Moskwa : Ukraina dan AS Terus Melakukan Tindakan Provokatif
Rusia memandang AS dan Ukraina terus melakukan tindakan yang provokatif yang kontraproduktif bagi kemungkinan terbukanya perdamaian. Hal ini jadi pembenaran bagi Rusia untuk terus mengembangkan potensi militernya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
JSA
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menerima bendera Amerika Serikat yang dihadiahkan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi, usai berpidato di hadapan anggota Kongres AS di Capitol Hill, Washington, AS, Rabu (21/12/2022). (AP Photo/J. Scott Applewhite)
MOSKWA, KAMIS — Pemerintah Rusia menilai kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ke Amerika Serikat dan rencana Washington mengucurkan bantuan militer lagi ke negara itu sebagai tindakan provokatif. Moskwa menilai hal tersebut semakin membuktikan bahwa AS semakin mendorong semakin berkobarnya perang dan Ukraina adalah proksi Negeri Paman Sam.
“Kami bisa menyebut bahwa baik Presiden Biden (Presiden AS Joe Biden) maupun Presiden Zelenskyy tidak mengucapkan sepatah katapun yan gdapat dibaca sebagai potensi kesediaan untuk mendengarkan keprihatinan Rusia. Tidak ada seruan nyata untuk perdamaian,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip dari laman media Rusia Sputnik, Kamis (22/12/2022).
Zelenskyy tiba di Washington dan disambut oleh Presiden Biden dan istrinya, Jill Biden, Rabu (21/12/2022). Biden, dalam pertemuan itu menyatakan bahwa AS akan menambah bantuan militernya ke Ukraina senilai 1,85 miliar dolar dan membuat jumlah total bantuan mencapai sekitar 100 miliar dolar AS. Bantuan terbaru ini juga nantinya akan mencakup baterai sistem pertahanan udara Patriot.
Zelenskyy didapuk berbicara di depan Kongres AS, yang dihadiri oleh anggota kongres, Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Wakil Presiden Kamala Harris. Di hadapan kongres, Zelenskyy mengatakan, bantuan Keuangan dan bantuan militer AS dan sekutunya tidak akan sia-sia karena hal itu adalah sebuah investasi untuk mempertahankan keamanan dan demokrasi global.
AZ
Foto yang diambil dari sebuah rekaman vidio milik Kementerian Pertahanan Rusia, SElasa (6/12/2022), memperlihatkan seorang tentara Rusia tengah mengambil posisi untuk menembak di salah satu lokasi yang dirahasiakan di medan pertempuran di Ukraina. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Bagi Moskwa, gestur, pernyataan dan tindakan yang ditampilkan Biden dan Zelenskyy sebagai sebuah tindakan yang provokatif dan membuat konsekuensi perang yang sudah berlangsung lebih dari 300 hari semakin tidak bisa diprediksi.
“Saya ingin menekankan bahwa kami telah berulang kali mencoba dan masih berusaha untuk menggunakan akal sehat pada tindakan-tindakan provokatif AS yang terus mengarahkan pada eskalasi (perang), yang konsekuensinya tidak bisa dibayangkan,” kata Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov, dikutip dari laman kantor berita Rusia TASS.
Dia mempertanyakan bagaimana nantinya sistem pertahanan udara Patriot, yang selama ini dikenal sebagai salah satu tulang punggung militer AS ketika berperang di Timur Tengah, dioperasikan. “Sistem pertahanan udara Patriot akan dikirim ke Kyiv. Namun, negara itu tidak memiliki spesialis untuk bekerja dengan mereka. Jadi, apakah itu Spesialis dari Amerika? Atau warga negara NATO lain?,” katanya.
Sehari sebelumnya, saat bertemu dengan sejumlah perwira tinggi militer Rusia, Putin menyebut, tindakan negara-negara Barat untuk terus menyuplai Ukraina dengan peralatan tempur dan sistem persenjataan adalah bagian dari kekhawatiran negara-negara itu terhadap Rusia. Dalam pandangan Putin, negara-negara Barat menganggap Rusia sebagai musuh strategis yang harus dilemahkan dan dihancurkan.
"Negara ini, menurut mereka, terlalu besar dan mengancam seseorang. Jadi, Perlu sedikit perpecahan. Perpecahan,” kata Putin dikutip dari TASS.
Putin mengatakan, Rusia telah berupaya untuk menyesuaikan Diri dan menjadi bagian dari apa yang disebut oleh negara-negara Barat sebagai dunia yang beradab. Akan tetapi, tampaknya, negara-negara Barat tidak bisa menerima kehadiran Rusia.
MIKHAIL METZEL
Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) mendengarkan laporan Wakil Perdana Menteri Marat Khusnullin (kanan) saat meninjau Jembatan Kerch, Senin (5/12/2022). Jembatan Kerch menghubungkan wilayah selatan Rusia dengan Semenanjung Crimea. Pada 8 Oktober, ledakan bom truk terjadi di salah satu bagian jembatan. (Photo by Mikhail Metzel / SPUTNIK / AFP)
Dalam konteks perang di Ukraina, Putin mengatakan, hampir seluruh anggota NATO bersatu di belakang Ukraina dengan mengirimkan begitu banyak bantuan persenjataan yagn digunakan untuk menghadapi militer Rusia. Karena itu, dalam pandangan pemerintah Rusia, tidak terlalu salah jika Rusia akan terus mengembangkan Potensi militernya, termasuk kesiapan sistem persenjataan beratnya.
“Angkatan bersenjata dan kemampuan tempur angkatan bersenjata kami terus meningkat dan setiap hari. Dan proses ini, tentu saja, akan kami tingkatkan,” kata Putin, saat bertemu sejumlah perwira tinggi militer Rusia.
Putin telah menyetujui proposal Kementerian Pertahanan untuk mengembangkan jumlah personel dan satuan tempur, terutama mengantisipasi diterimanya Finlandia dan Swedia sebagai anggota NATO. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu disebut akan menambah jumlah personel militer hingga 30 persen dari yang ada saat ini dan membuat 20 satuan tempur baru.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menyebut akan mengaktifkan kembali Distrik Militer di Moskwa dan Leningrad serta satuan tempur baru di wilayah Barat laut. Satuan tempur baru yang diusulkan terdiri dari lima divisi artileri, dua divisi serangan udara, dan tiga formasi infanteri bermotor. Dua formasi yang terakhir rencananya akan ditempatkan di Kherson dan Zaporizhzhia, dua wilayah yang saat ini masih diperebutkan oleh Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Kemhan Rusia berencana menyiapkan tiga komando operasional divisi penerbangan, satu resimen pesawat tempur dan delapan pembom dan enam brigade penerbangan tentara di Angkatan Udara Rusia. Setiap tentara gabungan dan tentara tank harus memiliki divisi penerbangan gabungan dan brigade penerbangan tentara yang terdiri dari 80-100 helikopter tempur.
Tak Hanya mempersiapkan persenjataan konvensional, Rusia juga terus mengembangkan sistem persenjataan baru, termasuk sistem persenjataan hipersonik dan triad nuklirnya. "Ini adalah jaminan utama untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorial kita dan, secara keseluruhan, keseimbangan kekuatan di dunia,” kata Putin.
Menurut Kemhan Rusia, triad nuklir Rusia dipertahankan pada tingkat yang dipandang sebagai pencegahan strategis andal. Mengutip data Kemhan Rusia, 91.3 persen triad nuklir Rusia kini telah dilengkapi dengan senjata modern, 22 peluncur rudal, termasuk peluncur untuk rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat.
Shoigu mengatakan, mereka telah mengirimkan rudal hipersonik Tsirkon untuk digunakan Angkatan Laut Rusia mulai tahun 2023. Rudal-ruda ini akan digunakan pada kapal Fregat Laksamana Gorshkov. Selain itu, kapal selam bertenaga nuklir Generalissimus Suvorov yang dilengkapi dengan rudal balistik Bulava juga akan segera dioperasikan. (AFP/REUTERS)