Pasca-Piala Dunia, Hubungan RI-Qatar Akan Diperkuat
Perhelatan Piala Dunia 2022 telah mengangkat posisi Qatar sebagai salah satu negara terkemua di Arab, bahkan dunia. Seiring berkembangnya ekonomi negara itu, peluang kerja sama dengan Indonesia makin terbuka.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA dari Doha, Qatar
·5 menit baca
DOHA, KOMPAS - Setelah menjadi tuan rumah Piala Dunia, kini, Qatar menjadi perhatian dunia. Pemerintah Indonesia pun berencana meningkatkan dan memperkuat hubungan diplomatik dan bisnis dengan Qatar.
Banyak kalangan memprediksi popularitas Qatar akan mencuat di Kawasan Teluk Arab dan Persia paska penyelenggaraan Piala Dunia. Ajang sepak bola dunia itu mengungkit popularitas Qatar yang sebelumnya seakan tergulung oleh popularitas Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir yang juga menjadi utusan khusus Presiden RI Joko Widodo di acara Penutupan Piala Dunia menegaskan adanya rencana peningkatan dan penguatan hubungan bilateral tersebut.
“Hubungan Indonesia Qatar perlu ditingkatkan dan diperkuat dari hasil pertemuan saya di Qatar dengan beberapa pimpinan di Qatar, menteri dan lainnya, sesuai arahan Bapak Presiden,” kata Erick saat ditemui di Yasmine Palace, Doha, Sabtu (17/12/2022).
Erick juga menegaskan bahwa sejak awal Qatar sudah percaya dengan perekonomian Indonesia. Karena itu, Qatar berinvestasi di sektor telekomunikasi, yaitu Ooredoo, dan perbankan, Qatar National Bank (QNB).
Investasi Qatar di bidang telekomunikasi, yang di masa mendatang akan menjadi kebutuhan untuk pengembangan ekonomi digital, sudah mencapai 2,5 miliar dollar AS. Qatar juga mulai melakukan investasi di sektor pariwisata. Dari sekitar 500 juta dollar AS yang akan diinvestasikan di sektor pariwisata, sekitar 80 juta dollar AS di antaranya akan diinvestasikan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
“Ini potensi yang luar biasa. Belum lagi investasi di finansial, seperti QNB. Ini yang saya rasa sayang kalau kita tidak terus tingkatkan hubungan dagang,” tegasnya. Dalam pembicaraan terakhir dengan pihak Qatar, Erick juga menegaskan telah ada komitmen baru. Namun, Erick belum bisa menyampaikan detailnya karena dia harus melaporkannya lebih dulu kepada Presiden Joko Widodo.
“Alhamudulillah sudah ada komitmen yang harus dibicarakan oleh dua pimpinan negara, antara Emir dan Presiden Jokowi,” kata Erick. Menurut Erick, ketika saat ini dunia menghadapi resesi global, investasi menjadi salah satu andalan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
Dia pun yakin, bahwa hubungan Indonesia dan Qatar dapat terus dirajut dan terjalin hubungan yang lebih erat selepas G20, Piala Dunia, dan ke depan keketuaan ASEAN.
Duta Besar RI di Qatar Ridwan Hassan menegaskan hal serupa. Menurutnya, hubungan Indonesia Qatar sudah sejak lama terjalin sangat baik. Hal itu dibuktikan dengan adanya kunjungan Presiden Jokowi ke Qatar pada tahun 2015 dan kemudian dibalas Emir Qatar pada tahun 2017 dan 2019. “Di sini menunjukkan ada interaksi antara kedua pimpinan kita,” tegasnya.
Posisi Qatar dalam konteks kerja sama politik internasional juga sangat penting karena saat ini Qatar menjadi pemain yang efektif, terutama dalam membantu proses perdamaian dunia. Qatar berperan sangat menonjol dalam menciptakan proses perdamaian di Afganistan. Proses perundingan perdamaian antara pihak Amerika Serikat dengan Afganistan berlangsung di Qatar. Indonesia pun berpean di sana.
Kehadiran masyarakat Indonesia di Qatar, sejak lebih dari 20 tahun lalu ketika Qatar baru membangun industri gasnya, memberikan kontribusi yang besar untuk pembangunan ekonomi Qatar, bukan sekadar pekerja. “Sangat diakui pekerja Indonesia yang handal , bersikap baik, dan kontributif, dan sekarang sudah menghasilkan generasi kedua dan ketiga,” tambahnya.
Kehadiran masyarakat Indonesia di Qatar juga menumbuhkan hubungan sosial budaya yang kuat. Oleh karena itu, di tahun 2023, Indonesia akan dijadikan sebagai negara mitra untuk Qatar Year of Culture.
Di bidang ekonomi, hubungan Qatar dengan Indonesia, bahkan terjalin lebih dulu dibandingkan negara lain untuk investasi yang signifikan. “Di sektor telekomunikasi Ooredoo telah melakukan investasi sejak lama. Di sektor perbankan, ada pula Qatar National Bank. Di bidang energi pernah ada Nebras Power untuk proyek Pyton. Tetapi, tentu ada dinamikanya,” jelasnya lagi.
Hal terpenting adalah terkait kerjasama Indonesia dan Qatar dalam hal penguatan ketahanan pangan. Menurut Ridwan, Qatar pernah dihadapkan pada blokade ekonomi oleh Arab Saudi dan negara-negara tetangganya.
Qatar sempat tertempa kesulitan, lalu membangun industri untuk menguatkan ketahanan pangan. Dari kejadian tersebut lahir perusahaan Balatna, perusahan sapi perah yang menghasilkan susu dan produk derivatifnya seperti keju dan lainnya yang sangat berhasil dan kini mulai ekspansi ke beberapa negara.
“Konsumsi susu di Indonesia juga baru 20 persen dipenuhi oleh susu dalam negeri. Selebihnya kita impor. Berdasarkan pengalaman di sini, mereka bisa membuat peternakan sapi dan susu di tengah padang pasir. Mestinya di Indonesia juga bisa berhasil.
“Saat ini, kita sedang menggarap kerjasama Perusahaan Balatna dengan perusahaan berdikari di Indonesia untuk membangun pengolahan susu di Indonesia,” paparnya.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia (Tbk) Garibaldi Thohir menilai banyak kerjasama bisnis yang bisa dikembangkan dengan Qatar. Dia menilai, dalam 20 tahun belakangan ini perkembangan Qatar memang sangat pesat setelah Qatar menemukan cadangan gas yang sangat besar.
Qatar kini menjadi penghasil gas terbesar di dunia. Gas ini pun di masa mendatang sangat menjanjikan karena bisa memproduksi energi hijau, yaitu hidrogen.
Kerjasama bisnis di sektor pariwisata juga menjanjikan. Pengusaha-pengusaha Indonesia bisa mengajak pengusaha-pengusaha Qatar untuk berinvestasi di beberapa destinasi di Indonesia. “Qatar Airways pun bisa menjadi hub ke Eropa, Doha, terus ke Indonesia. Ke depan banyak yang bisa kita jajaki dengan Qatar,” ujar Garibaldi yang juga biasa disapa Boy Thohir.