Qatar Tak Hiraukan Ekonomi Piala Dunia, tetapi Kesatuan
“Sejumlah keputusan politik telah dibuat, yang menandakan ketidakhirauan soal pemasukan. Sebagai contoh, transportasi publik dinyatakan gratis selama 10 November hingga 23 Desember bagi pemegang kartu Hayya," kata Silic.

Pemain Argentina, Enzo Fernandez, berlari menggiring bola dalam babak semifinal Piala Dunia melawan Kroasia yang digelar di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, Selasa (13/12/2022).
Saat Piala Dunia Rusia 2018, bermunculan kalkulasi tentang manfaat ekonomi. Kesimpulannya, penyelenggaraan Piala Dunia dan Olimpiade pada umumnya tidak balik modal. Olimpiade 1984 di Los Angeles disebut sukses dan menguntungkan. Namun, pada umumnya hajatan besar olahraga dunia termasuk Piala Dunia tidak menguntungkan.
Qatar tampaknya tidak hirau dengan semua itu. Negara terkaya di dunia yang terletak di Teluk Arab ini bahkan terkesan mengabaikan segala kalkulasi ekonomi. Padahal, sangat marak perkiraan bahwa ”balik modal” hampir mustahil terjadi.
”Stadium Piala Dunia termahal di Brasil kini hanya menjadi sebuah lokasi parkir,” demikian Forbes, 19 Desember, mengingatkan Piala Dunia sepak bola di Brasil pada 2014. Biaya penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brasil berbiaya 11 miliar-14 miliar dollar AS.
Baca juga: West Bay, Kawasan Barisan Pencakar Langit
Situs The World Economi Forum, 7 Juni 2018, menyebutkan, penyelenggara Piala Dunia Rusia pada 2018 memperkirakan efek ekonomi setinggi 30,8 miliar dollar AS hingga 2023 akan didapatkan. Perkiraan ini pasti meleset karena banyak investor Barat berhamburan keluar setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sanksi ekonomi Barat telah mendera Rusia sejak 24 Februari 2022.

Tim nasional Argentina diarak menggunakan bus menyapa warga Buenos Aires, Selasa (20/12/2022). Mereka merayakan keberhasilan Argentina merebut Piala Dunia 2022.
Mengapa rugi? Secara umum, pembiayaan infrastruktur olahraga berbiaya mahal. Pemanfaatannya setelah hajatan usai amat sulit. Pemasukan, jika ada pemanfaatan, tak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. ”Sebuah stadium bukan hal yang terlalu mendasar bagi kepentingan ekonomi pekerja kelas menengah,” demikian World Economi Forum.
Ekonom Andrew Zimbalist menuliskan bahwa stadion-stadion dengan jejeran apartemen mewahnya amat jarang dipakai secara maksimal setelah hajatan usai. Makin sulit balik modal apalagi jika pembangunan infrastruktur berbiaya lebih mahal.
Baca juga: Warisan Dongeng Qatar untuk Piala Dunia 2026
Piala Dunia Rusia berbiaya 14,2 miliar dollar AS, berdasarkan data Moscow Times sebagaimana dikutip Forbes, dan sudah diperkirakan tidak akan balik modal. Tentu Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich saat itu mengatakan, efek ekonomi sangat signifikan, sebagaiman dikutip Associated Press, 26 April 2018. Akan tetapi, para ekonom lebih sering mendebat keras efek ekonomi tersebut.
Termahal sepanjang sejarah
Lalu, bagaimana Qatar bisa mengembalikan 300 miliar dollar AS lebih yang telah dikeluarkan untuk Piala Dunia 2022? Biaya ini 21 kali lebih mahal daripada Piala Dunia Rusia 2018, menurut Aljazeera yang bermarkas di Doha, Qatar, pada 20 November.
Sama seperti pemerintahan lain, saat menjadi tuan rumah Piala Dunia dan Olimpiade, pihak Qatar tidak kalah nyali tentang efek ekonomi. ”Khususnya, tujuan Qatar memanfaatkan hajatan ini adalah sebagai tawaran, yang diharapkan mendatangkan 2,1 juta turis per tahun pada 2019 menjadi 6 juta per tahun pada 2030,” kata Saugata Sarkar, Kepala Riset di QNB Financial Services.

Namun, hal itu diragukan. Tentang manfaat ekonomi Piala Dunia Qatar didebat oleh Hannah C Taylor dari Bristol University dalam tulisannya di situs Focus Economics, 30 November. Perkiraan resmi menyebutkan akan ada manfaat ekonomi 17 miliar dollar AS. Ini tidak sebanding dengan pengeluaran. Taylor juga menyebutkan, jejeran infrastruktur Piala Dunia 2022 setelah pesta usai akan banyak yang kosong melompong.
Profesor Dario Silic dari Swiss School of Business and Management Geneva dalam blognya di situs universitas tersebut dengan jelas menuliskan tidak akan ada untung ekonomi dari Piala Dunia 2022. Dan, Pemerintah Qatar pun, menurut Silic, tampaknya tidak hirau dengan itu.
Baca juga: Kesan Positif dari Qatar
”Sejumlah keputusan politik telah dibuat, yang menandakan ketidakhirauan soal pemasukan. Sebagai contoh, transportasi publik dinyatakan gratis selama 10 November hingga 23 Desember bagi pemegang kartu Hayya jika mereka memasuki Qatar dan stadion-stadion,” kata Silic. Ia juga menuliskan, apartemen-apartemen dan stadion-stadion tidak akan cukup mendatangkan penerimaan untuk menutupi biaya.
Percepatan pembangunan
Akber Khan, Direktur Senior Manajemen Asset dari perusahaan Al Rayan Investment yang berbasis di Doha, memberikan penjelasan logis. Dengan adanya Piala Dunia 2022 atau tidak, Qatar memang harus mengembangkan diri dengan serangkaian pembangunan infrastruktur, termasuk Doha Metro, ribuan kilometer jalan dan tol, pelabuhan baru, bandara baru, serta fasilitas minyak serta gas. ”Semua proyek itu bisa dijalankan dengan lebih cepat. Banyak dari proyek itu yang seharusnya baru akan dilaksanakan dalam jangka panjang, tetapi sudah dirampungkan untuk menunjukkan Qatar yang berkembang saat Piala Dunia,” kata Khan.

Gambar kiper Jerman, Manuel Neuer, terpasang di gedung kawasan West Bay, Doha, Qatar, Rabu (21/12/2022). Foto raksasa pesepak bola dunia menghiasai gedung-gedung di West Bay selama perhelatan Piala Dunia 2022.
Artinya, sejak diputuskan menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2010, Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani (1995-2013) sudah mencanangkan percepatan pembangunan. Sheikh Hamad disebut di situs ashghal.gov.qa sebagai kemajuan Qatar. ”Tanggal 27 Juni 1995 dianggap sebagai kalender penting Qatar, menandai Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani sebagai Emir of Qatar,” demikian situs tersebut. “Sebuah era dimulai, dengan kemajuan pesat di banyak bidang: politik, ekonomi, dan diplomasi internasional,” demikian situs tersebut.
Di era Sang Emir jugalah nama Qatar tertoreh dalam putaran perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dinamai Doha Development Agenda. Ini merujuk pada janji Presiden AS George W Bush, bahwa pembangunan di negara berkembang adalah misi khusus dari perdagangan dunia dengan memberi akses pasar pada negara berkembang.
Adalah Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang menghentikan sensor media dan juga mendorong berdirinya Aljazeera, yang disebut sebagai CNN versi Arab. Piala Dunia 2022 hanyalah salah satu panggung Qatar untuk memicu pembangunan Qatar. Berikutnya adalah pelamaran sebagai tuan rumah Olimpiade 2036.
Baca juga: Menakar Dampak Piala Dunia 2022 pada Perekonomian Qatar
Antusiasme Sang Emir ini dilanjutkan di era putranya, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, yang memimpin Qatar sejak 2013. Emir baru lebih gencar lagi memanggungkan Qatar sebagai katalisator bagi perdamaian dunia.
Keuangan negara sangat mendukung
Ambisi internasional, baik dalam olahraga dan non-olahraga, kebetulan didukung keuangan negara yang kuat. Qatar memiliki sovereign wealth fund (SWF) dengan kekayaan 450 miliar dollar AS. SWF Qatar, dinamai Qatar Investment Authority (QIA), melakukan investasi di berbagai korporasi multinasional. Tersebut, misalnya, QIA dan perusahaan afiliasi Qatar berinvestasi di perusahaan seperti Barclays, Volkswagen Group, Porsche, EADS, Vivendi, France Telecom, Sainsbury, Disney, Credit Suisse, Paris Saint-Germain FC, dan banyak lagi perusahaan kaliber internasional lain.

Suasana wilayah Lusail Boulevard seusai laga final Piala Dunia 2022, Minggu (18/12/2022). Lusail memiliki beragam fasilitas olahraga modern, salah satunya Stadion Lusail.

Pemandangan Teluk Persia dengan latar gedung-gedung di distrik West Bay, Doha, Qatar, Kamis (17/11/2022). Pada malam hari, pemandangan West Bay indah berkat lampu-lampu yang menghiasi gedung.
Qatar melesak secara ekonomi semenjak penemuan sumber daya minyak dan gas pada dekade 1940-an. Qatar sekarang berada di urutan ke-6 dunia sebagai penghasil gas dan nomor 14 sebagai penghasil minyak. Diversifikasi ekonomi dilakukan meski migas adalah sumber utama penerimaan negara.
Produksi domestik bruto Qatar pada 2021 sebesar 179,6 miliar dollar AS dan pendapatan per kapita 61.276 dollar AS atau tertinggi di dunia. Meski penduduk Qatar disebut sebanyak 3 juta jiwa, penduduk aslinya hanya sekitar 300.000.
Dengan kekuatan keuangan negara yang dahsyat, bisa dimaklumi jika Qatar tidak terlalu hirau dengan efek ekonomi Piala Dunia 2022. Pengeluaran 300 miliar lebih untuk Piala Dunia 2022 atau rata-rata 25 miliar dollar AS per tahun sejak 2010, saat Qatar dipilih sebagai tuan rumah, bukan masalah bagi negara terkaya dunia ini.
Kebangaan Arab
Lagi, hajatan Qatar tidak saja menjadi kebanggaan Qatar, tetapi juga dunia, khususnya Arab. Pangeran Mahkota Arab Saudi dan Perdana Menteri Mohammed bin Salman, 22 November, menegaskan bahwa Arab Saudi telah memerintahkan para menterinya untuk mendukung Qatar dalam segala hal untuk sukses Piala Dunia 2022.

Lionel Messi, pemain sepak bola Argentina, mencium trofi setelah memenangi pertandingan sepak bola final Piala Dunia antara Argentina dan Perancis di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, Minggu (18/12/2022). Argentina menang 4-2 dalam adu penalti setelah pertandingan berakhir imbang 3 -3.
Arab untuk dunia sangat dirasakan lewat Piala Dunia 2022 di Qatar. Pada pembukaan, Emir Qatar dengan bangga berkata, ”Dari Qatar, dari dunia Arab, saya menyambut siapa saja untuk Piala Dunia 2022.” Ia melanjutkan, “Piala Dunia membawa kedatangan semua warga dari aneka suku, kebangsaan, kepercayaan, dan iman.”
Ada kritikan pada Qatar tentang hak asasi manusia, korupsi, dan dukungan pada terorisme. Sang Emir mengatakan, Qatar tidak mendukung hal seperti itu. Presiden FIFA Gianni Infantino menjawab kritikan media Barat dengan mengatakan fenomena kemunafikan. ”Media Barat tidak dalam posisi yang layak untuk memberi nilai moral pada negara lain,” kata Infantino, 19 November, dengan melihat sejarah selama ribuan tahun atas apa yang terjadi dalam perlakuan Barat di dunia. (REUTERS/AP/AFP)