacoma masih mencari para pelaku. Akan tetapi, mereka tidak menegasikan kemungkinan kejadian itu berhubungan dengan perusakan gardu listrik di Negara Bagian Oregon dan Carolina Utara. Pada Rabu (7/12) di Moore County, Carolina Utara, dua gardu listrik dirusak dengan cara ditembaki senapan berkekuatan besar. Akibatnya, 45.000 warga mengalami mati listrik.
Polisi setempat menangkap tiga orang pelaku yang mengakui perbuatan mereka. Ketiganya merupakan anggota kelompok ekstrem kanan yang memiliki hubungan dengan gerakan Neo Nazi. Mereka bertujuan menciptakan perang antarras di AS supaya negara itu bebas dari penduduk non-kulit putih. Sebelumnya, pada Februari 2022, tiga orang ditangkap di Columbus, Ohio setelah polisi mendapat bocoran mereka membuat grup daring untuk menyerang berbagai gardu listrik. Ketiganya juga mengaku sebagai Neo Nazi.
“Modus mereka ialah mematikan listrik sehingga ekonomi terganggu dan kesenjangan sosial melebar. Setelah itu, tercipta ketidakstabilan di masyarakat yang berujung kepada konflik antarkelompok etnis dan ras,” kata Wakil Jaksa Agung AS Matthew Olsen.
Data FBI yang diolah kembali oleh media Politico mengatakan, di tahun 2022 ada 101 serangan terhadap gardu listrik. Pada tahun 2021, jumlahnya ada 97 serangan. Bentuknya ada serangan fisik seperti menembak gardu dan ada pula serangan siber berupa peretasan terhadap sistem kelistrikan di suatu wilayah.
Beberapa perusahaan listrik berusaha meningkatkan pengamanan dengan menempatkan petugas keamanan bersenjata di sekeliling gardu. Ada juga yang menambah dinding api di sistem mereka agar tidak mudah diretas. “Permasalahannya, dari pola serangan selama ini, baik fisik maupun siber, tidak sekadar vandalisme. Ini dilakukan secara terencana dan dengan persiapan matang,” kata konsultan di lembaga kajian energi Converge Strategies, Jonathon Monken.
Serangan di bulan Desember ini dilakukan di tengah musim dingin yang paling buruk. Tanpa perusakan gardu pun 200.000 warga AS terpaksa bertahan di rumah tanpa listrik di tengah suhu minus 11 derajat Celcius. Sebanyak 1,7 juta penduduk terpaksa mengalami pemadaman listrik berkala. Badai salju kali ini juga telah memakan korban hingga 55 orang akibat kecelakaan dan kedinginan. (AFP/REUTERS)